02' Beginning

288 28 6
                                    

"Jennie bibir lo kenapa dah kok kayak ada lukanya gitu?" tanya Yeri ketika menemui keberadaan Jennie di kelas. "Lo mau tau?" tanya Jennie membuat Yeri sedikit keheranan dan menyerngit.


"Pokoknya ini cap kepemilikan," pamer Jennie dengan bangga, kemudian Jennie menaruh tas super mini-nya di bangku yang sudah menjadi kepemilikan, hak, dan kemutlakannya.


"Cap kepemilikan?" tanya Yeri ambigu, "hehh! Maksud lo?" tanya Yeri mulai terkoneksi dengan apa yang Jennie maksud kepemilikan. "Devano ya?" tanya Yeri lagi, kemudian ia mulai memperhatikan seberapa parah luka di bibir Jennie itu. Jennie menggeleng kemudian memunculkan senyum simpulnya "nope, babe. You are wrong" goda Jennie.


"Terus siapa? Gak mungkin kan Kaisar?" tanya Yeri lagi,


"Bukan" jawab Jennie,


"Glen?" tebak Yeri kemudian memikirkan seribu nama lelaki lain yang pernah dekat atau menyandang status sebagai "kepemilikan Jennie", "lo gak bakal nemuin jawabannya sebelum gue jawab Yeri" ungkap Jennie.


"I don't have a clue" sungut Yeri dengan aksen Inggris nya yang sangat kental.


"I wanna give you a clue" balas Jennie membuat sang Yeri kembali bergerutu karena begitu banyak teka-teki yang Jennie simpan selama beberapa hari kebolosan Yeri dari sekolah.


"Dia..." penggalan kata yang diucap terhenti, Jennie mulai mengalihkan pandangannya kearah pintu kelas yang menampak seorang gadis jangkung berperawakan kurus melewatinya, gadis itu menawan dengan wajahnya yang terukir dingin jatuh ke matanya yang super misterius, Lalisa Antarel Manoban. 


"Kok tumben ya Kak Lisa pakai masker hitam" bisik teman sekelasnya yang satu ke yang lain.

"Mungkin karena lagi flu" sahut yang satunya lagi. Jennie hanya tersenyum simpul. "Maaf mengganggu waktunya saya Lalisa Antarel Manoban sebagai anggota bagian pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah ingin mengadakan razia barang; segala hal seperti make up, benda tajam, dan benda yang tidak diperbolehkan dibawa ke sekolah harus dikumpulkan, disita dan tidak untuk dikembalikan lagi" ucapannya menegas dan tatapannya mendingin. Sama seperti kemisteriusan seorang Manoban yang terkenal di seantero Sekolah Indra Bangsa ini.


"Leyyah kok lo kagak kasih tau gue sih" cicit Yeri membuat ia hampir mengeluarkan air mata esklusif nya karena pada kala itu ia tengah membawa seperangkat make up SK-II kesayangannya. 


Lisa melewati Jennie kembali, Jennie membisikkan nada yang menjadi godaan tersendiri untuk Lisa. "Babe" sayup suara samar Jennie terdengar persis disamping telinga Lisa. 


"Semuanya diperiksa, jangan tinggalkan satu benda pun" ucap Lisa kepada teman-teman seperorganisasiannya.

 
Gagal Jennie membujuk Lisa agar tidak mengambil barang yang ia bawa, pikir Jennie. Lisa langsung menuju kearah meja Jennie, ia membuka tas Jennie dan mengobrak-abrik sebagian besar barang yang berada di tas kecil yang imut itu. Jennie menutup matanya seolah tidak ingin mendengar kata kasar yang bisa saja Lisa keluarkan ketika marah.


Namun nihil, Lisa hanya tampak seperti semula. Wajahnya mendatar seolah tak terjadi apa-apa. Lisa kemudian menuju ke meja teman sekelas Jennie yang lain memeriksa tasnya dan mengambil benda-benda yang seharusnya siswa tidak boleh bawa.

Sampailah ke tas yang paling akhir di ujung kelas yang belum tersentuh dan isi tas itu sama sekali tidak ada yang melanggar peraturan.


"Terima kasih atas kerja samanya, terima kasih juga sudah kondusif selama kegiatan razia barang ini" ungkap Lisa, ia pergi meninggalkan tempat itu.

Jennie bernapas sangat lega, set make up Chanel nya tidak disentuh sama sekali oleh Lisa entah karena Jennie menyimpannya terlalu rapih atau Lisa yang pura-pura tidak sadar akan keberadaan benda itu di tas Jennie.

CINCIN (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang