Bagian duniaku

45 2 1
                                    

Namun kau tampak baik saja
Bahkan senyummu lebih lepas
Sedang aku di sini hampir gila

Bernadya

...

Aku merindukanmu mas, benar-benar rindu. tangisanku selalu pecah sehabis pulang bekerja, merindukan sosok kamu yang tak lagi ku temui asalnya.

Cerita-ceritaku hangus begitu saja, padahal tak pernah ku buang, hanya saja ia menghilang dengan tenang dan tak pernah ingin ku temukan. ku tau, cerita-ceritaku tak ada lagi yang mampu menerima dengan utuh, sebab itu ia malu jika bersikeras ingin didengarkan. aku hidup dengan ceritaku sendiri, aku bertahan sebab aku masih mampu menciptakan sendiri aksaraku. aku tak pernah rampung menyelesaikan cerita ini, tak pernah berhasil setiap kali aku berusaha untuk mengejar bagian akhir. aku selalu ingin cerita ini ada di bab pertama, bab yang ku suka sebab awal mula ku tau bahwa aksaraku ada yang suka. pada bagian-bagian itu, aku tak pernah merasa menjadi separuh, sebab ia selalu membuatku merasa utuh. ia, terlalu sempurna untuk ku rampungkan sampai bagian akhir. hatiku sendiri tak rela bahwa cerita tentangnya sudah seharusnya di usai kan, sejak lama, bahkan daridulu.

Asal mas tau saja, setiap kali aku menulis untukmu, perasaanku bergejolak ingin kamu membaca ini. aku ingin mas tau bahwa disini, penyesalanku begitu hebat sampai tak ada obatnya. aku juga ingin mas tau, bahwa cintaku selalu sama sejak awal bahkan saat perpisahan kita dulu. aku terus mencintai mas, perasaanku tak berubah. cinta yang ku jalin setelah tak bersama mas, adalah kebohongan besar.

Aku mencintaimu. dan itu tak pernah usai sampai kini, aku tak tau berapa banyak lagi aksara yang akan ku buat untuk menyalurkan perasaan yang sudah tak ada jalannya ini. aku cemas, cemas dan takut akan bagaimana akhirnya aksaraku ini. akan bagaimana akhir dari segala cerita yang ku habiskan sendirian untukmu, aku takut aksaraku akan berakhir menderita dan tanpa siapapun tau bahkan diriku sendiri. aku takut, aksaraku akan berakhir pada kesunyian bahkan sebuah perasaan yang menyedihkan.

Aku hanya bisa menerima bahwa aku merindukanmu yang ku tau sekarang kamu pun sudah memilih untuk menghilangkanku. keberadaanmu jauh lebih penting dari apa yang ku harapkan untuk saat ini, biarlah keberagaman sunyi ini berhasil mendobrak takdirku sendiri. biarkan ia, biarkan ia menjalar sesukanya. katanya, luka bisa sembuh seiring dengan keihklasan, lalu bagaimana luka itu bisa hilang sedangkan yang menjadi penyebab luka itu adalah rasa ikhlasku sendiri?

Aku sudah menghitung dari banyaknya sisa hidup yang ku jalani, menjalani pekerjaan yang rasanya ingin selalu ku segerakan akhirnya. Aku kesepian, sepanjang perjalanan yang setiap hari ku lalui di antara lalu lalang kendaraan ini, aku menghela nafas.

"Jalanan bikin jengah ya mbak?" Ku akui gadis disebelahku benar, "aku masih anak sekolahan lihat orang-orang dewasa rasanya keliatan berat banget, apalagi nafas mbak daritadi kedengarannya kaya banyakkk... banget bebannya, emang dewasa secapek itu ya?"

"Tanya aja ibu kamu, cape ga dia? dan juga perasaan setiap kali saya pulang, kamu selalu nyempil diantara kerumunan busway jam segini, dan selalu masih belum ganti baju, memangnya guru kamu gak negur? atau ibu dan bapakmu memangnya mereka tidak khawatir? atau memang kamunya yang bebal?" Perihal dewasa, aku selalu tak mampu untuk menetralkan perasaanku sendiri. Pertanyaan gadis ini, membuat aku tak bisa tenang. Aku selalu takut, ketakutan. Sebab, difase dewasa ini aku sudah banyak kehilangan.

Gadis itu berdiri, meraih tiang besi busway yang ada didepannya, "ya gitu deh, yang gak aku suka dari dewasa, selain orangnya ya mood nya. Makanya kenapa aku lebih nyaman pakai baju sekolah, ya sebabnya itu!"

"Bebal?" tanyaku.

Gadis itu menghela nafas, "sebab kalau aku pakai baju sekolah, rasanya lebih bebas untuk berekpresi, lebih bebas untuk tau lebih dalam bahwa setelah lulus nanti mungkin kehidupanku gak akan jauh beda sama kamu, mbak." Gerutunya, "lesu, capek, gak mood apapun apalagi setelah bekerja, rasanya semua isi dunia menyebalkan deh!" Bebas untuk berekspresi, kalimat apik yang tak ku temui lagi setelah aku menginjak fase ini. Hidupku sekarang, memang berjalan sesuai takdir, namun kabar buruknya adalah aku yang tak mengusahakan akan seperti apa dan bagaimana jalan takdirku berjalan. Gadis itu benar, setelah dewasa seluruh isi dunia terasa menyebalkan.

Tulisan dari DhiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang