Justin menggendong bayi Rami dan Sean membawa pakaian Rami sedangkan Ben memegangi Rami menuntun nya ke kamar Ben dan bayi di bawa ke kamar bayi yang di siapkan secara kilat.
Rami akan tinggal bersama Ben karena tidak mungkin Rami tinggal sendiri dengan keadaan seperti ini, Rami merintih pelan saat Ben membantu nya duduk di ranjang."Sakit sekali"
"Karena itu kau jangan banyak bergerak"
"Bagaimana dengan bayi nya jika menangis tengah malam, aku takut kalau bayi nya jadi sakit"
"Ada aku dan pelayan, tugasmu hanya istirahat sampai pulih dan bilang pada ku jika kau ingin ke kamar mandi"
Rami mengangguk dan ia berbaring pelan dan hati hati, Rami merasa tidak berguna sekarang ini.
Rami mendengar tangis dari kamar bayinya dan hendak bangkit namun ia butuhkan waktu untuk meredakan sakit sebelum bangkit, ia melangkah pelan dengan berpegangan pada dinding namun langkah nya terhenti dan Rami tersenyum.
Ben menggendong bayi yang tampak kecil di gendongan nya tampak jelas Ben sangat menyayangi anak mereka, Rami masuk perlahan membuat Ben kaget dan satu tangan ia membantu Rami mendekati bayinya yang mulai tenang
"Mungkin ia lapar"
Bisik Rami dan mencium bayinya lembut hingga menggeliat pelan karena ciuman Rami.
"Mungkin juga, aku sudah menggantikan popok nya namun ia masih belum mau tidur"
Rami duduk di kursi goyang perlahan dan Ben menyerahkan bayi nya untuk di susui Rami, sampai Rami menoleh dan menyipitkan matanya.
"Apa yang tuan pikirkan?"
"Tidak.... Hehe aku hanya berpikir ia bayi yang beruntung"
"Tuan ini bukan waktu nya memikirkan itu, nanti kalau aku sudah pulih"
Ben terkekeh.
"Besok orang tuaku akan datang untuk menemui mu dan cucu mereka, aku meminta mereka datang dan aku sudah cerita tentang mu pada mereka Rami"
Rami terdiam dan kembali menatap bayinya yang mulai tidur, ia takut orang tua Ben mencaci nya mengingat pekerjaan nya.
"Ibu ini Rami dan anak kami"
Ibu Ben dan ayah Ben malah fokus dengan cucu mereka mengabaikan Rami dan seolah-olah Rami tidak terlihat, Rami memilih diam dan menunduk karena dari tadi hanya Ben dan cucu mereka saja yang mendapatkan perhatian namun Rami tidak berharap tinggi.
Makan siang pun Rami kembali merasa terabaikan namun ada beberapa ucapan pedas yang memang di tujukan pada nya mengenai mengurus bayi dan lain lain nya, Rami hanya berani mengangguk tatapan mereka terlalu menusuk.
Di kamar tidur Rami lebih dulu berbaring setelah menidurkan bayi nya, Ben memeluk nya dari belakang.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan"
"Aku sudah memperingatkan tuan Ben"
"Aku tidak peduli Rami"
"Tuan yakin?"
Ben mencium punggung Rami.
"Aku mencintaimu Rami, mereka tidak berkomentar apa apa toh mereka senang kau sudah memberikan mereka cucu setelah sekian lama mereka mendesak ku untuk menikah"
Rami memejamkan matanya tidak menyahut tetap saja tidak nyaman baginya, saat pagi Rami sudah mandi dan menuju kamar bayi nya untuk ia susui.
"Tidak, ia harus menyusu dengan susu formula saja agar ia tidak menjadi seperti kau"
Mendengar ucapan ibu Ben rasanya sakit dan pelayan datang dengan susu formula yang sudah di siapkan, Rami mundur dan berjalan kembali ke kamar nya dan seleranya untuk sarapan sudah hilang.
Ben berdiri dan Rami marah mendengar keinginan orang tua Ben untuk meminta nya pergi dari rumah Ben dan tinggallam Ben bersama anak nya tentu Rami tidak rela, ia sudah bertekad untuk mempertahankan dan membesarkan anak nya yang ini.
"Aku tahu posisi ku di rumah ini nyonya dan bukan ingin ku tinggal disini, aku tidak mau meninggalkan anak ku"
"Ibu, Rami adalah ibu dari anak ku"
"Ibu tidak mau darah kotornya mengalir di darah cucuku lagi, ibu tidak mau ia menyusui cucuku"
Rami menatap Ben dan ia menatap marah pada mereka semua.
"Aku tahu aku pelacur jalanan tapi aku punya harga diri, aku melakukan nya karena selama ini hanya itu pilihan yang aku punya tuan tuan dan nyonya. Aku tidak mau dipisahkan dengan anak ku, aku menyayangi anak ku"
Rami memegang lukanya dan Ben menangkap tubuh limbung Rami lalu ia membawa Rami ke kamar, di kamar Rami menangis sesegukan di bujuk seperti apapun Rami terus mengatakan ia menyayangi anak nya dan tidak mau meninggalkan anaknya begitu saja Ben mengangguk dan memegang tangan Rami erat.
Tbc