Lux

1.8K 85 15
                                    

𓇼𓇼𓇼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓇼𓇼𓇼

"Bagus yah, pemandangan dari situ."

Rin tersentak kaget ketika mendengar suara ringan dan berseri seseorang mencapai gendang telinganya. Tadinya ia sedang berdiri di pinggiran atap laboratorium yang merupakan tempat paling tinggi di sekolah ini. Memejamkan mata dan siap untuk terjun.

"Sayang sekali kita tak bisa terbang."

Seorang siswa bertubuh ramping dan lebih pendek darinya melangkah mendekat dan berdiri tepat di sampingnya. Membuat Rin jantungan sendiri; takut kalau-kalau si rambut bob itu akan terpeleset lalu jatuh lalu meninggal.

Rin mengenal siapa pemuda yang tiba-tiba menghampirinya tersebut. Namanya Bachira Meguru, kerap kali dipanggil Megu atau Chira atau Ruru. Dia adalah seorang siswa populer yang disukai banyak orang karena karakternya yang lucu ditambah parasnya yang menggemaskan. Kelopak mata cerah, rambut halus dengan warna legam dan terang sekaligus, kulit putih dengan beberapa plester yang melekat disana. Siswa kelas 3 yang setahun lebih tua di atas Rin.

Sekolah mereka adalah sekolah khusus laki-laki. Namun setiap tahun Bachira selalu akan mendapat puluhan mawar dan coklat. Beberapa diletakkan diatas meja, beberapa memberikannya langsung secara terang-terangan, beberapa meletakkannya di loker olahraga, dan bahkan cukup banyak yang meletakkannya di loker sepatu.

"Kenapa? Mau mati ya?" Tanya Bachira spontan.

"Sok tau," balas Rin dengan nada tidak bersahabat, melangkah mundur menjauhi Bachira, dan kini dia berada di pijakan yang aman.

Bachira tertawa, "maksudnya kalau udah mati hantuin aku ya, kamu ganteng soalnya."

"Tidak jelas," Rin memalingkan wajahnya, sedikit tersipu.

Nyatanya benar. Rin memang berniat bunuh diri.

"Dipuji kok merajuk. Pasti anak bungsu."

"Berisik"

"Loh? Tebakanku benar ya? Hahaha..."

Rin berdecak dan merasa jengkel. Tapi dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Pulang sekolah ikut aku yuk! Aku tunggu di depan gerbang loh!"

Dengan satu kalimat terakhir, Bachira pergi meninggalkan atap. Meninggalkan Rin sendirian disana, sekaligus menggagalkan rencana bunuh dirinya.

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Rin berjalan dengan normal menuju gerbang, tidak semangat dan tidak juga lambat. Ia tidak menganggap serius perkataan Bachira tadi, buktinya saja Rin sudah melewati pintu gerbang, namun Bachira tidak ada disana.

Kelopak sakura berjatuhan di sepanjang jalan, entah kenapa musim semi kali ini rasanya lebih dingin.

"Jadi, siapa namamu?"

Dengan kepala yang fokus pada langkah kakinya, Rin tidak sadar bahwa dia sudah berjalan cukup jauh melewati gerbang sekolah. Dan disana seorang pemuda bersurai lebah berdiri menghadapnya dari jarak beberapa meter, tersenyum, kelopak mata cerah, manis.

Ivy⚘ Harem|BachiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang