Sudah ku katakan pulang ke rumah Simon memang tidak akan pernah menjadi mudah dan malah menambah beban pikiran. Sekali lagi dering ponselku menyadarkanku tapi kali ini sedikit membuatku berdebar.
"Kau di mana, cantik? Aku pulang dan tidak bisa menemukanmu?" Tanya Van di seberang sana.
"Aku di rumah utama, jangan tanyakan apapun dan jemput saja aku sekarang, boleh kah?" Putusku dengan nada serius.
"Aku akan segera tiba di sana. Berjanjilah padaku untuk baik-baik saja" entah mengapa perkataannya membuatku sedikit merasa pilu.
Panggilan terputus membuatku kembali tersambung pada Jessica.
"Countess, sekali lagi terima kasih sudah memahamiku dan mohon maaf sebesar-besarnya" terangnya padaku.
"Tidak ada hal lain yang kini dapat ku katakan padamu, tolong beri aku ruang sebelum aku benar-benar meninggalkan singgahsanaku" ia mengerti dan berakhir meninggalkanku sendiri.
Tidak butuh waktu lama karena aku benar-benar membawa barang yang kuperlukan dan benar-benar milikku. Hal-hal yang ku rasa penting. Aku tahu Jessica masih ada di depan kamarku dari suara tangis bayinya. Apa setidak sabar itu ia ingin menempati kamarku?
Aku keluar dengan koper berukuran sedang milikku lalu terlihat Jessica sedikit menelisik ke dalam kamarku sebelum memulai kembali pembicaraannya denganku.
"Apa kau akan pergi sekarang, countess?" Tanyanya terdengar sendu.
Bukankah ini yang ia inginkan? Kenapa harus berpura-pura sedih?
"Jika kau bersedia dan ingin, pakai saja barangku yang masih ada di sana, aku memang sengaja tak membawanya, tapi jika hal itu melukai harga dirimu, silahkan dibuang saja" kataku lalu memberikan koperku pada maid.
"Biarku antar ke depan, countess" ujarnya mengikutiku.
Aku terhenti dengan langkahku karena risih dengan tingkahnya.
"Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan? Jangan buat situasi menjadi semakin tidak enak. Jujur aku tidak nyaman kau terus berada di dekatku" sentakku dengan nada tidak ramah.
Tapi wanita itu tetap mengikutiku sampai depan rumah, seperti permen karet. Untungnya Van sudah sampai dan ia segera mengambil alih barangku, memasukkannya dalam mobil, lalu membukakan pintu mobil bagiku.
"Hati-hati di jalan countess" ucap wanita itu sekali lagi memberikam courtesy.
Aku menoleh sebentar ke arahnya sebelum masuk ke mobil dan Van menutup pintu untukku.
Van segera masuk dan menggenggam tanganku sambil mengusap sebentar seolah menenangkan amarahku.
"Jalan sekarang" ucapku masih dalam mood yang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenery of You [Hiatus]
FanfictionApa kalian pikir, hidup mewah dengan harta segudang, sebagai nyonya rumah yang memiliki ratusan maid yang siap menuruti perintahmu adalah sebuah definisi dari hidup enak? Mungkin iya bagi sebagian besar orang, tapi tidak bagiku. Hidup di dalam ruma...