TSoy -17-

177 25 2
                                    

Pagi itu aku menghubungi orangtuaku untuk memberi mereka kabar bahwa aku akan pulang dan membawa seseorang yang spesial dalam hidupku. Ibu tahu, aku tak pernah sekalipun menyukai kehidupan pernikahanku dan ia sudah menebak bahwa pada akhirnya aku menemukan cinta di dalam hidupku.

"Apapun pilihanmu, ibu akan mencoba untuk selalu ada di pihakmu dan mendukungmu. Akan ibu sampaikan kepulanganmu pada ayah, ia masih sibuk dengan ternaknya" ya, keluargaku pemilik sebuah peternakan ternama di Cheltenham yang membuat kami dekat dengan keluarga Spencer.

"Terima kasih ibu, akan kuceritakan detilnya saat sudah berada di rumah. Tidak perlu repot memasak, cukup terima kami dan restui saja hubungan kami" pesanku pada ibu.

"Tapi sebelum memberikan restu, apa kau bisa menangani kemurkaan keluarga Spencer karena pengkhianatanmu?" Tolonglah ibu?

"Izinkan aku bertanya kembali, apakah ibu bersedia untuk murka pada keluarga Spencer jika kenyataannya adalah aku yang telah di khianati?" Ujarku jujur.

"Maksudmu?" Ah, aku tahu ibu tidak akan siap jika mendengar penuturan ini dari telepon.

"Aku akan sampai di sana sore hari, kita jumpa saat makan malam ya bu? Setelah itu baru kita bahas yang belum ku ceritakan"

"Aku akan sampai di sana sore hari, kita jumpa saat makan malam ya bu? Setelah itu baru kita bahas yang belum ku ceritakan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita jadi ke Cheltenham?" Tanya Van yang sudah siap.

"Tentu saja, kau ragu menemui orangtuaku?" Tanyaku terdengar meragkukannya.

"Di saat kita sudah sejauh ini? Apakah ada tersirat ragu bahkan di iris mataku? Iris?" Entah mengapa terdengar manis di pendengaranku.

"Kalau begitu siapkan mentalmu untuk menghadapi ayahku" lalu aku berjalan meninggalkan Van di belakangku.

"Sayang? Apakah ayahmu segalak itu? Apa kita perlu membawa sesuatu yang ia sukai untuk meredam amarahnya?" Tanya Van terdengar ciut.

"Kau takut?" Tanyaku berbalik.

"Ayolah, aku hanya ingin segalanya lancar tentang kita" pria di depanku ini selalu terdengar tulus ketika membahas tentang kita.

Aku memilih untuk mendekat dan memberikan kecupan pada pipi pria tampan di hadapanku.

"Ayahku sudah punya segalanya, jadi tidak perlu membawa buah tangan dan cukup jadi dirimu sendiri untuk mendapatkan hatinya. Kau sudah lebih dari kata baik untuk disukai oleh orangtuaku karena kau adalah cinta yang hadir dalam hidupku, jadi jangan ragu lagi, sayang" aku kembali berjalan keluar dari apartemen sementara priaku masih mematung karena sebuah kecupan di pipinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Scenery of You [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang