Part 1

78 6 0
                                    

𝙆𝙄𝙏𝘼 𝙄𝙉𝙄 𝘼𝙋𝘼?
.
.
.

Kalaya menyampirkan tas ransel merah di pundaknya. Gadis itu merapikan poninya dengan tangan dan bergerak membuka pintu apartemennya. Pagi ini ia sudah siap berangkat ke sekolah, tangan kirinya pun sudah mengenggam kunci mobil.

Namun, saat pintunya sudah terbuka. Betapa terkejutnya Kalaya saat melihat sang kekasih sedang bersandar pada dinding di depan unitnya. Kalaya menyunggingkan senyum tipis. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa berangkat bersama kekasih tercintanya.

"Pagi," Sapa Ardan dengan wajah yang tak berubah.

Kalaya tetap mempertahankan senyumnya seraya membalas sapaan pria itu, "Pagi... Tumben bisa jemput," Ujarnya yang membuat Ardan mengangguk pelan.

"Gak piket," Balas pria itu singkat, yang dimaksud piket yaitu bertugas untuk memantau ketertiban siswa-siswi di SMA Kharisma yang memang tugas para OSIS.

Kalaya mencibir, "Piket gak piket juga gak pernah bisa jemput tuh."

"Sibuk ay."

Balasan itu lagi-lagi membuat sang gadis mencibir seraya memutar bola matanya malas, "Dasar si paling sibuk!"

Ardan hanya menghendikkan bahunya acuh seraya menarik pundak gadis itu untuk dirangkulnya. Kalaya sendiri walaupun masih kesal dengan jawaban pria itu tetap menarik senyum tipis saat melihat perilaku Ardan yang terkesan manis menurutnya.

Akhirnya mereka berdua berjalan ke arah lift dengan tangan Ardan di pundak gadisnya.

***

Kini sepasang kekasih itu telah berada di sekolah, mereka tengah berjalan di koridor untuk menuju ke kelas mereka. Sesekali Kalaya berceloteh mengenai banyak hal yang tentu saja hanya dibalas Ardan seadanya.

Hingga kini mereka telah sampai didepan kelas Kalaya, yaitu XI IPS 2. Sementara Ardan sendiri berada di kelas XI MIPA 1,ya mereka berbeda jurusan.

"Pulang tunggu di Loby," Ujar Ardan kepada Kalaya yang membuat gadis itu mengangguk dengan senyuman lebarnya.

"Mampir beli seblak ya? Dingin-dingin gini enaknya makan pedes," Ujar Kalaya seraya merapatkan Cardigan yang dikenakannya, mengingat saat ini tengah musih penghujan.

"Iya."

"Janji dulu, gak boleh bohong!" Mata gadis itu memicingkan matanya.

"Iya, ay. Aku pergi dulu."

Kalaya tersenyum lebar menatap punggung tegap pria itu yang perlahan menjauh. Pagi ini hatinya sedang berbunga-bunga. Entahlah, bersama Ardan rasanya dunia ini membahagiakan.

Ia pun bergegas memasuki ruang kelasnya dengan senyum yang tidak surut barang sedetikpun. Teman sebangkunya yang sedang mencatat sesuatu pada buku, pun mengalihkan perhatian nya ke Kalaya sepenuhnya.

"Kenapa lo? Dapet lotre?" Tanya Anastasya Syahra, teman sebangkunya.

"Dapet senyuman ayang," Balas Kalaya seraya menyengir.

Anastasya nampak memutar bola matanya malas, "Sekarang senyum-senyum, awas lo nanti siang manyun!"

Kalaya berdecak menatap Anastasya, sahabatnya itu selalu saja begitu. Saat dia sedang senang pasti dicibiri, bukannya apa. Tapi selama tiga bulan ini, Kalaya kerap sekali tersenyum senang nan gembira jika sudah menyangkut Ardan, walaupun beberapa kemudian ada saja drama yang membuat gadis itu manyun. Kembali dicuekin contohnya.

KITA INI APA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang