4. PERTEMUAN

125 20 0
                                    

VOTE dan KOMEN BIAR NEXT CHAPTER CEPET...

Note : Chapter ini 80% adalah dialog, baca saat kalian tenang dan kondisi yang nyaman agar lebih masuk ke dalam cerita.




Patra dan Karma datang ke acara wisuda Danu layaknya saudara kandung yang diundang. Mereka bertingkah normal dan tenang karena acara itu adalah acara formal dan mereka berdua fokus untuk merasa bangga kepad Danu. Setelah selesai wisuda mereka foto bersama lalu pulang ke rumah Pak Dewata sore harinya.

Dua jam perjalanan ditempuh naik mobil dari kota kampus Danu. Karma membawa mobilnya untuk ditumpangi Danu dan Patra, namun sepanjang jalan mereka tidak banyak bicara. Danu fokus mengedit video dokumentasi wisudanya, Patra tertidur, dan Karma fokus menyetir.

Mereka sampai saat matahari sudah terbenam dan rumah Pak Dewata sudah lebih bagus dari dulu. Walaupun tidak punya pekerjaan pasti tapi Pak Dewata adalah seniman. Lukisan, patung, dan ukirannya sekali terjual pasti harganya fantastis. Selain itu Pak Dewata juga punya kebun teh yang diurus beberapa pekerja. Belum lagi Ariya dan Savas yang masih mengirimi Pak Dewata uang bulanan karena mereka benar-benar menganggap Pak Dewata ayah mereka.

"Lah, PakDe gada?" tanya Karma saat masuk ke dalam rumah.

"Iya, mendadak ada urusan pameran patung di luar kota. Udah telepon aku kok, dia juga titip salam ke kalian" jawab Danu.

"Gak sedih kamu beliau gak nyelametin wisudaan kamu langsung?" tanya Patra.

"Ngapain sedih, biasanya kalau ada pameran begitu PakDe dapet uang berjuta-juta. Tanpa kalian disini, kalau dia lagi kaya pasti uangnya lari ke aku semua hahahaha" Danu masuk ke kamarnya untuk mandi.

Patra masuk ke kamar pribadinya dulu dan melihat kalau foto-fotonya masih di pajang disana sebagai tanda bahwa Pak Dewata masih menyayanginya. Setiap foto yang dia kirim ke Danu di cetak oleh Pak Dewata dan diletakkan di dinding dengan bingkai yang rapi. Kamar itu masih bersih, tertata, dan beberapa barang yang dia tinggalkan dulu juga masih ada disana. Di pintu ada ukiran bertuliskan "Nawasena" sebagai penanada. Selain kamar pribadi ada juga kamar bersama, saat Patra melihat ke kamar bersama itu dia merindukan masa-masa mereka masih berlima di rumah Pak Dewata. Bermain, belajar tentang bakat, bertapa, berkebun, dan hidup dengan tenang jauh dari kota. Saat dimana dia dan Karma belajar konsep mencintai dan perasaan mereka belum rusak.

Karma juga melihat kamarnya yang masih diurus dengan rapi. Tulisan "Blakasuta" ada di pintu kamarnya dan beberapa barang yang dia tinggalkan dulu masih disana. Karma dan Patra masih canggung lalu mereka masuk ke kamar milik Danu, kamar dengan tulisan "Dhalang". Sebuah kamar yang paling kelihatan renovasinya. Pintunya saja jadi pintu dua daun, dan catnya lebih modern.

"Wih..." Karma takjub,  ternyata kamar Danu memang jauh lebih berubah mengingat dialah yang masih diurus langsung oleh Pak Dewata. Lantai yang dulunya kayu sekarang keramik putih yang dingin, ada AC di kamarnya lengkap dengan peralatan elektronik seperti komputer, dan TV/ Kasurnya juga spring bed besar tidak seperti dulu dimana masing-masing anak hanya dapat kasur kapuk. Lemarinya lebih besar dan banyak isinya, beberapa bahkan barang bermerk. Benar-benar kamar yang mewah dan Danu dirawat dengan baik oleh Pak Dewata.

"Kamar kamu mewah banget" puji Patra.

"Namanya anak kesayangan" Danu keluar dari kamar mandi pribadi di kamarnya sambil menyombong "Tapi aku kan cuma balik kesini kalo liburan aja. Kalo ngampus ya ngekos, sayang juga mih kamar."

Pintu di ketok. Ternyata Danu sudah memesan makanan ke warga sekitar. Mbak Sri meletakkan banyak makanan di meja ruang tamu. Ada tumpeng lengkap, ada nasi goreng, ada gorengan, ada sayur-sayur, ada juga berbagai macam sambal. Semua sudah Danu beli untuk makan malam hari ini.

BLAKASENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang