Bab 2 : Tetangga Baru

69 4 4
                                    

Happy Reading ~

.
.
.
.

"Gara-gara lo ya! gue sampe dimarahin sama mamih gue. Kalo aja lo makhluk idup, udah gue ajak ke simpang gang sono. Gas! Bertumbuk kita!"

Tak tau apa yang membuat pria muda yang masih memakai seragam putih abu-abu itu terus saja mengomel tak jelas. Bahkan bibirnya itu sedari tadi mengerucut terus menggerutu kesal, seraya tangannya memasukan tanah dengan tak iklasnya kedalam pot hitam yang berisi sebatang tanaman berdaun lebar itu.

"Kalo lo tadi nggak nangkring disini kan, gue nggak sampe nabrak lo. Gara-gara lo nih! pantat gue jadi sakit dipukulin pake centong ricenya Mamih." lanjutnya pria muda itu terus mengomel.

Ekspresinya saat ini pesis seperti macam bocah kecil yang merajuk ketika tak diberikan mainan yang dia mau. Atau, seperti emak-emak saat mode mengomel ketika sedang membersihkan rumahnya. Atau... Ah, sudahlah, lupakan. Yang terpenting kira-kira begitulah kondisi seorang Regan Lesmana saat ini.

"Mana gatel lagi bokong gue, mau digaruk tangan gue kotor gara-gara benerin lo. Sengaja kan, mau bikin gue sengsara kayak gini, Iyakan?!. Jawab kek! Diem mulu lo dari tadi."

Entahlah, Regan seolah lupa atau memang dia sudah tak peduli jika mungkin saja ada orang lain yang lewat didepan rumahnya dan melihat kelakuan pria itu saat ini. Paati mereka semua bakal mengira jika pria muda yang masih duduk dibangku sekolah itu sudah gila.

Bagaimana tidak? tak ada manusia yang masih normal mengajak tumbuhan mati berbicara lebih tepatnya mengomel tak jelas seperti itu. Mau sampai lebaran monyet pun tanaman itu tak akan pernah bisa menjawab perkataannya.

Sungguh, kasian sekali tunggal Lesmana satu ini.

"Mana panas lagi. Kan nggak lucu kalo nanti wajah ganteng gue jadi item, gara-gara—"

"WOY! REGAN LESMANA! SEHAT LO NGOMEL SAMA TANEMAN!?"

Regan yang semulanya menatap penuh permusuhan pada tanaman tak bersalah itu sontak saja mendongak dan mendengus, saat melihat pria yang kini tengah asik meminum susu kotak bergambar pisang seraya duduk di jendela lantai dua kamar miliknya.

"Bacot lo, Bim. Mending kesini deh, bantuin gue!"

"Aduh, sorry aja ni bro, gimana ya.. bukan nya gue gak mau bantuin lo. tapi gimana yah, cuaca panas nih, gue gak mau aja nanti rambut gue bau matahari setelah bantuin lo. Kan jadi kesian rambutnya gue," ucap Bima dengan memasang wajah sok menyesalnya.

"Alesan lo! Ngomong aja kalo lo kagak mau bantuin gue!" sungut Regan.

"Nah.. itu lo udah tau," Ucap Bima disertai cengengesan diwajah tengilnya. Seolah tak peduli dengan ekspresi Regan yang kini sudah menatapnya penuh permusuhan.

"Sialan lo!" kesal Regan yang sontak berdiri dengan tangan kanan sudah menggengam tanah, berniat melemparkan kearah sahabat lucknut nya itu.

Tapi belum sempat tanah itu melayang, Bima yang sudah tau lebih dulu niat jahat Regan. Sontak segera cepat-cepat masuk kedalam dan menutup rapat jendela.

Regan yang melihat rencana jahatnya gagal, sontak memejamkan kedua matanya seraya menghela napas panjang menahan segala rasa amarah.

"Hah.. astaghfirulloh, Sabar. Regan anak ganteng cucunya mbah Raharjo harus sabar. Nanti kalo sabar, pasti istrinya banyak."

Regan beralih menatap pot tanaman dihadapnya yang masih belum sepenuhnya terisi oleh tanah itu, dirinya kembali menarik napas lelah.

"Gini amat sih, cobaan orang ganteng"

Regan yang akan berjongkok berniat ingin melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda, tiba-tiba terhenti kala atensinya tak sengaja melihat sebuah mobil buk putih besar yang dirinya sangat kenali itu kini berhenti tepat didepan rumahnya.

