Gadis satu ini masih sibuk dengan tatanan rambutnya. Ia sematkan sebuah pita bintang sebagai akhir dari persiapannya di pagi hari ini. Gadis berparas cantik, bertubuh jangkung, berkulit putih, dan berhidung mancung ini telah siap dengan seragam putih putihnya. Segera ia menyambar tas coklatnya yang tergeletak di sofa kamar dan berlari kecil menuruni anak tangga.
“Bintang nggak sarapan dulu ?” tanya seorang perempuan paruh baya kepada seorang gadis yang dipanggilnya Bintang itu. Sementara gadis itu sudah ngeloyor sampai depan pintu.
“Enggak deh Ma, ntar keburu telat” seru gadis itu setengah berteriak.
“Kamu naik mobil sendiri ?”
“Enggak. Bintang dianter Pak Slamet aja” Pak Slamet adalah sopir pribadi keluarga Bintang.
Bintang berlari masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian mobil itu melaju menjauhi rumah Bintang. Hari ini adalah hari pertama Bintang masuk kuliah. Dan seperti pada umumnya, kampus Bintang tak luput dari diadakannya masa orientasi. Mobil yang ditumpangi Bintang berhenti di depan gerbang bertuliskan Universitas Tunas Bangsa. Ya Universitas terfavorit yang paling dielu-elukan oleh semua kalangan. Bintang turun dari mobil dan langsung berlari memasuki lapangan rektorat untuk mengikuti upacara pembukaan masa orientasi mahasiswa baru. Setelah upacara selesai, semua mahasiswa digiring menuju auditorium.
‘Untung banget Cuma duduk-duduk, dengerin orang ngomong tanpa perlu panas-panasan’ gumam Bintang.
“Asal kamu dari mana ?” tanya seorang gadis yang berada disamping Bintang.
“Aku masih orang sini kok. Elo? Eh maksud gue kamu ?”
“Nggak papa kali. Aku dari Palembang. Oya,, Vania Levina” gadis itu mengulurkan tangannya kepada Bintang.
Bintang membalas uluran tangan Vania dengan ramah. “Bintang Carrisa. Panggil aja Bintang” Kedua gadis itu tampak begitu akrab meskipun baru saja kenal.
Delapan jam terasa sangat lama bagi Bintang. Jika dilihat dari posisi duduknya yang sedari tadi berubah-ubah sudah bisa ditebak jika ia sangat jenuh. Akhirnya tiba juga di acara paling akhir, disaat panitia membagi mahasiswa baru menjadi beberapa kelompok. Dan kebetulan Bintang satu kelompok dengan Vania.
“Hey, syukur ya kita satu kelompok, uda lumayan kenal” seru Bintang dengan gaya (sok) cantiknya.
“Hehehe iyaa, syukur banget. Kumpul sama yang lain yuk” kedua gadis itu berlenggang ke kerumunan orang yang berada di sudut auditorium.
“Ya jadi gini, kelompok yang sudah panitia bikin ini untuk kelompok bakti sosial. Untuk pembagian bahan-bahan sembako apa saja yang harus dibawa itu terserah kalian. Selain itu untuk masing-masing individu ditugaskan untuk membuat cocard dengan ketentuan yang sudah dituliskan di lembaran yang sudah dibagikan ke kalian itu. Kalian juga harus menyiapkan sebuah kado seharga lima ribu lengkap dengan surat cintanya yang akan kita tukarkan besok. Mengerti ?” celoteh salah seorang panitia.
“Ribet banget sih ?” gumam Bintang kesal.
“Udah jalanin aja, nggak setiap hari juga kan ?” tiba-tiba saja seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berkulit putih menghampiri Bintang.
“Kenalin gue Alano gue dari Jakarta” cowok ganteng itu mengulurkan tangannya kepada Bintang. Bintang tampak sedikit ‘was-was’ dengan kemunculan cowok itu secara tiba-tiba. Namun pada akhirnya Bintang membalas uluran tangan Alano.
“Gue Bintang. Gue juga dari Jakarta. Emm lo kelompok gue juga ?”
“Iya”
“Ohh”
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Bayangmu
Teen FictionBintang, Vania, Karin, Inez, Alano, dan Rain. Mereka dipertemukan di dalam sebuah kisah dimana keutuhan persahabatan menjadi hal yang terpenting. Hingga seseorang bernama Ravi datang. Sejak awal Bintang memang menyukainya, namun tanpa disadari Vania...