Kertas yang Berdarah

23 5 2
                                    

Vᴀᴍᴘɪʀɪsɪᴍ Hᴜᴍᴀɴɴᴏʀʏ
𝘚ᥱᥣᥱ𝗆ᖯ⍺r ᴋᥱrt⍺𝘴
𝐈

Warning! : Blood on the paper.

𒉭

"Sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial..." Diambilnya secarik kertas yang terdapat noda darah yang sudah mengering itu, saat ku baca sepertinya itu tulisan yang mungkin sudah lama ditulis, terlihat ada beberapa kalimat yang tintanya blur dan sepertinya noda darah itu belum terlalu lama mengering. Yang berati yang menulis kertas ini belum lama meninggal, aku dapat mengetahui kalimat terakhir yang ditulisnya walaupun terblur.

"Setelah sy menulis ini..mungkin sy..
sudah tidak bernyawa lagi."

"Sepertinya dia adalah seorang vampir, yang bertahan didunia ini. Dia mengalami banyak tragedi dan kejadian tak terduga selama ia ada didunia ini, sampai suatu hari ada dari kita disana mengetahui bahwa ia bukan sekawan. Kemudian diburu dan dijadikan subjek terlarang, ia berhasil kabur dengan keadaan mengenaskan dan meninggal karena dirinya menahan rasa hausnya dan rasa sakit dari hasil obat-obatan eksperimen." Kataku menjelaskan kesimpulanku pada temanku yang sedaritadi megangin kertas sambil gorak-garuk kepala, gak mudeng sama isi kertasnya.

"Hehehe ya maaf"

Heran, aneh banget emang.

"Tapi gw ngerasa kalo mayatnya masih ada disekitar sini deh, darah yang ada dikertas itu mungkin aja belum sepenuhnya kering dan masih ada yang basah. Mungkin masih ada disekitar sini, lu gak nyium bau-bau amis kayak darah gitu?" Tanyanya setelah menoleh kepadaku, dia menunjukkan bau amis darah itu bukan berasal dari kertas melainkan dari tanah yang kami injak.

Aku hanya mengangguk, menyetujui pendapatnya. Memang benar aku mencium bau aroma amis darah disekitar sini, aku dan temanku mencari asal bau itu. Tidak lama setelah itu kami berdua menemukan sebuah buku berwarna coklat bersegel dan jam kuno, tepat setelah kami menemukan kedua benda itu kami melihat bercak darah yang mengarah ke arah semak-semak. Aku yang akan memeriksanya sementara temanku mengamati dan menganalisis kedua benda yang kami temukan tadi.

Aku mengikuti bercak darah yang semakin lama semakin sedikit dan susah untuk dilihat, seakan akan ada yang sudah menghilangkannya. Dan benar saja, aku kehilangan jejak bercak darah itu, aku mencarinya lagi tapi nihil, aku tidak bisa menemukannya lagi.

Aku memutuskan untuk kembali tetapi setelah aku kembali temanku terlihat seperti mengamuk, kesurupan. Masa iya kesurupan? Tapi setelah aku perhatikan, dilehernya ada sebuah rantai tembus pandang yang mengikatnya, berarah ke buku coklat yang awal mulanya tersegel sebelumnya.

Sepertinya buku itu penyebabnya.

Temanku benar-benar bukan seperti dirinya. Seluruh matanya berwarna hitam pekat, kukunya yang panjang dan terlihat hampir mirip dengan vampir, tetapi aku tidak mengingat ada vampir yang seperti itu.

Dia menyerangku, kutangkis hanya dengan kedua tanganku karena diriku sedang tidak membawa senjata apapun. Temanku dengan lincah mengayunkan kakinya dan menendangku, melakukan gerakan mencakar dan juga dapat menghindari pukulanku seakan akan dia dapat membaca gerakanku.

Aku beberapa kali hampir terhuyung karena tendangannya yang kuat, tanganku dicakar olehnya beberapa kali sehingga darah segar keluar dari sana. Tentu saja sakit, tetapi demi menghentikan aku akan terus melawannya.

Saat dia menghindari seranganku, kugunakan kesempatan itu untuk lari ke arah buku coklat tadi dan memegangnya. Tetapi saat ku menyentuh buku coklat itu, secara tiba-tiba buku itu mengeluarkan sebuah partikel yang terlihat seperti sihir, dan sihir itu mulai melingkar di pergelangan tanganku dan seperti membentuk sebuah prisma segel.

Sihir yang awalnya terpecah lalu menyatu dengan cepat di tanganku, membuatku berteriak karena merasakan sakit yang terasa amat sakit. Tanganku benar-benar seperti dipatahkan waktu itu. Bekas segel itu membentuk sebuah prisma di balik telapakku, dipanjangkan dengan rantai yang hanya sampai di lekukan lenganku. Tertinggal seperti bekas tato dan sedikit luka.

Yang membuat diriku terkejut, luka cakaran dan beberapa luka lainnya yang dibuat oleh temanku hilang tidak meninggalkan bekas luka apapun.

Setelah kejadian yang kuanggap 'segel' itu, temanku kembali normal dan jatuh pingsan. Bekas rantai yang mengikat lehernya tadi ternyata membekas walaupun sebelumnya rantai itu tembus pandang.

Aku menatap buku coklat yang sekarang sedang ku pegang. Bukunya memang terlihat biasa saja tetapi mungkin ini adalah buku sihir, aku membuka halaman buku itu dan kosong. Aku ingat sebelumnya buku itu ada sebuah tulisan perkata ditiap halaman, sekarang kemana tulisan itu pergi?

Aku malas memikirkannya. Tubuhku mulai merasa sakit sekarang, mungkin karena segel buku coklat ini.

Aku melihat-lihat jam kuno tersebut, terlihat seperti jam kuno biasa, tetapi aku tidak yakin. Aku menyimpan buku coklat dan jam kuno itu untuk sementara.

Kemudian aku membangunkan temanku, untung saja dia masih bernafas, gak lucu jika dia mati mendadak. Temanku terbangun dan bertanya apa yang terjadi, kujawab aku akan menceritakannya nanti.

Akhirnya aku membopong temanku, berjalan kembali ke rumah kami. Aku berjanji pada diriku, tidak akan menceritakan hal yang terjadi padaku kepadanya, tidak akan.

Aku tidak ingin membuatnya bertanya-tanya dan khawatir pada diriku.

𒉭
Selembar Kertas - End
'To Be Continued'

Nt :
Hai lagi ehehe, aing bikin book untuk kesekian kalinya lagi aowaowk. Emang bener kamar mandi tu ngasi ide, bahkan ide sus juga keluar😨😁🙏.

See you again in next part ehe-

Vampirisim Humannory [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang