Rey's POV
Aku tersadar dari mimpi indahku karena sensasi dingin di leherku, angin yang berhembus teratur itu membuat ku terpaksa membuka mata perlahan. Aku menatap langit-langit ruangan dengan pandangan yang masih kabur dan cahaya putih menyilaukan yang kurasa itu adalah cahaya lampu membuatku terpejam lagi. Kepalaku mendadak terasa sangat sakit dan badanku terasa sulit untuk digerakan, seperti ada benda besar menimpa badanku. Pasrah dengan keadaanku, aku memejamkan mataku lagi.
"Ehhmmm.. Lo udah sadar Rey?"
Aku masih memejamkan mataku dan berpikir sejenak. Eh? Kayak suaranya Kriss? Gue gak salah denger kan?
"Woiii.. Sebenarnya lo pingsan apa mati sih?
Eeeeh?
Sedetik kemudian, aku membuka mata, menoleh ke samping kanan dan mendapati Kriss berbaring tepat disampingku dengan tangan serta kaki yang memelukku protektif seperti aku ini adalah gulingnya dan sekarang Kriss malah semakin erat memelukku. Refleks, aku mendorongnya sekuat tenaga.
BRUK!
"Taik lo Rey. Sialan. Kesambet setan apa lo?" Kriss bangkit dari jatuhnya sambil mengelus bokongnya yang super montok dan menatapku dengan tatapan membunuh. Jelas-jelas itu salahnya yang tidur di tepi tempat tidur.
Aku tak memperdulikan tatapannya karena yang menjadi pusat perhatianku sekarang adalah badannya Kriss yang tidak ditutupi sehelai benang pun dan hanya menggunakan celana boxer. Aku menatapnya miris dan mengalihkan pandanganku ke badanku sendiri.
"Lo? Lo apain gu-e?" Aku menatap ngeri baju tidur yang sedang ku kenakan sekarang. Pikiranku sudah melayang kearah yang aah.. Aku tak ingin mengatakannya. Aku menelisik seisi ruangan yang tak asing bagiku, ruangan yang cukup luas dengan desain minimalis dengan warna dominan biru langit. Ya, ini kamarnya Kriss.
"Pertanyaan apaan tu? Jijik gue ngedengarnya. Lo pikir gue cowok apaan haa?" Kriss langsung mencondongkan badannya kearah ku dan menatapku dengan penasaran. Aku bergerak mundur perlahan, mengindari kontak mata dengannya. TAK! "AAWW"
"Lo gak gegar otak kan?" Kriss menjitak keningku dengan kuat. Aku mendorongnya pelan yang membuatnya mundur.
"Sakit bego!" Aku mengelus keningku yang masih terasa nyeri, mungkin sekarang keningku ini sudah merah karenanya.
"Rasaiin tuh. Lagian lo ngapain sih pake acara ngedorong gue segala? Lo pikir ini gak sakit apa?" Tanya Kriss dalam posisi berdiri masih mengelus bokongnya.
Aku menarik napasku dalam-dalam lalu mengembuskannya pelan, hatikku bertanya-tanya apa yang terjadi sedangkan otakku bekerja keras mengulang kejadian kemarin. Kriss mengerutkan dahinya melihat tingkahku seperti orang stres dan dia berbaring di sampingku lagi.
"Benapa gue ada disini?" Kataku setelah kurasa aku sudah sedikit lebih tenang.
Kriss menatapku bingung, dia memutar bola matanya bosan. "Lo pingsan. Lo gak inget?"
"Ya mana gue inget bego! Kapan dan kenapa gue bisa pingsan?" Tanyaku lagi sambil mencoba mengingat apa yang terjadi.
Kriss mengangkat bahunya santai. "Kemarin." Kriss kembali berbaring di tempat tidur, Kriss melipat kedua tangannya dan menjadikannya sebagai bantal. "Yang gue tau, elo latian disaat ujan deras dan jeng.. jeng.. jeng.. Lo pingsan. Ya, kata dokter Chandra lo cuma kecapean aja sih" Lanjutnya.
"Trus lo tau dari mana gue pingsan?" Tanyaku lagi.
"Ada orang yang angkat telpon lo dan bilang kalo lo pingsan" Jawabnya dengan nada sedikit sinis. Kriss berbicara dengan mata terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puppy Love?!
Teen FictionKami saling menyayangi, walau kami tahu ini adalah hal yang salah. . . . Hai hai.. Salam kenal reader :) Gw seorang newbie yang masih muda yang mencoba menuangkan apa isi otak, hati dan beserta curhatan di dalamnya. hehe Gw gak tau mo nulis apa di s...