[Slow Update]
BE MY HOME SEQUEL 🏡
Tentang kehidupan keluarga kecil Jung yang menghadirkan banyak warna di setiap harinya. Jeno si kepala keluarga yang bisa diandalkan, Renjun si ibu muda yang kesabarannya setipis tisu, Jisung si sulung yang berhat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagi sebagian orang, ulang tahun menjadi hari istimewa yang harus dirayakan. Namun sebagian lainnya memilih untuk melewati hari itu dalam hening, tanpa perayaan besar atau ucapan selamat sekali pun. Mereka memandang bahwa hari ulang tahun tidak berbeda dengan hari biasa pada umumnya. Atau, mereka merasa bersyukur dengan usia yang tercapai hanya saja sudah merasa terlalu tua untuk merayakannya dalam suka cita.
Jung Jeno adalah tipe orang yang tidak merayakan hari dimana ia dilahirkan ke dunia. Selain karena kesibukan, dia juga selalu teringat pada sang mami setiap kali usianya bertambah. Jeno tak dapat memungkiri bahwa dia merindukan maminya. Seandainya masih hidup, pasti maminya akan memasakkan sup rumput laut yang lezat itu lalu merengkuhnya dalam doa paling tulus.
Sedangkan Renjun merupakan kebalikannya. Karena sejak kecil dia selalu dilimpahi dengan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya, maka Renjun pasti akan senang gembira saat hari ulang tahunnya tiba. Ramai dirayakan dan mendapatkan ucapan doa tanpa henti. Renjun menyukai semua perhatian yang tercurah untuknya. Dia merasa disayangi dan eksistensinya di dunia ini memang disyukuri oleh banyak orang.
"Jadi, adakah yang punya ide?" Tanya Renjun seraya menatap kedua putranya bergantian. Mereka bertiga bergabung dalam misi untuk membuat kejutan di hari ulang tahun Papa seminggu yang akan datang. Renjun lah yang pertama kali mencetuskan rencana ini. Suaminya itu tidak akan ingat hari ulang tahunnya sendiri kalau bukan orang lain yang mengucapkan. Sehingga kali ini Renjun ingin membuat memori berkesan yang tidak akan terlupakan.
Jisung dan Yushi saling melempar pandang. Setelah diam selama sekian detik, Jisung adalah yang pertama mengutarakan pikirannya. "Kita piknik ke bulan saja bagaimana ma? Nanti kita rayakan ulang tahun papa disana. Wah, keren sekali pasti. Keluarga kita akan menjadi sorotan dunia!"
Tak hanya Yushi yang memandang kakaknya dengan tatapan aneh, Renjun bahkan sampai menghela napas panjang. "Tolong pikirkan sesuatu yang logis, sayang. Kita ini belum cukup kaya untuk menyewa pesawat luar angkasa."
Jisung yang tadinya bersemangat pun kecewa karena idenya ditolak. Padahal kan seru kalau mereka benar-benar pergi ke bulan. Siapa tahu dia bisa sekalian mencari tahu keberadaan alien.
"Memangnya mama yakin papa tidak ke luar negeri di hari ulang tahunnya?" Giliran si kecil yang bertanya. Walau usianya masih tujuh tahun, tapi pikirannya justru jauh lebih dewasa dibandingkan anak sebayanya.
"Ah, Yushi benar. Mama harus memastikan hal itu dulu. Tapi kalau pun papa berencana ke luar negeri, mama akan mencegahnya. Kalau perlu papa tidak boleh bekerja di hari ulang tahunnya." Tekad Renjun berapi-api.
"Yushi tidak yakin papa mau dipaksa berhenti bekerja," Yushi menggelengkan kepala lalu menopang dagu.
"Gampang, nanti Yushi pura-pura sakit saja. Sakit yang parah. Pasti papa akan pulang dan berhenti bekerja. Ya kan ma?" Usul Jisung yang disambut pukulan ringan di kepalanya. "Aduh, mama!"