Keesokan harinya di sekolah
Pelajaran jam pertama telah selesai. Kini Elma sedang membereskan peralatan tulisnya ke dalam tas, dan ingin bergegas ingin ke kantin.
Namun ia tidak ada teman untuk pergi kesana. Huuuh tak apa, hanya ke kantin kan? Setidaknya ia berhati-hati agar kejadian sama tidak terulang kembali. Lagi pula buat apa ia takut, sebab ia tidak punya salah apa-apa.
Ketika keluar dari kelas, ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba datang merangkul pundak nya.
Ternyata Aksa, dan teman-temannya."Gua liat lu sendirian aja gak ada temen. Ayo ke kantin bareng kita."
Ucap aksa sambil merangkul pundak nya.
"Eungg, ii-iya kak. Tt-tapi, jangan rangkul aku kayak gini. Aku gak nyaman."
"Kenapa? Padahal banyak cewe yang mau gua rangkul kayak gini." Balas Aksa sambil mengunyah permen karet.Elma yang merasa tidak nyaman dirangkul seperti itu melepas rangkulan Aksa dari pundaknya.
"Gak perlu rangkul-rangkul kak. Aku gak suka." Balas nya sambil menunduk malu.Aksa yang mendengarnya hanya terkekeh disampingnya.
Mereka pun berjalan beriringan ke kantin.*****
Sesampainya di kantin. Suasana ramainya kantin menyambut mereka.
Pandangan orang-orang di sekitar pun tertuju pada mereka berempat.Karena tidak biasanya Elma yang tidak mempunyai teman disekolah, pergi ke kantin bersama tiga most wanted sekolah kecuali Sean, karena ia masih berada di rumah sakit.
Elma seperti merasakan dejavu saat ini. Mereka berbisik-bisik membicarakannya, saat datang bersama Aksa dan yang lain. Tetapi Elma hanya bisa menunduk mendengar omongan tersebut.
Saat menempati tempat duduk mereka Elma merasa tidak enak, karena tempat duduk yang ia tempati adalah tempat duduk milik Sean and the geng, tempat duduk yang sama ketika ia dibully waktu itu.
Orang disekitarnya pun makin membicarakannya.
"Kak, aku mau pindah ke tempat duduk yang lain aja deh. Aku rasa aku gak pantes duduk sama kalian." Ucapnya menunduk dan bangkit dari duduknya.
"Gak apa apa. Gua yang ijinin lu duduk disini, gak usah dengerin yang lain." Ucap Aksa datar membuat Elma kembali duduk dengan canggung diantara mereka.
"Iya El, anggap aja ini balas budi kita karena lo kemaren udah mau nolongin Sean." Timpal Rio, yang dibalas anggukan dari Rega."Jadi lo mau pesen apa?"
*****
Setelah ia menyelesaikan kegiatan makannya di kantin, Elma menjauhkan diri dari Aksa dan yang lainnya. Kini langkahnya membawanya ke perpustakaan.
Harum khas perpustakaan langsung menyambutnya ketika ia membuka pintu ruangan tersebut. Suasana yang nyaman, tenang, tidak panas membuat Elma betah dan Nyaman berada diruangan ini.
Menelusuri rak-rak buku, Elma tertarik pada deretan buku novel. Buku novel adalah buku favorit nya sejak ia masih duduk di bangku SMP. Elma menyukai buku tersebut karena, ia menyukai alur cerita novel, itu menurutnya menarik dan tidak membosankan.
Setelah menemukan meja untuk ia membaca, Elma menempatinya dan mulai fokus membaca.
Ketika beberapa saat membaca novel, bangku disebelahnya bergeser tanda ada seorang yang menempatinya. Elma tak menghiraukan hal tersebut, dan masih fokus dengan novelnya.
"Kenapa?" Agak terganggu ucapan seorang disampingnya, Elma tetap melanjutkan bacaannya tanpa menoleh kesamping.
"Kenapa lo ngilang tadi" ucap Aksa dengan nada dingin.
Mendengar suara yang ia kenal pun Elma menolehkan pandangannya kesamping.
"Kak Aksa?"
"Iya, ini gua." Jawab Aksa santai sambil membaca buku.Dengan kikuk Elma bergegas bangkit dari duduknya, dan ingin pergi saja dari sini.
Namun belum sempat Elma pergi, Aksa dengan cepat menarik tangan gadis tersebut hingga ia jatuh terduduk tepat dipangkuannya.
Elma yang terduduk dipangkuan Aksa membeku menatap Aksa. Dengan tatapan dinginnya Aksa membalas tatapan tersebut. Cukup lama dengan situasi itu, Aksa perlahan mendekatkan wajah nya ke arah Elma sambil menatap bibir tipis milik gadis itu.
Tersadar akan situasi saat ini, Elma dengan cepat bangkit dari duduknya. Lalu berlari keluar perpustakaan.
*****
Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Elma kini sedang membereskan buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas. Setelah selesai ia segera meninggalkan kelasnya itu.
Keadaan koridor sekolah sudah hampir sepi, dan hanya ada beberapa murid saja. Ada juga beberapa murid lainnya yang masih berada di sekitar lapangan untuk melakukan kegiatan ekskul.
Elma hanya menatap mereka saja tanpa minat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekskul sekolah, entah mengapa ia tidak tertarik mengikuti kegiatan itu.
Sesampainya ia di gerbang sekolah, Elma berjalan ke arah halte sekolah untuk menunggu bis datang.
Tak lama kemudian bis yang ia tunggu pun datang, dengan segera Elma bangkit dari duduknya lalu masuk kedalam bis tersebut.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH CIRCLE
Подростковая литератураElma tidak menyangka kehidupan sekolah yang ia bayangkan ternyata tidak sesuai dengan ekspetasi nya. Berurusan dengan empat pangeran tampan yang sangat di gandrungi para gadis di sekolahnya, ternyata tidaklah mudah. Sean, ketua dari keempat laki - l...