Music : Will U? – Glenn Samuel
"Ternyata gini ya rasanya jatuh cinta."
"Apa?"
Sherina hanya tersenyum tanpa ada niat untuk mengulang ucapan dia sebelumnya, karena dia tahu kalau Sadam jelas-jelas dengar.
Lelaki tampan itu tersenyum manis, "Ulang dong, aku pingin denger lagi kamu ngomong gitu."
Wanita yang ditatapnya itu berdiri, ia berjalan menuju pagar balkon. Keduanya kini sedang bersantai di balkon kamar hotel mereka di pagi hari, setelah sama-sama meminum kopi yang dibuatkan oleh Sadam.
"Enggak ah, ucapan aku itu eksklusif. Cuma aku ucapin kalo aku lagi mau aja." Balas sang wanita sembari memutar balik badannya menghadap lelaki itu.
Sadam memandanginya sambil terus tersenyum, "Oh kalo gitu sih gampang, aku tinggal ngelakuin sesuatu yang bisa bikin kamu ngerasa jatuh cinta lebih banyak lagi sama aku."
Sherina menyipitkan matanya, namun senyum manisnya tidak pernah lepas dari bibirnya yang indah. "Kamu mau ngelakuin apa?"
Lelaki yang sudah ia kenal sejak mereka berumur delapan tahun itu pun mengedikkan bahunya dengan gesture menggoda, "Surprise dong." Ia kemudian bangkit dari duduknya dan menyusul wanita kesayangannya untuk sama-sama berdiri di pinggir balkon.
Tangan kanannya meraih pinggang sang wanita, keduanya kini menatap ke arah pemandangan pantai yang begitu indah di hadapan mereka.
Wanita cantik itu menyandarkan kepalanya ke pundak sang lelaki yang langsung dibalas dengan lembut, Sadam menaruh pipinya ke kepala Sherina.
"Makasih ya udah bawa aku ke sini, sumpah ini indah banget."
"Ini belum seberapa loh, lagian kita belum pergi ke mana-mana, masih terlalu cepat kamu untuk kagum."
Keduanya menikmati keindahan yang terhampar di hadapan mereka dalam hening nyaman. Diam-diam saling bersyukur karena sudah dipertemukan kembali diwaktu yang tepat.
"Aku pasti suka kemanapun kamu ajak pergi."
Sadam tertawa kecil, "Masa? Kalau aku ajak kamu nyari kerang di pantai panas-panas begini emang kamu mau?"
Sherina mengangkat kepalanya lalu menatap sinis bercanda pada sang kekasih, "Kamu kira aku takut panas?"
"Hmm, enggak sih, aku yang nggak mau kamu kepanasan sebenernya. Aku sekarang udah lebih keling dari kamu, jadi kamu nggak usah ikut-ikutan."
"Idih, baru kali ini aku tau ada orang yang kulitnya menghitam justru bangga."
"Bangga lah, ini tandanya aku udah ngelakuin banyak hal yang aku suka di luar sana."
Sherina mengangkat tangan kirinya lalu mengusap pipi kanan sang lelaki, "Tapi kenapa aku malah ngerasa kamu malah makin mempesona dibandingkan sepuluh tahun lalu ya? Padahal dulu aku suka banget liat kulit kamu yang lebih putih dari aku."
Sadam tersenyum sambil menatap dalam sang kekasih, "Harus makin mempesona, karena aku mau kamu jatuh cinta pas kita ketemu, dan sepertinya berhasil." Kemudian ia tertawa kecil.
Sherina terdiam, jari-jari yang tadinya mengusap lembut pipi sang kekasih tiba-tiba terdiam, serangan tadi meruntuhkan pertahanannya yang tipis.
".... Aku udah jatuh cinta sama kamu bahkan dari sepuluh tahun lalu, dam.."
"Bohong, kamu kan lagi pacaran sama orang lain waktu itu."
"Beneran! Cuma aku nggak mau persahabatan kita terganggu karena itu, jadi aku mending terima aja cowok yang nembak aku, biar aku bisa lupain perasaan itu ke kamu."