end

37 4 1
                                    








"Sialan!" dengan perasan gusar dan marah, Daniel menyeret Lastri untuk pergi. Meski sempat menolak, Daniel berhasil membawa Lastri pergi meninggalkan barak tentara yang sekarang sudah menjadi lautan darah. Bahkan ia bisa melihat tubuh sang kapten yang terbaring kaku di atas tanah.

Mereka terus berlari menghindari  pasukan tentara Jepang. Malam pun tiba, Daniel dan Lastri masih berlari tak tentu arah.

Mereka sampai di sebuah gubuk tua, Daniel dengan cepat membawa Lastri bersembunyi di gubuk itu.

"Sialan! Kenapa mereka bergerak begitu cepat!" Umpat Daniel, wajah pria itu penuh dengan darah begitu pun dengan bajunya.

Dan Lastri, dia diam mengamati Daniel. Dia juga kaget dengan penyerangan tadi.

Daniel menatap Lastri dengan tatapan yang belum pernah ia lihat. Raut keputusasaan terlihat dari wajah Daniel.

Wajah Daniel mendongkak ke atas, menatap langit gubuk. Setetes air mata turun membasahi pipinya.

"Kamu menangis?" Tanya Lastri. Baru kali ini dia melihat Daniel semenyedihkan ini.

Daniel tak menjawab, dia berjalan pelan ke pojok gubuk, membaringkan tubuhnya memungungi Lastri.

"Kau bebas sekarang," ucap Daniel tiba-tiba.

Mata Lastri membulat kaget, dia tak habis pikir keadaan Daniel bisa berubah dalam waktu sehari. Tubuh tegap itu sekarang terlihat ringkih di mata Lastri.

"Baiklah," jawab Lastri. Dia pergi meninggalkan Daniel yang meringkuk tanpa bersuara.

Di luar gubuk, Lastri menatap langit malam dalam diam. Hati dan logikanya terus mengatakan hal yang berbeda.

Hatinya menyuruh untuk menemani Daniel yang sudah menyelamatkannya dari amukan tentara Jepang. Tapi logikanya menyuruh untuk meninggalkan Daniel sendirian.

Pertarungan antara hati dan logikannya di menangkan oleh hatinya. Meskipun Lastri membenci Daniel, tapi sebagai manusia dia harus menolong sesama.

Dengan langkah pasti, Lastri menelurusi hutan itu sendirian, mencari keberadaan air bersih. Dan benar, tak jauh dari gubuk, terdapat aliran sungai kecil dan ada banyak pohon singkong.

Lastri mengambil air dan singkong itu, lalu kembali ke gubuk itu. Dia memungut daun kering, dan kayu kecil, menggeseknya dengan cepat untuk menghasilkan api.

Tak butuh waktu lama, apinya menyala, Lastri menusuk singkong itu dengan kayu kecil, lalu membakarnya.

Setelah selesai, dia membawa singkong bakar dan air dalam batok pada Daniel.

"Kamu tak akan terus diam berbaring sampai mati di sini kan?" Ucap Lastri.

Tak ada jawaban dari Daniel, pria itu diam tak berkutik. Merasa kesal, dengan kasar Lastri membalikkan tubuhnya.

"Berhenti jadi pengecut! Kamu itu laki-laki! Bertanggung jawablah! Kamu sudah membawaku bersamamu! Dan sekarang apa? Kamu malah mau membuangku?" Bentak Lastri kasar. Nafasnya memburu menatap Daniel.

"Maaf," hanya itu yang terucap dari bibir Daniel. Tak ada lagi sorot tajam pria itu, yang ada hanya tatapan lemah putus asa yang bisa Lastri lihat.

"Terserahmu! Makan dan minum ini, tak ada penolakan!" setelah itu, Lastri berjalan keluar dengan kesal.

Daniel melirik sekilas singkong bakar itu, lalu perlahan mengambilnya dan memakannya dengan pelan.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang