Music : Buktikan – Tiara Andini feat. Vidi
Sherina terbangun dari tidurnya berkat alarm yang terus berbunyi, ia menatap kesal satu ponsel yang terus mengganggu pendengarannya sejak jam empat subuh tadi tapi tidak juga dimatikan oleh sang empunya. Ia kemudian duduk perlahan setelah memindahkan tangan Sadam dengan pelan dari atas perutnya. Matanya memicing ke arah kiri, tak jauh dari sana ia melihat sang empu ponsel yang masih terus bergema nyaring itu.
Ia merangkak di atas karpet lalu mengambil ponsel itu dari tangan Aryo, "Nggak orangnya, nggak handphone-nya sama aja berisik dan ganggu!"
Setelah mematikan alarm yang menganggu itu, ia pun mengedarkan pandangan, semalam pada akhirnya Aryo menginap, semenjak makan siang ia justru menganggap apartemen Sherina sebagai rumahnya sendiri yang kemudian dengan lantangnya memutuskan, "Gue nginep!"
Sadam sempat mengomel karena kehadiran Aryo dari siang saja sudah membuatnya kesal, "Nggak usah terang-terangan gitu deh ganggunya, Yo! Nggak sekalian aja lo pasang tenda liburan di sini?"
Aryo menjentikkan jarinya dengan ekspresi jenaka, "Boleh juga idenya! Gratis ya, Sher."
Sherina hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah habis energi untuk menanggapi sang kameraman.
"Lo balas dendam ceritanya?" Tanya Sadam penuh kecurigaan, yang langsung dibalas dengan cengiran lebar oleh sang tertuduh, "Oh iya dong! Lo ganggu gue subuh-subuh, ya gue ganggu kalian juga sampe nanti subuh."
Dan benar saja, subuh ini Sherina yang giliran diganggu dengan alarm yang terus berdering. Orangnya masih tidur pulas, Sherina yang pusing dengar semua alarm bersahutan.
Semalaman ketiganya menonton film horror atas rekomendasi Aryo, "Masa jaman sekarang nggak nonton horror? Nggak gaul." Katanya begitu dan langsung ditimpali oleh Sherina, "Kapan majunya kalo anak sekarang nontonnya horror terus? Genre lain kek."
Sadam mengangguk-ngangguk setuju, "Padahal kan nggak semua suka horror."
Aryo menyikut lengan Sadam jahil, "Oh bapak konservasi takut horror? Padahal di hutan banyak horror-nya."
Yang dijahili hanya bisa menghela napas panjang, lelah dia, terserah deh sama Aryo.
Setelah puas nonton tiga film horror, akhirnya Sherina ketiduran di pelukan sang kekasih. Mereka bertiga menonton di ruang tengah dengan beralaskan karpet tebal, lantai apartemen Sherina yang terbuat dari kayu membuat mereka cukup hangat walaupun hanya memakai karpet sebagai alas tidur.
Melihat Sherina tidur, Sadam ikut tidur dan meninggalkan Aryo yang masih sibuk memeluk dirinya sendiri setiap ada adegan yang menegangkan.
Dan kini berakhirlah mereka bertiga tidur di atas karpet dan Sherina yang bangun duluan berkat alarm berisik.
Pandangannya pun teralihkan pada sang kekasih yang juga masih terlelap manis, ia tersenyum sebentar sebelum akhirnya menunduk sedih. Hari ini ia akan kembali menjalani LDR dengan sang kekasih entah sampai kapan. Terlalu egois kan kalau ia minta sang kekasih yang mengorbankan pekerjaannya dan pindah ke Jakarta? Tapi ia juga jatuh hati pada sosok Sadam sang bapak konservasi kalau kata Aryo. Rasanya image Sadam menggunakan seragam OUKAL sangat melekat di ingatannya dan betapa ia terlihat sangat menikmati pekerjaannya yang memang menyenangkan.
Ia terdiam sebentar, rasanya ia tak percaya karena melihat dirinya sendiri yang tiba-tiba merasa sanggup meninggalkan pekerjaannya yang sudah settle hanya demi bersama sang kekasih. Dia tertawa pelan, ternyata sepuluh tahun menunggu efeknya memang di luar nalar diri sendiri. Tapi ia jadi ingat salah satu perkataan ibunya saat ia sedang galau perkara mantan pacarnya yang sialan itu, "Sher, pokoknya kalau cowok beneran cinta sama kita, pasti dia ngejar."