28. Dua Puluh Delapan

57 5 12
                                    

Perjalanan ke rumah Sisca tadi tidak menimbulkan banyak drama, Zion fokus dengan kendaraannya sedangkan Mona fokus dengan pemandangan disekitarnya meski itu hanya sebuah pagar beton berjejer.

Sebelumnya Zion sudah meminta maaf pada Mona tentang dirinya yang membohongi akan kejadian penjaga perpustakaan tadi. Kini semuanya sudah berkumpul diruang tengah rumah Sisca yang tergolong mewah, guci-guci marmer mahal menghiasi setiap pojok ruangan tersebut.

"Nyokap bokap lo mana?" tanya Jeni.

"Papi gw kerja ke luar negeri, mami gw kayaknya lagi istirahat dia baru balik liburan dari Inggris" ujar Sisca.

"Orang kaya mainnya gak nanggung-nanggung ya?" celetuk Arga.

"Ah biasa aja" Sisca.

"Eh ada temen sekolah barunya Caca ya?" tiba-tiba saja suara wanita yang disinyalir ibu dari Sisca turun dari tangga menuju berkumpulnya anak-anak remaja itu.

"Iya tante" serempak.

"Ini Zion mi!" tunjuk Sisca mengarah pada Zion, Zion yang merasa di tunjuk pun tersenyum menyapa ibunya Sisca yang sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi dirinya.

"Ah Zion, ya ampun udah gede, gantengnya kamu sekarang" puji mami Sisca.

"Makasih tante" balasnya.

"Gimana mi, cocok gak?" tiba-tiba saja Sisca menggandeng tangan Zion sontak Zion terkaget, mau menolak ia canggung karena di depan orang tuanya tapi kalau ia diam saja pasti akan ada prahara lagi dalam urusan asmaranya yang baru sebiji jagung.

"Cocok! Sama-sama cantik dan ganteng!" sahut mami.

"Tuh kan, kita tuh pasti cocok!" Sisca dengan tawanya.

"Udah-udah ayo buruan kita kerjain" suara Mona memecah ke-kikuk-an diruang tengah tadi dan ini adalah kesempatan Zion untuk melepas pegangan Sisca.

"Ayo!" Zion.

Dan kegiatan mengerjakan tugas pun berjalan dengan lancar meski di tengah-tengah terselip sedikit drama dimana Sisca yang berpura-pura pegal dan dengan sengaja menyenderkan kepalanya di pundak Zion, lantas pemandangan itu membuat seseorang disana merasa tidak nyaman, siapa lagi kalau bukan si tuan yang mempunyai pundak tersebut.

Sepulangnya dari sekolah tadi sinar matahari memang tidak mau menampakkan diri, terhalang oleh awan yang kelabu menjadikan langit terlihat sedikit sendu. Syukurlah sebab sudah beberapa hari ini cuaca terasa panas dan kali ini kondisinya menjadi sangat bersahabat.

Maka kini sudah waktunya mereka kembali pulang kerumah masing-masing, Jeni dengan Bima, Zion yang sudah siap akan mengantarkan Mona pulang dan tentunya Arga yang notabene nya selalu menjadi ojek cadangan berjaga-jaga kala dimana Mona tidak mau berpulang dengan laki-laki yang katanya selalu membuat jantungnya berdegub tidak karuan.

"Udah gak usah banyak omong, buruan ntar keburu turun hujan" Arga dan detik kemudian mereka melenggang meninggalkan kediaman Sisca yang sebelumnya kembali berdrama menyuruh maminya menahan Zion untuk pulang dengan alasan; lama tidak bertemu, padahal Sisca tak ingin melihat Zion mengantarkan Mona.

"JANGAN NGEBUT-NGEBUT LO, INGET!" pekik Mona.

"Mon, lo tenang aja menyetir dengan kecepatan tinggi itu bisa mengurangi resiko kematian terkena kanker tahu!" 

Mona mengerutkan dahinya kebingungan "Kok bisa?!"

"Soalnya kan matinya tabrakan" tidak salah lagi jawaban nyeleneh Zion ini mendapat pukulan yang cukup kuat di helm nya.

"Aduh! Kebiasaan ih KDRT!" umpat Zion.

"Lo kalo mau mati jangan ajak-ajak gw?!" sergap Mona.

"Harus berdua lah, emangnya lo mau jadi janda?" lagi-lagi helm bagian belakang Zion menjadi sasaran empuk untuk dipukul.

FREAK CLASSMATE || KTH X KSJ FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang