8. Don't Worry

79 7 0
                                    

"Loh, Haechan? Kau mau ke mana?" Pertanyaan yang langsung saudara kembarnya berikan, begitu melihat dirinya yang melewati ruang keluarga dengan pakaian yang sangat minim.

Ia yang ditanya pun langsung menghentikan langkahnya, dan menatap saudara kembarnya dengan tatapan penuh arti. "Eh, Donghyuck! Kenapa belum tidur?" Pertanyaan yangbia berikan, alih-alih menjawab pertanyaan saudara kembarnya ini.

"Aku baru saja selesai membuat susu. Kau mau ke mana?" Jawaban yang diberikan oleh saudara kembarnya, dan menanyakan kembali pertanyaan yang sama, yang belum di jawab olehnya.

"Biasa, Hyuck." Jawaban yang langsung ia berikan. "Bar lagi?" Terkaan yang saudara kembarnya berikan, yang langsung di balas anggukkan kepala olehnya.

"Chan, umur kita belum boleh untuk menginjak tempat itu. Kekasihmu tau?" Pertanyaan yang saudara kembarnya berikan, yang tidak ada lelahnya memperingati dirinya.

"Aku tau kok Hyuck, tapi aku bisa masuk kok. Kamu jangan khawatir ya. Ini terakhir sebelum aku bertukar dengan kamu kok. Jangan bilang dia juga ya. Dia tidak pernah tau aku ke tempat seperti itu." Peringatnya.

"Tapi Chan, kekasihmu bisa marah kalau dia tau kamu ke tempat itu." Peringatnya.

"Dia tidak akan marah, kalau tidak ada yang kasih tau. Udah yah Hyuck, si mungil sudah menungguku di luar. Kalau begitu aku pamit! Kunci pintu dan kunci kamar mu!" Peringatnya, yang langsung memutuskan obrolan mereka. Dan lebih memilih untuk pergi dari hadapan saudara kembarnya ini.

Dan yang bisa Donghyuck berikan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kembarannya. Ia langsing pergi kembali ke kamarnya. Sedangkan Haechan langsung masuk ke dalam mobil milik temannta, yang di dalamnya sudah ada kedua temannya yang lain.

Dan temannya pun menjalankam mobilnya pergi, setelah dirinya memakai seatbelt. Meninggalkan perkarangan rumahnya, menuju bar terbesar dikotanya.
---

Suara detuman lagu yang sangat keras menjadi alunan melodi untuk dirinya malam ini. Bukan hanya lagu saja, bau alkohol yang sangat semerbak masuk ke dalam indra penciumannya saat ini.

Teman-temannya yang sudah berjoget ria di floor. Berbeda dengan dirinya yang lebih memilih untuk duduk di meja bar dekat dengan barista. Saat ini, ia tengah menunggu minuman yang tengah di buat sang barista. Padahal ia sudah mesan sebelumnya ke pelayan. Namun karena ia tidak sabaran, ia langsung saja mendekati baristanya.

Setelah mendapatkan minuman yang ia inginkan, ia langsung kembali ke tempatnya.

*bruk* tubuhnya menabrak seseorang bertubuh besar nan gagah. Ah tidak, lebih tepatnya lebih besar darinya, dan membuat minuman yang ia pegang pun tumpah. "Yak!" Teriakan yang langsung ia berikan, bahkan ia sudah menatap pria itu dengan tatapan nyalang.

"Kau tau? Aku menunggu minuman itu sangat lama. Dan dengan kurang ajarnya kau membuat minuman aku terjatuh?!" Protesan yang ia berikan lagi, menatap pria yang ada di hadapannya ini dengan tatapan nyalang. Walaupun penerangan di ruangan ini sangat minim, ia dapat melihat wajah pria yang ada di hadapannya.

Mark Lee, pria yang di tabraknya pun speechless lagi. Ia langsung mengingat wanita ini. Kalau misalkan wanita ini adalah orang yang menabraknya tadi di mall. "Tapi kau yang menabrakku lebih dulu." Peringatnya.

Ia langsung mendecak kesal. "Kalau tidak mau minta maaf bilang! Jangan suka memutar balikkan fakta!" Peringatan yang langsung ia berikan.

"Tapi--" dan lagi, belum sempat dia membela diri, dirinya sudah lebih dulu memotong ucapannya. "Ck! Minggir." Titahnya, yang langsung mendorong tubuh pria inu ke samping. Dan langsung pergi kembali ke tempatnya.

Sementara Mark hanya menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah wanita ini. Baru saja ia melangkahkan kakinya satu langkah, kakinya merasa menginjak sesuatu. Ia langsung mengambil barang yang ia injak.

