Part 2- Obscurity

407 22 1
                                    

Chapter 2

REY's POV

"Reeeeyyyy!!!!"

Seseorang meneriakan namaku sebelum selangkah lagi aku masuk ke kelas. Aku menoleh kearah sumber suara itu. Heh dia lagi. Gak penting banget. Kataku dalam hati. Aku meneruskan langkahku masuk ke kelas dan langsung duduk ke bangkuku yang terletak tepat beberapa meter dari papan tulis. Kenapa aku duduk disini? Karena disuruh guru? Jawabannya, ini mau ku sendiri. Aku menderita penyakit mata miopi atau biasanya anak remaja zaman sekarang menyebutnya mata minus, aku sudah minus sejak aku SMP. Aku sudah memakai kaca mata untuk membantuku melihat tulisan yang kecil dan jauh tapi aku tak suka memakai kaca mata setiap saat, terlalu ribet. Jadi, untuk mengurangi beban di hidungku karena kaca mata yang kugunakan cukup berat, aku duduk di depan-dari sini semua tulisan terlihat jelas. Terkadang aku ingin sekali mencoba memakai softlens, tapi kau tau kan memakai softlens itu tak semudah memakai kaca mata, jadi aku tak akan mencobanya saat ini.

Hmm.. Aku akan meminta bantuan gabby-teman sekelasku, dia gadis cantik yang ada di kelasku, dia pintar, baik, dan sangat manis. Aku sering melihatnya memasang softlens di kelas, dan hebatnya dia tak butuh waktu lama.

Oh ya, Ulangan. Aku meletakan tasku di atas meja, mencari buku catatan Biologi untuk dibaca karena ada ulangan harian tentang sel, aku sudah belajar tadi malam-untuk berjaga-jaga makanya aku membacanya lagi sambil menghapal ulang. Kalau ada Kriss di sini dia pasti akan mengatai aku 'Dasar bodoh! kerjaan lo cuma belajar mulu dan bla bla bla..'

Tsk.. Dia pikir dia sepintar apa?

"Eh, lo gue panggil malah nyelonong gitu aja" Kriss tiba-tiba saja sudah berdiri disampingku dan menarik kerah seragamku sampai aku merasa tercekik. Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya sama orang yang lebih tua..Arrgh

"Lepasin" Ujarku, menggenggam pergelangan Kriss kuat.

"Duh duh.. Sakit Rey. Lo pagi-pagi udah galak banget sih..PMS yak?" Kriss mengaduh kesakitan dan melepaskan tangannya dari kerah seragamku, aku merapikan kerah seragamku yang pastinya kusut karenanya.

"Bacot ! Pegi lo sana.." Tanpa menoleh kearah Kriss, aku mengusirnya pergi dan kembali membaca catatanku. duh tadi dibagian manay yak? Oh iya, ciri-ciri sel hewan dan sel tumbuhan yang masih sisa setengah halaman.

"Lo ada ulangan?" Kriss memijit pelan lengannya yang ku genggam tadi.

Aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban.

"Yaudeh, gue pegi. Tapi lo ntar ikut gue ke kantin ya!." Kriss berjalan menuju pintu.

Itu kalimat memohon apa kalimat perintah?

Aku diam, berpikir sejenak. Apa aku harus menemaninya? Tapi, aku tak ada niat ke kantin hari ini. "Gue ga.." aku berencana untuk menolaknya tapi..

"Ssshhhh.. Gak usah ngebantah gue Rey" Kriss langsung memotong perkataanku, tanpa memandangku dan berjalan menuju pintu. Selalu saja, seenaknya memotong perkataan orang lain dan selalu saja memaksa. Menyebalkan.

.

.

Kriss's POV

Aku berjalan santai menuju kelasku yang jaraknya cukup jauh dari kelas Rey, aku memasukan tanganku ke dalam saku jaket parasut hitamku dengan garis putih dibagian tangannya.

Jangan heran jika melihat Rey seperti itu, dingin dan cuek. Setiap kali dia ada ulangan dia akan melupakan sekitarnya dan fokus pada buku. Huh. Dasar bego! Belajar mulu kerjaannya. Gerutuku dalam hati. Bukan hanya saat ada ulangan saja Rey seperti itu, disaat dia merasa apa yang dikerjakannya butuh perhatian khusus dia akan seperti itu. Kadang aku bingung, apa dia terlalu pintar atau bodoh karena waktunya hanya untuk membaca buku, menghitung hal-hal tak penting-contohnya menghitung berapa kecepatan batu yang dilempar ke bawah sampai menyentuh tanah-heh, memusingkan-batu jatuh saja harus dihitung. Padahal kan didunia nyata hal seperti itu tak diperlukan. Aku akui prestasinya lebih baik dariku tapi lihat aku, mau ulangan atau tidak aku tidak pernah belajar tapi nilaiku ya cukup dikatakan lumayan. Jadi yang bodoh itu aku apa Rey? Hmm..

Puppy Love?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang