Rey....!
Kriss memanggil Rey yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya setelah ia memarkirkan mobilnya . Melihat Rey yang mengabaikan panggilannya, Kriss berlari mengejar Rey.
"Woi... lo masih marah?" Tanya Kriss sambil menarik pergelangan tangan Rey.
"Apaan sih? Lepasin!" Rey menarik paksa tangannya dari genggaman Kriss.
Sontak saja tarikan keras dari tangan Rey mengagetkan Kriss.
"Santai aja kali. Gue pasti ngelepasin tangan lo." Ujar Kriss tak suka.
Rey memandang Kriss kesal. Ingin rasanya Rey menendang Kriss saat ini juga tapi Rey masih cukup sabar untuk melakukan hal itu, Rey tidak mau tenaganya terbuang sia-saia. Rey menghembuskan nafasnya kuat, mengalungkan syall hitamnya di leher dan pergi meninggalkan Kriss.
Melihat reaksi yang masih tak berubah sejak tadi pagi, Kriss menyusulnya dan berjalan di samping Rey.
"Rey, gue minta maaf. Sumpah gue gak sengaja, gue khilaf. Lo jangan marah lagi, dong!" Ujar Kriss.
Rey tak memberinya reaksi apa-apa. Rey diam dan terus saja berjalan dengan tatapan lurus kedepan. Sesekali ia memperbaiki kacamatanya yang melorot akibat hentakan langkah kakinya yang kuat.
"Oh come on, beib. Ngomong apa kek. Jangan diemin gue kek gini." Kriss ingin menyerah rasanya. Membujuk Rey adalah pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan pikirannya.
"Gue ke kelas dulu. Lagian 'pacar' kesayangan lo udah nungguin lo disana." Terdengar jelas kalau Rey memberi penekanan pada kata 'pacar' diperkataannya. Kriss hanya bisa memberinya ekspresi bingung tanpa berkata apa-apa.
Mereka berada di lorong kelas, Rey berjalan kearah kiri menuju kelasnya. Kriss hanya bisa menatap tubuh Rey dari belakang, Rey terlihat lucu dengan syall tebal melingkar di lehernya.
"jiiirr.. Salah lagi gue." Gumam Kriss.
Kriss membalikkan tubuhnya setelah Rey masuk ke kelas, Kriss berjalan menuju kelasnya yang berada di ujung lorong. Cih, apaan.. pacar kesayangan katanya.
Kriss memutar bola matanya. Muak. Itu yang ia rasakan sekarang. Seseorang yang disebut pacar kesayanganya oleh Rey sudah berdiri didepan pintu kelasnya. Lagi-lagi dengan senyum palsunya itu—entah tulus atau palsu, Kriss sudah tak bisa membedakannya karena kejadian itu. Yang pasti senyumnya itu malah membuatnya semakin manis. Kriss dengan langkah yang berat melewati Kia tanpa memandangnya dan masuk ke kelas. Perasan minggu lalu gue juga kek gini deh.
Mengetahui dirinya diabaikan, Kia menyusul Kriss ke dalam kelas. "Maksud kamu apa cuekin aku kek gitu?" Kia tak terima dirinya diabaikan terlebih lagi teman-temannya melihat hal itu dan mereka mulai berbisik-bisik sambil menatapnya curiga. Gezz.. Dasar tukang gosip. Gerutu Kia.
"Sorry, gue gak liat kalau ada lo disitu." Jawab Kriss acuh.
"Lo? Kamu bilang lo? Maksud kamu apa sih yang? Aku salah apa lagi sama kamu?" Hatinya mencolos mendengar Kriss memanggilnya dengan sebutan 'Lo'.
"Kia." Kriss menghela napasnya. "Dengar gue baik-baik. Gue sama lo itu .... Udah gak ada apa-apa lagi. Lo tau.. maksud gue.. kita putus. Oke? Kali ini benar-benar putus and gak ada kata balik lagi. Gue minta maaf kalau gue selama i-"
"Kriss?" Kia menjentikkan jarinya didepan wajah Kriss.
Kriss mengerjapkan matanya beberapa kali, ia baru saja sadar dari lamunannya. "Aaa.. Iya?" Oh shit.. cupu amat gue mutusin cewek kek gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puppy Love?!
Teen FictionKami saling menyayangi, walau kami tahu ini adalah hal yang salah. . . . Hai hai.. Salam kenal reader :) Gw seorang newbie yang masih muda yang mencoba menuangkan apa isi otak, hati dan beserta curhatan di dalamnya. hehe Gw gak tau mo nulis apa di s...