12. It's Time to Give Up

200 8 2
                                    

Saat ini Ninda tengah merasakan perasaan yang tidak enak ketika kedua orang tuanya yang memanggil dirinya, dan duduk dihadapan kedua orang tuanya yang memasang wajah serius. "Kenapa Mom, dad?" Tanyanya dengan suara yang sangat pelan, seraya menatap kedua orang tuanya dengan tatapan takut.

"Kau tau teman Daddy, Uncle Lee?" Pertanyaan yang diberikan oleh sang ayah, membuat dirinya langsung berfikir sejenak sebelum mengangguk. "Iya, kenapa Daddy?" Tanyanya lagi.

"Daddy dan dia mempunyai janji. Apabila daddy mempunyai anak perempuan dan dia mempunyai anak lali-laki, kita akan menjodohkannya. Jadi--" belum sempat ayahnya menuntaskan ucapannya, ia sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Aku tidak mau!" Tolakan yang langsung ia berikan sebelum ayahnya menuntaskan omongannya.

"Ninda, dengarkan daddy--"

"Aku tidak mau, mom! Mommy kan tau kalau aku cinta sama Renan! Kenapa Mommy setuju dengan usulan Daddy yang ingin menjodohkan aku?!" Sergahnya, yang langsung memotong omongan ibunya.

Dan sang ibu langsung mengangguk mengerti, beranjak dari duduknya dan pindah disamping anaknya. Ia juga langsung menggenggam dan mengusap tangan anaknya, untuk meredahkan amarah sang anak. "Sudah lebih baik?" Tanyanya, yang dibalas anggukan kepala oleh anaknya.

"Dengarkan penjelasan Daddy dulu sampai selesai, lalu setelah itu kau bisa putuskan." Jelasnya. Sedangkan sang anak, ia langsung mengangguk patuh, lalu mulai mendengarkan penjelasan ayahnya.

"Kau tau kalau daddy itu hampir bangkrut, bukan? Sahabat daddy yang membantu daddy Uncle Lee, kau ingat? Daddy berjanji padanya kalau daddy akan menjodohkan anak daddy dengannya. Uncle lee mempunyai 2 anak, kau bisa memilih salah satunya. Kau boleh menolak, kalau kau tidak suka. Tapi, biarkan kau berdekatan dengannya selama 1 bulan. Kalau kau tidak menyukainya, kita boleh batalkan ini." Jelas sang ayah, yang memberikan anaknya pilihan.

"Hanya 1 bulan? Kalau aku tidak menyukainya, aku boleh batalkan?" Tanyanya sekali lagi, memastikan ucapan sang ayah.

Dan sang ayah mengangguk. "Tentu, tapi daddy harap kau mau dijodohkan dengannya, Nin. Daddy mempunyai banyak hutang budi dengannya." Pintanya dengan wajah memelas.

Ia yang mendengarnya langsung menghela nafasnya, dan mengangguk setuju. "Oke. Kapan pertemuannya? Aku akan menemuinya." Ujarnya, yang akhirnya menuruti ucapan ayahnya.

Sang ayah tidak bisa menyembunyikan senyuman senangnya, begitu juga dengan istrinya. "Daddy akan berunding dengannya. Terima kasih, nak." Ujarnya seraya memeluk putrinya.

'Renan, maafkan aku.' Batinnya langsung merasa bersalah, karena merasa mengkhianati pria yang ia cintai ini. Padahal mah hubungan mereka gak ada apa-apa.
***

"Ninda, kau baik-baik saja?" Pertanyaan yang langsung Karin berikan, begitu ia melihat temannya yang sedaritadi pagi hanya diam tak bersuara seperti biasanya.

Ia yang mendengarnya pun terkesiap lalu mengangguk. "Aku baik-baik saja. Kenapa?" Tanya balik yang ia berikan, akan pertanyaan temannya.

Ketiga temannya serempak menggelengkan kepalanya. "Ayo ke kantin!" Seru Gisella, yang langsung menggandeng tangan temannya ini.

Sampai dikantin, Mereka langsung duduk. Tak selang lama  kekasih mereka dan juga pria yang ia sukai pun datang lalu duduk dengan mereka. Semua orang mengerit heran. Mereka heran karena dirinya yang tiba-tiba diam dan tidak excitied seperti biasanya. Bahkan Renan sendiri pun heran akan tingkahnya. Tapi, di dalam hati ia bersyukur akan perubahan seperti ini.  Membuat pengganggunya berkurang.

"Ninda, mau pesan apa?" Tanya Gisella.

"Chikken, Cola." Jawaban singkat yang ia berikan.

"Tidak sama-kan saja dengan Renan?" Tanya Karin, memancing.

LET'S GET HIM! - RENNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang