𝙆𝙄𝙏𝘼 𝙄𝙉𝙄 𝘼𝙋𝘼?
.
.
.Pagi ini, Kalaya berangkat sekolah bersama dengan adiknya yang tadi malam menginap di apartement miliknya. Dikarenakan sekolah Rafael- adiknya yang masih SMP itu libur, maka laki-laki itu memilih menginap dirumah sang kakak.
Mereka memang tinggal terpisah, Rafael ikut ayah mereka yang kediamannya cukup jauh dari tempat tinggal Kalaya, sedangkan ibunya sudah memiliki keluarga baru. Ya brokenhome.
Walau begitu hubungan mereka masih tetap baik, sebenarnya Kalaya tinggal bersama ibunya yang memang berada di sekitar sini. Akan tetapi saat ibunya memutuskan menikah lagi, Kalaya lebih memilih untuk tinggal sendiri dengan dalih belajar mandiri.
"Nanti jemput ya," Ujar Kalaya kepada Rafael seraya menyerahkan helmnya kepada sang adik.
"Iya, itu helmnya bawa aja. Repot teh," Balas Rafael seraya menolak helm bogo berwarna merah maroon itu.
"Repot apa sih, tinggal cantelin di lengan juga selesai," Kesal Kalaya.
"Repot teteh, nanti susah belok beloknya," Elak Rafael.
Kalaya yang kesal dengan sang adik itu pun bergerak menendang ban motor cross milik Rafael, "Makanya lain kali kalo anterin itu pake mobil!"
"Udah mending di anterin, lagian ya kalo dibolehin Papi naik mobil aku juga ogah nganterin teteh," Sahut Rafael.
"Ish, pergi sana. Bikin kesel aja, awas aja kalo gak dijemput, teteh aduin ke Papi!"
"Skip, cepu!!"
Setelah mengatakan hal itu, Rafael langsung menancapkan gas dan melaju meninggalkan kakaknya yang dilanda kekesalan itu. "Kalo deket bikin kesel, kalo jauh ngerengek kangen. Dasar Ael bocil," Gumam Kalaya seraya tersenyum tipis.
Sejujurnya ia sangat menyayangi adik laki-lakinya itu, begitupun sebaliknya. Namun keadaan yang memaksakan mereka berpisah tempat tinggal. Jika bukan karena kasihan dengan ayah mereka itu, sudah dipastikan Rafael akan minggat ke Apartemen kakaknya. Sesayang itu Rafael kepada Kalaya, melebihi rasa sayangnya kepada kedua orang tuanya.
***
Kalaya berjalan menyusuri koridor yang ramai siswa-siswi berlalu-lalang bersama dua teman kelasnya, Leo dan Anastasya. Mereka berjalan seraya bercanda gurau bersama.
Dikarenakan Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, mereka bertiga memutuskan untuk mengisi perut mereka dikantin.
"Gue hampir ngompol tadi waktu Kala ketiduran dikelas terus disuruh bu Patmi jelasin materi Revolusi Gereja eh jawabnya malah, maaf bu saya islam. Sialan ngakak parah," Ujar Leo seraya terpingkal-pingkal.
Anastasya yang masih mengingat jelas kejadian tadi sebelum bel istirahat berbunyi pun ikut tertawa. Mengingat dengan polosnya Kalaya menjawab perintah dari guru sejarahnya. "Hampir gue unfriend saking malu-maluinnya."
"Diam bisa gak?!" Sentak Kalaya lalu cemberut, sialan memang. Mana tadi semua siswa dikelas menertawakan kebodohannya itu lagi.
Rip harga diri gue... Batin Kalaya melas.
"La, gue tau loh bodoh. Tapi jangan terlalu diperlihatkan lah," Ejek Leo lalu kembali tertawa.
"Monyet bisa diem gak?!" Serunya lagi seraya menjewer daun telinga Leo keras yang membuat Leo memekik kesakitan, sedangkan Anastasya tertawa terbahak-bahak.