Sebuah gelang berinisial HC, dengan mootif kartun hewan pudu. Ia juga tidak tau. Tapi dirinya langsung menyimpan gelang itu ke saku celananya, dan bergegas kembali ke teman-temannya.

"Aku melihat kau tengah berbincang dengan seorang wanita. Siapa dia, Mark? Tidak biasanya kau berbincang dengan seorang wanita." Pertanyaan penuh penasaran yang Jeno berikan, sewaktu dirinya kembali kepada temannya.

"Wanita yang tadi di mall." Jawabnya, seraya menatap wanita itu yang tengah meminum wishky.

Dan kedua temannya langsung melihat arah pandangnya. "Wuah, luar biasa! Aku tidak menyangka wajah manis seperti dia, bermain ke tempat seperti ini." Ujar temannya lagi.

"Dia sering main kemari. Tidak sering banget sih. Tapi setiap seminggu sekali pasti dia kemari." Ucap Eric, menambahkan.

"Benarkah?" Tanya Jeno, yang sepertinya penasaran.

"Benar. Aku kan sering kemari. Aku juga sering melihatnya." Jawab Eric.

Sementara dirinya tidak mengubris perkataan para temannya. Ia lebih memilih untuk memperhatikan wanita yang sedari tadi tak pernah lepas dari pandangannya, dengan senyuman yang penuh arti.
****

Pagi harinya, mereka berdua sudah bertukar identitas. Pertama, Haechan yang lebih dulu memakai seragam milik saudara kembarnya. Kacamata biasa yang sangat tebal karena minus milik saudara kembarnya yang sangat tebal, sedangkan dirinya yang minusnya sangat tipis, dan terbiasa memakai lensa mata atau yang sering di sebut softlens.

Setelah selesai menjadi saudara kembarnya, mereka berdua bergegas menuju kamarnya untuk mendandai saudara kembarnya ini menjadi dirinya. "Tuh kan, Hyuck! Kau sangat cantik kalau berpakaian seperti ini!" Ujaran penuh terkagum yang ia berikan, begitu melihat saudara kembarnya yang sudah merubah penampilan saudara kembarnya yang mirip seperti dirinya.

"Aku risih memakai pakaian seperti ini. Bajunya terlalu ketat. Roknya terlalu pendek." Cicitan yang saudara kembarnya berikan, yang masih terdengar di telinganya.

"Itu karena kau belum terbiasa! Kau pikir aku tidak risih memakai seragam kebesaran milikmu ini? Kau lihat, tubuh seksi serta bokong indah-ku tertutup karena baju ini. Terlebih kacamata ini yang sangat mengganggu." Ujaran kesal yang langsung ia berikan akan peran yang ia mainakn.

"Tapi tidak apa-apa. Pengalan juga untuk diriku, merasakan jadi dirimu. Oh iya Hyuck, kau tidak ada niatan merubah style kamu? Perkecil baju seragam kamu, serta memotong sedikit rok milikmu. Dan apakah kau tidak ingin mengganti kacamata super duper tebal kamu, menjadi lensa mata? Kau sangat cantik memakai itu." Usulan yang tiada hentimya ia berikan.

"Aku tidak mau, Haechan. Kau tau sendiri bukan? Aku hanya menginginkan pria yang mencintai diriku karena sifatku atau karena diriku sendiri bukan karena fisikku. Melainkan karena hatinya yang menginginkan aku, tanpa melihat fisik serta cara berpakaian aku." Ujar Donghyuck, yang entah sudah berapa kali memperingatkan kembarannya ini.

"Tapi pria seperti itu hanya ada di cerita fiksi! Kau pikir pria jaman sekarang mau dengan wanita dengan fisik yang biasa saja? Jangankan pria! Sekarang, melamar kerja saja memandang fisik! Kalau kau cantik? Kau bisa masuk dan di permudah." Ujarnya akan ucapan saudara kembarnya ini.

"Tapi ucapan kamu ada benarnya juga sih. Jangan menilai orang dari cara berpakaiannya. Tapi balik lagi ke kondisi saat ini, Hyuck." Sambungnya.

"Aku yakin, pasti ada pria yang seperti itu. Terutama---"

"Mark misalnya?" Terkaan yang langsung ia berikan, yang membuat saudara kembarnya ini bungkam.

"Bukannya aku ingin mematahkan semangat kamu. Tapi jika di dengar dari cerita kamu tentang pria itu? Pria bajingan itu pasti sangat menyukai wanita yang berwajah cantik seperti bidadari, serta memiliki tubuh sebohay mia khalifa, atau enggak Kylie Jenner." Ujarnya lagi, yang membuat saudara kembarnya semakin bungkam.

"Tapi kau tenang saja! Aku akan membuat  pria seperti itu bertekuk lutut kepada dirimu, tanpa melihat fisik, atau pun cara berpakaian kamu."

THE TWINS- MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang