Setelah pergi dengan motornya dari cafee tersebut, diperjalanan Sean memacu motor sport nya dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa memikirkan keselamatannya. Karena ucapan Aksa tadi, Sean kembali teringat kejadian 1 tahun yang lalu. Dimana ia masih duduk di kelas 2, dan hubungan nya dengan Aksa tidak terlalu buruk dibanding sekarang.
Flash back on
"Kak Sean! Kak Aksa!" Ucap gadis itu.
"Siniii." Lanjutnya lagi. Sean dan Aksa yang sedang memakan makanan di kursi yang berada di festival tersebut sontak langsung menengok ke arah gadis itu.
"Heumm, sabar bentar kita kesana. Cepet abisin sa!." Ucap Sean.
"Dikit lagi nih nanggung." Balas Aksa, sambil memakan bakso bakar nya dengan sekali lahap.
"Kelamaan, gue duluan dah." Sean yang sudah menyelesaikan makannya langsung menghampiri gadis itu.Gadis itu sedang duduk jongkok didekat tumbuhan taman.
Dengan mata yang berbinar, ia menangkupkan telapak tangannya kearah kunang-kunang yang bersinar dimalam hari itu. Sean yang menghampiri nya ikut terduduk di dekat gadis itu. Sambil tersenyum ke arah objek yang gadis itu amati "kok bisa ada kunang-kunang ya? Bagus juga. Lu suka?" Ujar Sean. "Suka banget kak! Aku baru pertama kali liat kunang-kunang seindah ini." Jawabnya. Sean hanya bisa tersenyum mengamati gadis itu yang sedang ingin menggapai binantang terbang tersebut."Kalian lagi pada ngapain sih?" Aksa yang baru datang dari kegiatannya barusan ikut bargabung bersama mereka berdua. "Kunang-kunang ya?." Tanya Aksa, "bukan" ujar Sean "lah terus apa?" "Cicak" "hah? Mana ada lah cicak bentukannya begini" "ya udah tau kunang-kunang masih nanya lu."
"Ssssttt kalian jangan ribut lagi dong. Malu diliatin orang." Timpal gadis itu melerai mereka. "Hahaha gak kok dis kita gak lagi berantem kok." Aksa pun ikut membela ucapan Sean dengan merangkul pundak Sean "iya. Mana pernah kita berantem. Kita akur kok, ya gak yan?", "Yoii", "hahaha"
Melihat kekonyolan mereka gladis pun ikut tertawa.Flashback off
Mengingat kenangan mereka pada satu tahun yang lalu membuat Sean mencengkramkan kedua tangannya pada pegangan motor yang ia bawa. Semua terlintas begitu saja di memorinya, dimana ia dan Aksa masih memiliki hubungan yang baik dan dekat. Hingga terjadi suatu kejadian diantara mereka bertiga yang membuat pertemanan mereka renggang.
Sean menambah kecepatan motornya, hingga tibalah di satu tikungan. Motor yang Sean bawa kehilangan kendali lalu tergelincir, dan membuat pembawa motornya terjatuh tak sadarkan diri.
Keadaan tempat tersebut sepi dan tidak ada orang disana.****
Elma yang baru keluar habis berbelanja disebuah minimarket, berjalan pulang menuju rumahnya. Jarak minimarket ke rumahnya tidak cukup jauh, hanya memerlukan waktu beberapa menit saja.
Di perjalanan pulang ia melewati jalanan yang cukup sepi karena mungkin juga sudah malam dan waktu menunjukan 21.45 Sampailah ia disebuah tikungan yang hampir tiba dengan rumah nya.Ahh ia harus bergegas cepat pulang ke rumah nya. Sampai ketika ia melihat pengendara motor beserta motornya tergeletak di tengah jalan raya yang tidak ada kendaraan lain disana. Elma yang panik membeku seketika. Lalu dengan cepat ia berlari menuju pengendara motor tersebut. Dan segera menelpon polisi.
****
Didalam ruangan serba putih, tempat Sean dirawat. Elma yang berada disampingnya hanya mampu memandang kasihan pada Sean, setelah tau pengendara motor tersebut adalah Sean kakak kelasnya yang kasar terhadapnya tempo hari lalu, ia bingung akan memberitahu siapa karena tidak mempunyai nomor kerabat ataupun teman nya.
Alhasil dengan memberanikan diri, Elma merogoh saku jaket Sean dan menemukan ponsel milik nya tersebut, dan kebetulan ponsel itu tidak menggunakan pin atau sandi, jadi lebih mudah untuk Elma menghubungi keluarga dan teman-temannya Sean.
Walaupun kejadian tempo hari lalu masih membekas dibenaknya, ia juga masih punya hati. Mana mungkin ia memikirkan sakit hatinya karena dibully dulu, sementara orang itu membutuhkan bantuannya.
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Elma dari Sean. Satu pasang suami istri tersebut berjalan mendekati nya dengan ekspresi khawatir. "Seann! Yaampun nakk gimana kamu bisa begini?" Seru ibunya sambil berdiri disamping ranjang tempat Sean berbaring. Ayah Sean hanya bisa memandang Putranya dengan tatapan pasrah, lelah dengan kelakuan anaknya yang selalu membuat ulah. Tidak di sekolah ataupun diluar, ada saja. Padahal dulu Sean merupakan anak yang baik dan jarang bahkan hampir tidak pernah berulah. Namun entah mengapa beberapa tahun belakangan ini ia berubah.
"Sudah ma. Jangan sedih, Sean pasti bakal sadar ini cuma luka-luka kecil." Ucap ayah Sean menenangkan.
Ayah Sean yang sedari tadi fokus terhadap putra dan istrinya itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Elma.
"Terima kasih ya, sudah memberitahu kami. Kalo gak ada kamu disana, gak mungkin kami gak tau gimana nasib Sean." Sambil tersenyum. "Iya om gak apa-apa, kebetulan juga saya tadi gak sengaja lewat terus nemuin kak Sean tergeletak dijalanan." Balas Elma tersenyum.Sambil menunduk dan menautkan ujung kaki Elma berkata "om.. tante.. maaf ya, saya ijin mau pulang soalnya udah malem banget, takut ibu dan ayah nyariin kenapa gak pulang-pulang." Ujarnya.
"Iya gak apa apa, mau om antarkan?", "Engga om, gak perlu repot-repot. Jugaa rumah saya dekat dari sini."
"Yaudah hati-hati ya, terimakasih udah mau nolong Sean." Senyum tulus ibu Sean. Elma yang segera beranjak dari duduknya "iya om, tante, sama-sama. Saya pamit pulang dulu."Elma segera menjauh dari mereka, dan keluar dari ruangan itu. Tidak lama setelah nya terlihat Aksa, Rega, dan Digta dengan berjalan cepat menghampiri nya. Mereka bertiga berhenti sejenak menatap Elma yang baru keluar dari ruangan itu, lalu masuk kedalam ruangan tempat Sean dirawat.
Sebelum masuk, Aksa menghentikan langkahnya dan mengucapkan satu kalimat kepada Elma "makasih udah nolongin Sean dan hubungin kita. Kalo gak ada lo, mungkin Sean udah kenapa-napa" lalu berlalu meninggalkannya.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH CIRCLE
Teen FictionElma tidak menyangka kehidupan sekolah yang ia bayangkan ternyata tidak sesuai dengan ekspetasi nya. Berurusan dengan empat pangeran tampan yang sangat di gandrungi para gadis di sekolahnya, ternyata tidaklah mudah. Sean, ketua dari keempat laki - l...