Chapter One

56 4 2
                                    

Mata Angga berbinar, tawa riang dari sang lawan bicara berhasil membuat terpana, duduk membelakangi matahari yang hendak berganti menjadi bulan membuatnya Angga seperti melihat hal paling indah dalam hidupnya.

Faza tertawa lebar, gigi putih yang berjejer rapi, kulit tan yang terlihat sangat cocok dengannya dan wajah manisnya, membuat jantung Angga berdegup kencang wajahnya tanpa sadar menghangat dia ikut tertawa.

Tawa yang jarang dia keluarkan, perasaan apa ini? ini terasa familiar dan asing disaat yang bersamaan.

Faza mengusap air mata yang keluar dari pinggir matanya karena tertawa, "Seru ya,"

Suara yang akan selalu menjadi favorit Angga mulai sekarang, perlahan tangannya terangkat menangkup kedua pipi Faza, membuat si empu terbingung.

Tanpa aba-aba, Angga mencium Faza dengan lembut, dorongan dan pukulan ia dapat dari Faza namun Angga mengabaikan itu dan terus melanjutkan aksinya hingga beberapa saat kemudian.

Angga melepas ciuman mereka, tangannya masih bertengger manis dipipi Faza, dia menatap dalam kearah mata hitam pekat milik Faza, mata yang selalu membuatnya tenggelam.

Dengan satu hembusan nafas, Angga membuka mulutnya. "Gue cinta sama lo."

"Apa?"

▪︎▪︎▪︎ ☆'

Angga dan Faza adalah teman sekelas di SMA, namun mereka tidaklah akrab, mereka saling menjauh satu sama lain sebelumnya.

Angga yang populer, namun memiliki kepribadian yang pendiam dan acuh kepada siapapun, terlebih sifatnya yang pemarah membuat siapapun enggan berurusan dengannya, bagaimanapun juga Angga adalah ketua geng disana.

Sedangkan Faza hanyalah anak sampingan dikelas, dia memiliki beberapa teman namun hanya itu-itu saja dan dia juga bukan siswa populer, dia bisa bergaul dengan siapapun.

Dikelas Angga selalu enggan berdekatan dengan Faza, dan Faza juga menjauhi Angga.

Itu cukup membuat siswa dikelas sedikit bingung karena Angga hanya menjauhi Faza, sedangkan teman laki-lakinya yang lain tidak, dikelas Angga selalu mengecualikan Faza dan anak perempuan.

Membingungkan sekali, namun tidak ada yang mau penasaran dengan itu, mereka tidak akan mendapat informasi apapun.

Hingga suatu hari, sekolah mengadakan event tahunan yang cukup besar dan meriah daripada tahun yang sebelumnya, Angga dan Faza tanpa diduga menjadi anggota inti atau panitia di event tersebut mewakili kelas mereka.

"Kenapa harus gue?" Gerutu Angga, dia menatap sengit kearah temannya yang meminta dirinya menjadi panitia event.

"Cuman lo yang bisa diandalin, please, kita mana bisa ngurus event gede gitu, yang ada kacau semua nanti," Jawab Azka, teman Angga yang paling sering diandalkan.

Angga mendengus, dia menyembunyikan wajahnya dimeja. "Ogah, emang gaada yang lain?"

"Ya ada tapi kan sama lo, Angga, perwakilannya perkelas itu dua cowo dua cewe, lo salah satunya, ayo dong mauu," Azka menyatukan kedua tangannya, memohon agar Angga menyetujui.

"Dua cowo? siapa aja?"

Azka melirik, dia berpikir sebentar. "Ya.. kalo lo mau sih, lo sama Faza gitu,"

Tubuh jangkung yang sebelumnya lemas itu tiba-tiba menjadi semangat, kepala Angga yang diletakkan dimeja kemudian dia angkat menatap Azka dengan raut yang membingungkan.

Azka menatap bingung kearah Angga, dia kemudian tersadar, dia menepuk kepalanya. "Astaga.. engga deh kayaknya, kalo lo mau, sama gue atau siapa gitu.. engga sama Faza,"

Confused Fate [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang