7

4 2 0
                                    

Ben memperhatikan Rami dari jauh seperti biasanya dan ia senang Rami baik baik saja mengingat ia sedang hamil, Rami juga aktif dan ia lihat Rami banyak menghabiskan waktu nya dengan anak yang bertugas sebagai resepsionis hotel.

"Siapa yang terus menemani Rami?"

"Itu Justin, kenapa kau bertanya"

"Tidak akhir akhir ini mereka sering bersama, kau lihat saja"

Sean mendekati jendela Ben yang besar.

"Eh, ia tidak mengenakan kaca mata"

"Ya seingat ku juga ia berkaca mata karena itu aku bertanya padamu, ia lumayan lho"

"Ya ia manis sekali"

Ben menoleh Sean yang terus menatap Justin bersama Rami di taman menikmati es krim mereka, Ben membiarkan teman nya terpukau menatap Justin.

"Hi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hi"

"Eh tuan Sean, apa ada janji dengan Rami?"

"Tidak, aku hanya ingin bertemu dengan mu saja"

Justin salah tingkah jadinya.

"Eh apa aku membuat kesalahan?"

"Tidak, kau sudah jarang mengenakan kaca mata mu aku sedikit pangling jadinya ya walaupun kau lebih cocok mengenakan kaca mata namun hehe hanya bercanda kau tetap manis dengan atau tanpa kaca mata kok, kau mau minum kopi kapan kapan?"

Justin bersemu merah dan salah tingkah hingga ia menggaruk garuk belakang lehernya tidak tahu harus bereaksi apa.

"Ba... Baiklah tuan"

"Ini kartu nama ku, kau hubungi aku kapanpun kau mau"

Justin meraihnya dan ia tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini yang rupanya Sean memperhatikan nya selama ini, Sean tersenyum melihat Justin yang malu malu dan salah tingkah.

"Anu aku pikir tuan suka dengan Rami"

"Aku dan Rami hanya hubungan klien dan tidak ada rasa, Rami menyukai teman ku Ben"

"Ah iya tuan benar, Rami menyukai tuan Ben tapi ia takut karena khawatir kalau anak yang ia kandung bukanlah anak tuan Ben dan orang kecil seperti kami rasanya tidak cocok bersanding dengan orang-orang seperti tuan"

"Omong kosong itu"

Sean memegang wajah Justin membuat jantung Justin berdebar cepat.

"Kau tahu rupanya selama ini tuan Sean memperhatikan ku juga dan aku senang, ia bahkan mengajak ku minum kopi kapan kapan dan memberikan kartu namanya jika aku butuhkan apa apa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tahu rupanya selama ini tuan Sean memperhatikan ku juga dan aku senang, ia bahkan mengajak ku minum kopi kapan kapan dan memberikan kartu namanya jika aku butuhkan apa apa"

"Benarkah, sudah aku duga dan kau serasi dengan nya Justin"

"Rami..... Kau kan tahu strata kita tidak sepadan dengan mereka"

"Kau orang baik dan melakukan pekerjaan halal, apa yang kau pikirkan dan jangan menyia nyiakan kesempatan mu untuk bahagia karena kau jauh lebih baik dari aku"

"Ucapan mu membuat ku sedih, menurut ku kau dan aku tidak ada bedanya apalagi kita tidak berteman untuk beberapa hari saja tapi selamanya aku mau jadi teman mu. Apa yang kau lakukan karena ekonomi, bukan karena kau suka"

"Aku tidak punya keahlian lain, aku dan anak ini butuhkan banyak biaya Justin. Siapa lagi yang membantu, aku harus melakukan semuanya sendiri"

Justin menatap Rami sendu dan memegang tangan nya.

"Aku akan membantu mu apapun itu jika kau membutuhkan nya, kau sahabat ku dan tuan Ben berilah ia kesempatan Rami dan kata tuan Sean ia terus mengawasi mu"

Rami menghembuskan nafas pelan.

"Akan aku pikir kan, kau kan tahu perasaan ku padanya"

Justin tersenyum dan mengangguk.

"Sean kau tak bercanda kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sean kau tak bercanda kan?"

"Tidak, aku sudah resmi berhubungan dengan Justin dan ia manis sekali selalu membuat ku gemas"

Ben tersenyum.

"Aku ikut senang mendengar nya kawan"

Justin berlari ke arah Sean dan Ben di dekat mereka memarkirkan mobil, Sean menarik keduanya.

'Tolong kami ada masalah dan salah satu menyerah Rami, polisi butuhkan waktu untuk datang dan yang lain berusaha membantu tapi.... Orang itu bersenjata"

Ben dan Sean berlari bersama menuju hotel yang sedang kalut beberapa pengunjung hotel memilih check out dan pergi, Ben dan Sean berserta security mendobrak pintu dan berhasil tampak Rami berlutut dengan kedua tangan di belakang kepala air mata nya sudah mengalir.

"Kau.... Ia memilih kau daripada aku, apa bedanya kau dan aku heh"

Ben diam ia mencoba bicara dengan entah seperti nya pelanggan satu ini menginginkan Rami seutuhnya untuk nya, laki laki yang emosi itu hendak menembak Ben namun Rami tidak akan diam saja dan ia menjauhkan tangan laki laki itu namun semua chaos dan Rami jatuh laki laki itu menembak nya tanpa sengaja yang awalnya ia hanya mengancam agar Rami mau bersama nya selamanya.

Tbc

Street Whore (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang