18. Qobiltu Ijazah

149K 9.7K 233
                                    

"Abah dengar dari ummi, kamu malah disuruh cari perempuan lain, Le?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abah dengar dari ummi, kamu malah disuruh cari perempuan lain, Le?"

Alif mengangguk diiringi helaan nafas berat. "Iya Bah."

"Kamu gak ada niat cari perempuan lain saja?" Pertanyaan dari abahnya malah membuat semangat Alif kembali surut.

Sekarang mereka tengah berjalan menelusuri pondok putra, memastikan seluruh santri sudah bersiap untuk istirahat. Terkecuali bagian keamanan pondok yang terlihat berseliweran memastikan absen setiap kamar santri lengkap.

Abah Ali menggeleng melihat anak sulungnya itu terdiam menunduk.

"Kamu ini polisi, seharusnya punya pendirian yang tegas. Kalau hati dan pikiran kamu berkata tidak, ya tidak. Kalau hati dan pikiran kamu berkata ingin mencari perempuan lain, ya kamu tinggal jawab iya."

Alif masih saja terdiam. Memang adab saat mendengar orang tua menjelaskan iyalah diam dan dengar.

"Abah tidak mempermasalahkan umur kalian yang cukup berjarak, tapi perlu kamu ingat, Le. Yang ingin kamu nikahi itu anak SMA. Sangat jelas bapaknya menolak kamu yang sudah mapan dari segi manapun."

"Bukannya bagus, Bah? Alif datang melamar karena Alif sudah mapan dari segi mana pun?"

Abah Ali menarik ujung bibirnya tersenyum. "Pemikiran orang tua jaman dulu itu berbeda, Le. Biasanya orang tua mengizinkan anak perempuannya menikah karena melihat anaknya itu sudah mampu untuk mengurus suami, anak dan rumah tangganya nanti. Mungkin, bapak Lahya belum melihat anaknya memiliki kemampuan itu."

Alif menyisir rambutnya kebelakang setelah dihamburkan oleh angin malam. Apa yang abahnya jelaskan benar, tapi disini Alif sedang mencari istri, bukan orang yang sepenuhnya mengurus hidup Alif.

"Kenapa kemarin kamu ingin menikahi Farah?" tanya abah Ali sedikit jauh dari pembahasan awal.

Alif membalas sapaan beberapa santri yang bertugas sebagai keamanan pondok yang ia lewati bersama abahnya.

"Selain Alif ingin menikahi Farah karena agamanya, Alif melihat kelembutan Farah pada anak kecil, Bah. Farah pandai dalam hal apapun. Selama Alif kenal Farah sejak kecil, ketenangan dalam diri Farah yang berhasil membuat Alif jatuh cinta," jawab Alif mengingat bagaimana ia ingin menikah Farah kemarin.

"Apa kamu menemukan sosok yang kamu inginkan seperti Farah pada diri Lahya?"

"Alif belum menemukannya, Bah."

"Bagus kalau begitu," balas abah Ali dengan cepat.

Alif mengernyitkan dahinya bingung dengan respon abahnya. "Kenapa Bah?"

"Yang kenapa itu kamu, Le. Cinta yang kamu sebut ke Farah itu bukan cinta, tapi kagum. Coba kamu pikir baik-baik."

Angin malam, tolong bawa Alif pergi dari abahnya sendiri. Kenapa ia jadi diintorgasi oleh abahnya sendiri? Mana yang abahnya bilang benar semua. Kenapa selama ini Alif tidak pernah terpikir sebelumnya.

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang