Music : Love You Longer – Raisa
"Sher coba berdiri di situ! Langitnya indah banget." Ucap Sadam sembari menunjuk satu spot di pinggi pantai, kini keduanya sedang berjalan sore sambil menunggu malam datang, pantai dengan air laut yang berwarna hijau bening kebiruan, terumbu karang yang terlihat jelas dari jembatan kayu yang mereka lewati, serta desiran ombak kecil yang suaranya menyejukkan pendengaran.
"Di sini?" Tanya Sherina setelah berdiri di spot yang kata kekasihnya itu indah, belakangnya terhampar pohon-pohon pinggir pantai yang rindang, hembusan angin membuat rambut sepunggung wanita itu berderai manis, rok panjangnya ikut terhembus pelan, tapi karena dia hanya pakai kaus tanpa lengan, hembusan angin itu ternyata terlalu menusuk kulit tangannya, ia refleks mendekap dirinya sendiri dengan kedua tangan yang tentu saja tidak luput dari perhatian Sadam. "Dingin, Sher?"
Sang wanita menggelengkan kepalanya dengan senyum yang tak hilang dari wajah, "Cuma kaget aja tiba-tiba ketiup angin."
Sadam ikut tersenyum, "Kalau dingin bilang ya, biar kita ke hotel aja ambil jaket."
"Enggak ah, kalau dingin kan tinggal minta peluk sama kamu?"
Lelaki tampan di hadapannya seketika tersenyum miring mendengar kalimat gemas itu, "Emangnya aku mau meluk kamu?"
"IH nyebelin lagi kan!"
Sadam tertawa lepas, pemandangan yang sangat indah di mata Sherina.
"Ini jadinya aku disuruh berdiri di sini ngapain sih?" Tanya wanita berbaju warna biru itu.
"Oh iya, aku mau foto kamu. Daritadi kamu ngegodain aku sih, jadinya lupa kan."
"Loh yang tiba-tiba ngajak ke hotel siapa?"
"Yang tiba-tiba sok kedinginan siapa?"
"Siapa yang sok kedinginan? Aku cuma kaget anginnya tiba-tiba kerasa ke kulit!"
Sadam mendengus, "Jadinya mau debat atau foto ini?"
Sherina memajukan bibirnya gemas, "Kamu duluan yang ngajak aku debat!"
Keduanya kemudian bertatapan dan diam selama beberapa saat sebelum tertawa bersama. Kebiasaan mereka debat tidak penting sejak kecil ternyata tidak pernah berubah.
Setelah puas berpose dan selfie berdua–Sadam lupa bawa tripod dan sepanjang jalan mereka tidak menemukan orang lain yang bisa dimintai tolong untuk membantu mereka untuk foto, jadi foto berduanya selfie semua. Yang berakhir dengan ledekan dari Sherina, "Dasar udah tua, tripod aja lupa bawa, liburan fotonya selfie semua kayak bapak-bapak."
Sadam menyentil dahi wanita itu pelan, "Aku selfie sama kamu berarti kamu juga ibu-ibu."
Sherina memegang dahinya sambil cemberut, "Enak aja aku masih gadis ya, umurku juga belum 30."
Lelaki berpakaian warna biru itu–iya ceritanya mereka couple-an, tertawa, "Ya sama aku juga, aku sekelas sama kamu dari SD sampai SMA kalo kamu lupa, jangan bertingkah seakan aku lebih tua sepuluh tahun dari kamu deh."
Kini giliran wanita yang kini menggandeng tangannya itu yang tertawa, "Abisnya vibe kamu beneran kayak bapak-bapak semenjak kita nggak ketemu sepuluh tahun."
Sadam menunjuk salah satu meja yang kosong, kini mereka berencana untuk makan malam di restoran pinggir pantai ditemani lampu temaram khas restoran pantai, ia menarik salah satu kursinya lalu mempersilahkan Sherina duduk kemudian ia duduk di hadapan sang wanita.
"Masa sih? Apa karena aku kebanyakan berpergian ya? Jadi kesannya aku ngerasain lebih banyak pengalaman dibandingkan orang-orang seumuranku?" Tanya Sadam serius.