"Itu mobil kok, parkir disitu?" Regan menatap bingung saat mobil yang tiba-tiba saja berhenti didepan rumahnya. Lebih tepatnya, pada halaman rumah yang sudah lama kosong setelah ditinggal pemiliknya pindah beberapa tahun yang lalu.

Jadi wajar saja, pria muda itu terlihat bingung saat rumah sudah lama kosong yang terkenal angker itu tiba-tiba saja dikunjungi oleh orang asing.

Terlebih, sepertinya rumah itu sudah memiliki pemiliknya yang baru. Nampak jelas beberapa orang sudah keluar dan terlihat mengangkut barang-barang perabotan untuk dimasukan ke dalam rumah itu.

"Ada tetangga baru kah?"

"Enggak tau. Tapi dengernya sih gitu,"

"Ouh.. gitu ya?"

"Iya,"

"Masa sih?"

"Iya,"

"Tap- Eeh! Bentar-bentar..."

"Bukanya gue disini sendirian kan ya?, trus yang jawab tadi sia— ASTAGHFIRULLOH!! MANG TATANG! YA ALLAH, SEJAK KAPAN DISINI?!" Teriak Regan spontan saat melihat pria paruh baya dengan ciri khas peci sedikit miringnya itu tiba-tiba saja sudah berdiri tepat sampingnya.

Mang Tatang yang melihat wajah kaget Regan sontak cengengesan merasa bersalah pada pria muda disampingnya ini. "Ya sejak tadi atuh den. Itu, pas aden Regan ngomong sama tuan Bima. Saya mah, sudah disini dari tadi," jelas pria baya itu.

"Astaga, untung aja Regan nggak sampe jantungan tadi Mang," lega Regan, walaupun ada sedikit rasa jengkel sih dihatinya. Tapi beruntung saja yang disitu Mang Tatang, Beda cerita lagi kalo itu Bima.

"Hehe.. iya, maap atuh, kan saya cuma jawab pertanyaan aden tadi,"

"Tap-"

Regan tak melanjutkan ucapanya, pria itu beralih menatap kedepan kala mendengar suara mobil datang, dan benar saja terlihat mobil hitam yang baru saja tiba dan berhenti tepat dibelakang mobil buk putih tadi.

"Itu penghuni baru ya Mang?"

Mang Tatang yang ditanyai itu sontak ikut menoleh kedepan, menatap kearah mobil yang juga dilihat oleh Regan. "Kayaknya sih, gitu den"

"Kalo dia cewek, kira-kira cantik nggak ya Mang?" tanya Regan dengan wajah tengilnya.

Pria paruh baya yang mendengar pertanyaan anak majikanya itu, terlihat terkekeh sebentar "Den inget, udah punya banyak pacar loh.. masak ya mau nambah lagi"

"Hehe.. Ya kan masih pacar Mang, belum jadi istri. Jadi nggak papa dong, kalo Regan punya banyak pacar. Itung-itung sih ngepuasin diri sebelum nikah, iya nggak?. Sekaligus biar wajah ganteng Regan berguna gitu.." Ucap Regan penuh alasan.

Sementara itu Mang Tatang yang mendengar ucapan pria muda disampingnya itu hanya terkekeh seraya menggeleng.

"Lah tunggu, itu bukannya—"

"ANJIR! Kok makin bening tambah cantik aja tuh cewek?!" kaget Regan saat melihat wanita berambut panjang baru saja keluar dari mobil hitam itu, membuat Mang Tatang yang melihat itu sontak dibuat bingung dengan ekspresi kaget tuan mudanya ini.

"Den Regan kenal? Mantan aden?"

"Iya Mang. Eh.. bukan! Dia itu temennya mantan pacar saya sih, lebih tepatnya" Jawab Regan yang masih asik memandangi gadis yang terlihat sedang meneliti rumah kosong itu.

"Syukur deh,"

Jawaban dari Mang Tatang itu sontak saja membuat Regan menoleh menatap curuga kearah pria paruh baya disampingnya.

"Kenapa Mang? Jangan bilang kalok Mang Tatang suka lagi sama dia?!" Tanya Regan dengan was was.

"Bukan gitu atuh,"

"Terus?"

"Itu, Mamang denger-denger kalo penghuni barunya rumah itu udah.." Mang Tatang sengaja menggantung ucapanya.

Pria paruh baya itu terlihat meneliti sekitarnya, sebelum mendekat kearah Regan dan berbisik ditelinganya. "Udah jadi janda,"

"HAH?! JANDA?!"

                                  *****

*Regan Lesmana
*Resha Lestari

                           

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Godaan Janda Muda [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang