Wish You Live, Wish You Are Happy

Chapter 2

Ramita menatap gusar pintu di depannya. Meskipun dia berusaha menenangkan sekaligus menguatkan hatinya, dia tetap saja merasa ketakutan. Dia tahu, dibalik pintu itu adalah dunia yang berbeda dengan dunia di mana dirinya hidup selama ini. Gemerlap dunia cahaya yang indah, apakah dia bisa menghadapinya?

"Putri." Suara Ethan yang berada di samping Ramita terdengar. Menatap Ethan, Ramita menemukan seulas senyum memenuhi wajah tampan pria tersebut.

"Tidak apa-apa," ujar Ethan pelan. Mengulurkan tangan kanannya, dia menatap lembut Ramita. "Genggam tangan saya, saya akan mengawal anda."

Ramita menatap Ethan ragu. Dia benar-benar tidak mengerti pria di sampingnya tersebut. Sejak awal pertemuan mereka sampai sekarang, dia terus memperlakukannya dengan baik. Hanya saja, dia tidak berani mempercayainya. Dirinya dilahirkan untuk dibenci dan dihina-dia adalah sosok yang tidak boleh menerima kebaikan; terkutuk.

"Putri," panggil Ethan masih dengan senyumnya melihat ekspresi wajah Ramita yang penuh keraguan dan juga ketakutan. "Anda tidak perlu takut, saya adalah suami anda-saya akan selalu melindungi anda."

Suara yang lembut dan ramah, Ramita yang tidak tahu harus berbuat apa hanya dapat memberanikan diri menerima uluran tangan Ethan. Ada kehangatan yang dirasakannya, tapi dia mengabaikannya. Setelah hari ini lewat, dia akan hidup dengan tenang tanpa memperlihatkan keberadaannya seperti biasa. Untuk kali ini saja, dia harus berani!

Senyum di wajah Ethan semakin lebar saat merasakan telapak tangan mungil Ramita di atas telapak tangannya. Mengenggamnya erat, dia kemudian menoleh menatap pintu di depannya yang masih tertutup.

Ramita juga ikut menoleh menatap pintu di depannya. Menelan ludahnya, telinganya mendengar jelas suara lantang yang mengumumkan kehadirannya dan Ethan sebagai sang tokoh utama di pesta yang diadakan.

"Yang Mulia Pangeran Ethan Alvis Aragon dan Putri Ramita Adela Aragon memasuki tempat!"

Aragon.

Mendengar nama keluarganya yang telah berubah dari Migrad menjadi Aragon, Ramita sama sekali tidak merasakan apapun. Migrad bukanlah nama keluarganya, sebab dia tidak pernah menjadi bagian dari keluarga kerajaan Migrad-begitu juga dengan Aragon. Di manapun dirinya berada, semuanya pasti akan tetap sama.

Pintu terbuka, dan Ethan dengan pelan dan lembut membimbing Ramita memasuki Ballroom di mana pesta diadakan. Kelap-kelip cahaya menyilaukan menerangi ballroom, alunan musik yang ada terhenti, semua pasang mata yang ada dalam ruangan menoleh menatap mereka.

Ramita tidak bergerak, pandangan mata semua yang terarah padanya membuat dia takut. Jantungnya berdetak sangat cepat, seluruh badannya menjadi dingin. Namun, genggaman tangan hangat Ethan dan suara yang ada menyadarkan dirinya. "Putri."

Menatap Ethan, Ramita menemukan pria tampan itu masih saja tersenyum padanya.

"Tidak perlu takut-saya disamping anda." Ujar Ethan pelan.

Ramita hanya dapat tertegun. Dalam sehari ini, sudah tiga kali dia mendengar pria itu mengucapkan kata itu. 'Jangan takut', apakah dia boleh percaya?

"Mari," dengan pelan dan lembut, Ethan melangkah membimbing Ramita. Kedua mata emasnya yang lembut menatap lurus istrinya tersebut. "Lihat saja saya-tidak perlu mempedulikan pandangan orang."

Mengikuti langkah Ethan, Ramita menfokuskan pandangannya pada wajah pria yang menuntunnya. Ethan adalah pria yang sangat tampan, dan senyum lembut di wajahnya hanya semakin menambah ketampanannya. Karena itulah-apakah ini mimpi? Bagaimana bisa seorang pria yang seperti ini memperlakukan dirinya yang terkutuk sebaik ini?

Seperti Ramita yang menatap Ethan, Ethan juga hanya menatap Ramita sambil tersenyum. Tidak peduli dengan pandangan semua yang melihat mereka, mereka akhirnya tiba di tengah ballroom, tempat di mana mereka akan memberikan beberapa kata sebagai sang bintang utama pesta.