Yeonie

2.7K 142 0
                                    


"Hey bin, galau mulu."
Ledek teman soobin sambil menoel pinggang soobin, membuat empunya melirik tajam.
"Ditinggal hewan aja kaya ditinggal mantan."
Ledek yang lain membuat soobin yang tengah kesal memukulkan tangannya ke atas meja. Teman-temannya seketika diam, tidak berani meledek soobin yang berbadan bongsor, takut kena amukannya yang sulit dihentikan.





Sebagai anak introvert, soobin merasa sangat sedih saat di tinggal oleh hewan peliharaannya. Sebenarnya awal mula punya odi rasanya rada canggung, ngga nyangka dalam waktu kurun beberapa bulan soobin langsung akrab dan cocok bersama landak kecil jutek itu. Kepribadian mereka agak sama, hanya saja si odi yang kelewat dingin dan malas gerak berbanding terbalik dengan soobin yang lumayan ramah.


Soobin menangis di depan makan odi di samping rumah, tidak berhenti menebar bunga-bunga yang ia petik sembarang di pinggiran jalan.
Bibirnya mengerucut dengan rengekan khasnya yang sangat berisik, berpikir jika odi akan bangkit kembali akibat keberisikan soobin yang amat mengganggu ketenangannya di alam baka sana. Padahal ya jika sudah mati tetaplah mati.









"Soobiniee, anak ibu kok murung terus si?"
Tanya ibu soobin yang berkunjung ke kontrakan luas anaknya, soobin memang dari keluarga kaya, tidak heran ia menyewa kontrakan luas yang lengkap dengan berbagai fasilitas hanya untuk dirinya sendiri. Ketenangan sekitar juga sangat diperlukan agar soobin setidaknya bisa istirahat nyaman di tempat.

Soobin hanya menatap ibunya sekilas sebelum berpaling ke samping, merasa malu jika sang ibu melihat matanya yang kini nampak sembab sehabis menangis tadi.
"Apa anak ibu ini baru putus dengan hyuka?"
Buru-buru soobin menggeleng, ia tidak mungkin memutuskan hubungannya yang sudah terjalin lebih dari 8 tahun dengan hyuka, meski keduanya jarang sekali bersama.

"Odi mati."
Jawabnya jujur.

"Kan bisa beli lagi."

"Hmm..."

"Kalian masih sering berkabar?"

"Siapa bu?"

"Kamu dengan hyuka."

"Hyuka sulit dihubungi, sibuk."

Ibunya hanya mengangguk dan mengeluarkan sejumlah kotak berisi masakan untuk anaknya.
"Ibu masak banyak, untuk kakakmu juga sudah ibu masakkan. Rumah sepi sekali semenjak kalian berdua tinggal di kontrakan. Ibu jadi rindu minhyuk dan soobin kecil dulu."

"Ibu kesepian ya?"

Ibu soobin menggeleng sambil tersenyum malu. "Kan ayah sering ajak ibu jalan-jalan berdua."

"Kakak sama soobin ganggu quality time ibu sama ayah kalo di rumah ya, hayo ngaku."
Soobin meledek ibunya yang nampak malu-malu.

"Engga kok, ketambahan kalian kan jadi rame."

"Iyakah? Tapi nyaman berdua kan bu?"

"Engga juga, ayah lebih sering tidur kalo ngga ada kalian tau."

"Soalnya gak ada yang gangguin ya bu hehe, makanya ayah bisa tidur puas karena dirumah gak ada yang berisik."

"Efek udah tua juga, dulu masih suka mejeng sana sini kok pas muda."

"Ini masakan buat 3 hari ya, kalo udah lewat 3 hari jangan dimakan, takutnya udah basi. Syukur-syukur langsung habis hari ini."
Pesan ibunya pada soobin sebelum berkemas kembali, gantian mengunjungi kakak soobin yang juga tinggal di lain tempat, apartemen di Busan yang lumayan nyaman walaupun sedikit ramai. Kakak soobin itu kan social butterfly jadi tidak masalah mau tinggal di tempat ramai sekalipun. Tidak seperti soobin yang cinta ketenangan.






Sore harinya soobin berjalan-jalan di sekitaran sungai han, memakai hoodie abu-abunya karena angin yang berhembus lumayan kencang, membuat udara lumayan dingin dan bunga-bunga berguguran setelah musim semi berlalu, memasuki musim gugur.
Melihat penjual odeng membuat perut soobin keroncongan, walaupun baru saja memakan masakan ibunya beberapa waktu lalu, tapi tidak bisa menahan nafsunya untuk tidak jajan. Selagi murah dan dapat banyak soobin pun membeli beberapa tusuk odeng beserta kuah panasnya yang segar di tenggorokan. Menikmatinya sambil duduk-duduk di pinggiran sungai, sangat nyaman karena sore hari itu lumayan sepi pengunjung, hanya ada beberapa remaja yang mungkin sedang berkencan di pinggiran sungai membawa sepeda.

"Mm, enak sekalii... Udah lama ngga jajan."
Ucapnya sendirian sambil memakan odeng dengan suapan cukup besar yang membuat pipinya menggembung penuh.




"Meow.. Meow..."
Suara kucing mengalihkan perhatian soobin dari pemandangan tenang sungai di hadapannya. Seekor kucing kecil nampak berusaha untuk naik ke atas kursi yang soobin duduki, badannya yang amat mungil membuatnya kesulitan untuk naik.
Menungguinya beberapa saat hingga kucing tadi nampak merengut dan menoel pelan celana soobin menggunakan kaki bagian depannya. Tidak lupa dengan rautnya yang memelas membuat soobin yang tidak tahan langung mengangkat si kucing ke pangkuannya.
Menawarkan gigitan odeng yang tinggal separuh pada si kucing.

Si kucing menatap mata soobin lama, seperti meminta izin untuk makan makanannya. Soobin dengan mantap mengangguk dan tersenyum, membuat kucing tadi seolah mengerti dan tanpa ragu memakan odeng milik soobin dengan lahap.
Dengan lembut soobin mengusap bulu kucing oren yang lumayan lebat, teringat bulu berduri milik odi yang jarang sekali soobin usap karena takut tertancap duri.
Kucing oren tadi sudah menghabiskan odeng milik soobin yang memang tadi tersisa sedikit, berubah manja di pangkuan soobin sambil menyandarkan kepala kecilnya dengan nyaman pada perut soobin untuk mencari kehangatan. Mata kecilnya berkedip lambat dan berakhir tertidur karena mengantuk akibat perlakuan soobin yang membuat tubuh kecilnya nyaman.

"Cepat sekali tidurnya."

"Apa kucing ini tidak punya ibu?"
Tanyanya pada diri sendiri, mata soobin berpendar ke sekeliling, siapa tahu ia menemukan induk dari kucing kecil yang tengah sendirian ini. Karena kemungkinan kucing kecil ini tertinggal dari rombongan keluarganya.
Tapi tidak ada kucing sama sekali di sekitaran sungai, kucing ini muncul sendirian dan kemungkinan sudah terpisah dari induknya sejak lama.
Kasian sekali, soobin yang tidak tega, membiarkan kucing tadi tertidur, menunggunya hingga bangun dengan sendirinya. Sambil melihat sekeliling, siapa tahu ada kucing lewat.

Sudah satu jam berlalu dan kucing tadi terbangun akibat soobin yang mengubah posisi duduknya karena merasa pegal menetap di posisi yang sama.
Soobin sedikit mengangkat kucing kecil di pangkuannya dan memainkan dahi si kucing agar tertidur kembali, tapi gagal. Si kucing nampak mengaitkan kaki-kaki kecilnya pada hoodie milik soobin seolah tidak mau lepas.

"Yeonie mau ikut soobin pulang ya?"
Tanyanya menatap balik kucing yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan memelas. Setelah melamun cukup lama, tiba-tiba terlintas nama yeonie di otaknya. Nama yang sangat manis untuk memanggil kucing oren yang terlihat manja ini.

"Kajjaa..."
Seru soobin semangat sambil memeluk kucing tadi pada lengan tangan kanannya, menggondolnya ke kontrakan.
Si kucing juga ikutan mengeong manja sambil mendusel nyaman pada lengan soobin yang cukup hangat.













Annyeong||Soobjun||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang