1. Pak Dewata

325 26 2
                                    

Sebuah mobil berhenti di istana kecil tua bergaya Bali klasik. Air mancur dari batu mengelilingi rumah. Patung dan lukisan berjejer di dindingnya. Sebuah pohon kamboja besar dikelilingi pohon melati yang bermekaran membuat hidung yang masuk ke area rumah itu akan mencium aroma khas.

Seorang wanita berjalan dan masuk ke sebuah ruangan tanpa pintu dan melihat pria tua yang sedang mengikis keris. Pria itu menoleh lalu berhenti bekerja. Kelihatan pria tua itu tersenyum damai dan menggiring wanita itu ke ruang tamu.

"Saya Sumarni, saya sudah menceritakan semua masalahnya ke bapak tadi lewat telepon"

"Iya, saya sudah paham. Mana anaknya?" Tanya bapak tadi.

Seorang pria masuk ke ruang tamu membawa seorang anak SMP yang masih menggunakan seragamnya. Anak itu tampak takut, sedih, tapi juga tidak melawan. Bapak tua itu mendekat dan memberikan anak tadi sebuah anggur.

"Patra, ini Pak Dewata. Dia bakalan nyembuhin kamu nak" ucap Bu Sumarni.

"Aku tidak menyembuhkannya... Dia tidak sakit. Aku hanya bisa menyiapkannya untuk hidup seperti manusia lainnya dengan tenang. Melatih bakatnya untuk stabil" ucap Pak Dewata.

"Kenapa kami harus percaya dengan bapak?" Tanya Ayah Patra.

Empat orang anak keluar dari kamar mereka dan berdiri di depan Patra. Dua orang anak SMP dan dua orang anak SMA.

"Mereka sama seperti anakmu. Savas melihat niat yang tertinggal, Karma melihat Kejujuran hati, Danu melihat cerita yang pernah ada, dan Ariya melihat pilihan terbaik"

Sang Ayah memanggil sang ibu untuk bicara dibelakang Pak Dewata.

"Kau yakin meninggalkan anak kita disini?" Bisik sang Ayah.

"Kita tidak ada pilihan lain. Patra harus ditangani oleh orang yang mengerti anugerahnya" balas sang ibu.

"Bagaimana dengan psikolog ahli anak itu?"

"Kita tidak cukup uang untuk membayar Jasa lagi. Kau bangkrut Parto, ingat itu" ucap Istrinya "Pak Dewata tidak meminta sepeser uang pun untuk menangani anak kita"

"Itu mencurigakan, mungkin saja dia pria tua pedofil yang ingin memanipulasi anak kita"

"Pak" seorang anak bernama Danu memegang kemeja Parto, ayah Patra "Kalau anda mencari kemana uang 700 juta anda, saya bisa bantu"

"Hah" Parto dan Sumarni terkejut.

"Ba-bagaimana anak ini bisa tahu" Parto menunjuk Danu dengan agresif sambil bertanya ke Pak Dewata.

"Saya sudah melarang Danu melihat masa lalu. Tapi sebagai remaja wajar mereka sedikit melawan." Ucap Pak Dewata "Dhanu, masuk dan tidur lah. Kau tahu melakukan Dhalang akan membuatmu sulit tidur kan?"

"Tapi kami benar-benar harus tahu kemana uang itu, apa nak Danu bisa membantu kami" Parto berlutut.

"Hanya kalau bapak memberikan setengah uangnya untuk kami" ucap Danu.

"DHANU!! Bukankah menggunakan berkah demi uang langsung adalah larangan utama disini" Pak Dewata membentak Dhanu dan Ariya sebagai anak didik tertua membawa Dhanu ke kamar.

"Kami akan tinggalkan anak kami disini dan mempercayakannya kepadamu kalau Danu bisa membantu kami pak" ucap Parto.

"Bapak harus memperjuangkan Patra. Kalau dia tidak di didik dengan benar, dia akan menjadi penjahat yang luar biasa" ucap Ariya.

Dhanu keluar dari kamar dan mengintip.

"Lakukan Dhalang mu Dhanu. Tapi kalian semua harus menemani Dhanu tidur malam ini agar dia bisa bangun" ucap Pak Dewata.

BLAKASENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang