Embun dan Ravi tengah sibuk mengerjakan tugas bersama dua temannya yang lain. Ini adalah tugas berkelompok sebagai tugas akhir semester I. Kebetulan Ravi tidak satu kelompok dengan Vania. Ini membuatnya sedikit terbebas dari orang yang nggak menentu moodnya yang terkadang membuatnya pusing.
"Rav gue pinjem laptop lo ya" seru Embun yang berada di depannya. Ravi mengangguk dan menyodorkan laptopnya.
"Passwordnya apa ?". Ravi pun beranjak dari posisinya dan mendekati Embun. Dia mengetikkan beberapa tombol keyboard pada laptopnya.
'S-T-A-R.. STAR, BINTANG ?' ucap Embun dalam hati. Ia tercenung saat Ravi mengetik tombol-tombol itu. 'Star itu artinya bintang kan ? kenapa Ravi pakai password itu ?' batinnya lagi.
"Nih udah" kata Ravi kemudian ia kembali ke tempat duduknya.
"Oohh .. iya .. thanks" ucap Embun gugup. Saat Embun berniat membuka salah satu folder yang ia pikir adalah tugasnya, ia kembali tercenung. Ternyata folder itu berisi foto-foto seseorang yang tidak asing baginya. Embun cepat-cepat menutupnya kembali karena tidak ingin Ravi mengetahuinya.
"Eemm guys, gue ke toilet bentar ya" Embun pun langsung melesat bak panah yang lepas dari busurnya.
Ia tidak pergi ke toilet, melainkan ke ruang kelas. Ia terlihat sedang mencari-cari seseorang.
"Bintang" panggilnya. Embun melambaikan tangannya menyuruh Bintang untuk keluar.
"Gue mau tanya, menurut lo kalau seseorang ternyata menyimpan foto-foto kita tanpa sepengetahuan kita itu artinya apa ?" tanya Embun setelah Bintang berada di hadapannya. Bintang berpikir sejenak.
"Mungkin dia diam-diam suka sama lo" jawab Bintang. Tetapi Embun hanya terdiam.
"Wooyy !! kok malah diem sih ?" bentak Bintang karena kesal Embun tidak menghiraukannya.
"Eeee.. gitu ya ? oke deh, thanks" tanpa basa-basi Embun langsung pergi begitu saja.
"Eh tunggu, gue belum selesai" ujar Bintang setengah berteriak. 'kenapa sih tu anak ? aneh banget' gerutu Bintang.Bintang berniat untuk pulang. Setelah selesai berberes-beres, ia segera meninggalkan kampus. Karena sudah cukup malam, supir yang biasa mengantar-jemput Bintang tidak bisa menjemput Bintang malam ini. Akhirnya ia memutuskan untuk naik taksi, itupun taksi tidak mau masuk ke dalam kampus, jadi Bintang harus berjalan lebih dulu hingga gerbang. Di jalan Bintang masih memikirkan apa yang dibicarakan Embun tadi, hingga ia tidak menyadari ada sebuah motor yang menyambarnya dari belakang yang membuatnya terjatuh.
"Aaww.." Bintang mengibas-ibaskan tangannya yang terluka. Bintang beruntung karena saat itu Ravi juga melintas. Ravi meminggirkan motornya, ia berjalan ke arah Bintang untuk memastikan keadaannya.
"Bintang lo nggak papa ?" wajahnya begitu panik. Bintang menggeleng. Namun Ravi tak diam saja, ia terus mencari-cari apa ada luka di tubuh Bintang.
"Tapi tangan lo berdarah. Sini biar gue obatin" kata Ravi setelah mengetahui tangan Bintang terluka. Ia mengeluarkan kotak P3K dari tasnya. Diraihnya lembut tangan Bintang. Ravi memberi obat merah sambil sesekali meniupnya. Bintang hanya terdiam, ia terus menatap Ravi. Hatinya kembali bergemuruh.
'Rav asal lo tau semakin sering lo nyakitin gue, gue semakin cinta sama lo'
'Andai gue bisa meminta, gue mau waktu berhenti sekarang juga' Bintang terus berbicara pada hatinya sendiri.
'Bintang gue bisa obatin luka di tangan lo, tapi sorry gue nggak bisa obatin luka di hati lo'
"Gue udah ngasih obat merah, tapi nanti sampai rumah lo harus bersihin lagi ya. Takutnya ntar infeksi" ucap Ravi begitu manis, matanya teduh menatap Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Bayangmu
Roman pour AdolescentsBintang, Vania, Karin, Inez, Alano, dan Rain. Mereka dipertemukan di dalam sebuah kisah dimana keutuhan persahabatan menjadi hal yang terpenting. Hingga seseorang bernama Ravi datang. Sejak awal Bintang memang menyukainya, namun tanpa disadari Vania...