Rami melihat lihat sekitar dan sepi lalu ia berjalan pelan sambil menggendong anak nya yang terlelap di gendongan nya, Rami hendak melarikan diri dan berhasil ia sudah keluar karena orang rumah Ben sedang sepi Ben kerja sedangkan orang tuanya ada urusan keluarga.
Sambil menggendong si kecil Rami berlari dan ia akan pergi ke tempat Justin karena hanya di sana tempat yang ia bisa tuju, saat sampai tentu saja Justin kaget dan langsung menyilakan nya masuk.
"Duduklah Rami"
Rami duduk dan beruntung bayinya tidak cerewet.
"Apa yang terjadi?"
Rami menceritakan apa yang terjadi pada nya dan orang tua Ben ingin memisahkan nya dari bayinya tentu Rami tak setuju.
"Jadi kau melarikan diri dari rumah Ben, Rami Ben pasti khawatir padamu dan bayi kalian"
"Bagaimana bisa aku menerima tawaran orang tuanya, biar mereka hina aku sepuasnya tapi jangan pisahkan aku dengan anak ku dan aku tidak mau kehilangan yang satu ini lagi"
Justin diam dan ia mengambil baby dari gendongan Rami tampak Rami lelah, Justin mengirim pesam pada Sean mengenai apa yang terjadi hingga sepulang dari kantor ia langsung mampir ke rumah Justin namun ia tidak sendiri tapi bersama Ben.
"Rami"
Rami berbalik dan langsung menghambur ke dalam pelukan Ben.
"Aku minta maaf tuan Ben"
"Rami tidak apa apa, kau melakukan nya demi anak kita dan kau tidak usah khawatir kita akan menikah secepatnya"
Rami mendongak terkejut,
"Tuan masih ingin menikah denganmu?"
"Tentu saja, secepatnya dan aku tidak peduli apapun yang orang katakan"
Rami tersenyum mengangguk dan Sean merangkul Justin mereka ikut senangsenang, Ben pulang dan ia menitipkan Rami dan anak mereka pada Justin.
Di rumah, orang tua Ben panik karena tidak menemukan cucu mereka dan mereka marah pada Rami namun Ben acuh saja menulikan telinga nya.
"Terserah kalian mau bilang apa, aku akan menikah dengan Rami dan aku tidak peduli dengan masa lalunya"
Ben sudah berganti pakaian dan kembali pergi.
Rami ikut senang kalau ternyata Sean melamar Justin lebih dulu.
"Kau baru bilang sekarang?"
"Aku malu"
"Tuan Sean orang yang baik, kalian sangat serasi dan kalian berdua orang yang baik"
Ketukan di pintu membuat Rami bangkit dan membuka pintu yang rupanya adalah Ben dengan membawa banyak barang dalam kantung kertas entah apa isinya, Rami lega itu semua perlengkapan bayi yang memang Rami tidak terpikirkan untuk membawanya waktu pergi.
Rami menggendong anak nya karena terbangun jujur ia tidak enak jika terus menumpang di rumah kecil Justin dan bahkan menggunakan ranjang nya untuk anaknnya dan ia namun Justin santai santai saja dan ia lega Ben membeli ranjang bayi, Justin membantu Ben dan Sean yang akhirnya Ben dan Sean nyerah karena Justin marah meteka selalu salah.
"Bagaimana mau punya anak kalau begini"
Justin mendelik memandang Sean yang cengengesan.
"Dan tuan Ben sudah punya anak kok nggak tahu pasang boks bayi"
Rami hanya tertawa pelan dan setelah Justin sepenuhnya memasang boks bayi barulah selesai, Rami meletakkan bayinya setelah terlelap di gendongan nya dan kenyang setelah menyusu.
"Luka mu sudah pulih Rami"
"Terus?"
"Ayo menikah"
"Hah sekarang?"
"Makin cepat makin bagus, kau mau kan?"
"Aku mau tuan Ben tapi.... "
"Ada Justin yang akan menjaganya"
Justin tersenyum manggut-manggut.
"Bagaimana dengan orang tua tuan Ben"
Ben jadi kesal hingga ia menggendong tubuh Rami membuat Rami terkejut dan Justin tertawa.
"Setelah menikah kau akan pulang, aku akan membuat orang tua ku terkejut dan mereka harus tahu hanya kau yang aku cinta Rami"
Rami duduk di pangkuan Ben menghadap wajah Ben, ia tidak tahu harus berkata apa lagi karena dada nya penuh dengan kebahagiaan karena ia akan menjadi milik tuan Ben seorang dan ia makin mencintai tuan Ben.
Di gereja awalnya agak sulit karena mendadak namun akhirnya pendeta mau memberkati mereka dalam pernikahan, Rami mencium Ben dan Ben mengangkat tubuh nya agar mereka sejajar hingga terdengar tepuk tangan riuh tendah dari jemaat yang kebetulan ada.
Setelah menikah mereka langsung menjemput bayi mereka dulu dan mengenai barang barang nanti bisa menyusul namun jujur Rami takut, ia bahkan tidak berani mengangkat wajahnya di hadapan kedua orang tia Ben yang seolah menghakimi nya dan merendahkan nya.
Tbc