Lalu tiba-tiba Anastasya menghentikan tawanya seraya menyenggol lengan Kalaya yang masih fokus pada Leo, "La... La.. Pacar lo tuh," Bisiknya.
Kalaya langsung menurunkan tangannya dari Leo dan menatap Ardan yang berjalan dari arah berlawanan seraya sibuk membolak balikkan sebuah berkas ditangan pria itu.
Kalaya berhenti sebentar, lalu saat pria itu sudah berjalan di sampingnya iapun membuka suara, "Ar..."
Sayang seribu sayang, laki-laki yang menjabat sebagai ketua Osis itu hanya melirik sekilas lalu kembali berjalan tergesa-gesa meninggalkan Kalaya yang masih mematung menatap kepergian pria itu.
"Lagi marahan ya?" Tanya Leo seraya mengusap-usap daun telinganya yang memerah.
Kalaya terdiam sejenak, marah? Bukankah yang pantas marah itu dirinya? Mengingat kejadian kemarin yang dialaminya, bukan kah yang lebih berhak marah dirinya? Bahkan, malam tadi ia begadang menunggu balasan chat dari pria itu, ia butuh penjelasan mengapa pria itu mengingkari janjinya, minimal ucapan kata maaf.
Tapi? Mengapa kesannya pria itu yang marah pada dirinya?
"Udah gak usah dipikirin dulu, cus makan. Keburu gak kebagian tempat nanti, positif thinking aja Ardan lagi sibuk," Serobot Anastasya seraya menarik tangan Kalaya agar kembali berjalan.
***
Kalaya menatap langit yang gelap menandakan akan turunnya hujan. Bulan November memang sedang musim dingin-dinginnya, ingin rasanya ia segera pulang dan memakan mie instan pedas seraya maraton drama Korea kesukaannya. Namun apalah daya?
Rafael bilang ban motornya bocor di depan apartemen dan bengkel dideket sana juga sedang antri panjang. Bahkan dengan kurang ajarnya, laki-laki berusia lima belas tahun itu malah menyuruhnya menggunakan kendaraan umum sedangkan dirinya asik-asikan rebahan di apartemen.
Bocah sialan, lihat saja pembalasan dari kakakmu tersayang nanti Ael! Gumam Kalaya dalam hati.
Hingga beberapa menit kemudian, ada sebuah motor sport berwarna hitam yang berhenti di depannya. Orang tersebut membuka kaca hitam helmnya lalu seraya menatap Kalaya.
"Kok belum pulang?" Tanya orang itu yang ternyata ada Ardan, kekasihnya.
Kalaya mengangguk singkat, "Nunggu taksi."
"Nunggu taksi kok sambil bawa helm?"
Kalaya mendengus sebentar, cih segala tanya-tanya. Kalau gak diat nganter pulang mending pergi aja sana, sebal gadis itu dalam hati. Entahlah hatinya masih dongkol akan sikap Ardan yang sangat amat minta di putusin. Tapi sayang, Kalaya terlanjur sayang.
Kalaya diam tanpa ada niat menjawab, dari nada laki-laki itu seakan mereka tidak ada masalah sama sekali. Ardan sialan.
"Ayo aku anterin," Ujarnya lagi menawarkan. Dan tepat saat itu, taksi online yang dipesan Kalaya pun berhenti dibelakang motor Ardan.
"Gak usah," Singkat gadis itu seraya berjalan masuk kedalam taksi tanpa berpamitan kepada Ardan.
Kalaya harap, Ardan dapat mengintropeksi dirinya sendiri. Kalaya harap, pria itu tau apa kesalahannya kepada Kalaya. Semoga dia cepat sadar akan sikapnya.
Ya, semoga.
Tbc...
Thanks for reading💅
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA INI APA?
Teen Fiction#Spin of Dia Elisha Hubungan yang berawal karena sebuah tantangan akankah berbuah manis? Atau akhir yang miris? Ini lah kisan mereka, Kalaya Olivia dan Ardan Setyawan.