bagian tujuh

121 13 0
                                    

---

Mulanya, aku tidak tahu apa makanan yang paling aku suka.
Anehnya, bapak tau apa makanan kesukaanku.

Tiap aku pulang sekolah dengan wajah lusuh karena bertepatan dengan gerimis yang mengguyur jalanan, bapak kadang bertanya padaku mengapa pagi tadi aku tidak membawa payung? Jadilah tubuhku terkena gerimis yang cukup lebat.

Bapak selalu menunggu jawabanku, tapi aku hanya menggeleng lantas menjawab, "Kukira gak bakal hujan."

Lantas bapak hanya memberi saran padaku agar esok sedia membawa payung. Aku mengiyakan lalu pergi ke kamar. Itu bukan alasan utamaku, aku sekolah menggunakan sepeda dan menyetir dengan satu tangan dibawah hujan ketika tangan yang lain memegang payung, bagiku itu cukup menyulitkan. Tapi yasudah, tidak ada salahnya hujan-hujanan.

Malamnya, hujan mulai mengguyur setelah sebelumnya hanya gerimis lebat. Sepuluh menit berlalu, bapak mengetuk pintu kamarku.

"Ada bakso di meja, dimakan sebelum dingin."

Begitu katanya, belum sempat aku menyahut, beliau melenggang pergi menuju kamarnya sendiri. Rambut dan wajahnya basah, celananya juga sedikit basah di bagian lutut hingga ke mata kaki. Aku hendak bertanya tapi tak mampu.

Sewaktu hendak ke meja makan, aku lihat jaket lusuh bapak tergantung di kamar mandi, basah total.

Tiba-tiba napasku tercekat, merasa kesal dengan tindakan bapak. Beliau menerjang hujan demi agar aku bisa menikmati makananku. Puncaknya ketika aku melihat sebuah jas hujan di samping mangkuk bakso di meja makan.

Tangisku pecah detik itu juga.

---

jaket lusuh milik bapak (SHORT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang