Rin berjalan menelusuri supermarket sambil mendorong troli, menemani kakak nya belanja bulanan. Dari belakang Rin memperhatikan punggung sang kakak, rasanya dia sangat ingin memeluk kakaknya itu."Bang, berapa barang lagi?" Tanyanya. Namun tak dijawab oleh Sae. Dia terlalu dingin dan fokus pada list belanjaan nya.
Selang beberapa menit, Sae sudah selesai dan menyuruh Rin mendorong troli itu ke kasir.
Dikasir, Rin melihat-lihat rak disamping kasir yang berisi coklat dan juga mainan mainan kecil. Dia menatap KinderJoy dengan tatapan berharap, seperti nya Rin menginginkan telur yang berisi mainan dan coklat itu.
Tapi Rin hanya menatap, tidak mengambilnya. Dia sudah 17 tahun, memalukan sekali jika dia ingin KinderJoy itu. Seperti bocah saja.
Sae menyadari bahwa adiknya itu mau cokelat itu, dia diam diam memasukkan dua ke dalam troli. Dua-duanya berwana biru.
"Rin, kamu tunggu diluar aja"
"Oke."
Rin pun keluar dari supermarket itu dan menunggu di parkiran motor.
Sesudahnya, Sae dan Rin langsung pulang karena tidak ada yang mau mereka beli lagi.
Di rumah, Rin dan Sae membawa kresek kresek besar itu kedapur. Rin membantu kakak nya menata barang barang yang baru dibelinya, seperti sabun, pasta gigi, dan lainnya. Sedangkan Sae menata bahan makanan di kulkas dan di lemari.
Saat Rin ingin membantu menata bahan makanan, dia melihat kaget ada dua coklat KinderJoy di kresek nya. Dia menatap kakak nya sambil memegang KinderJoy itu.
"Ini-"
"Buat mu." Balas Sae dengan cepat, tanpa menoleh sedikit pun ke Rin.
Rin tersenyum lebar dan memeluk sang kakak dari samping.
"Thanks big bro!"Sae tak menjawab nya dan fokus menata isi kulkasnya. Dia diam diam tersenyum kecil.
___
Rin sedang memakan cokelat KinderJoy yang dibelikan kakak nya di Sofa ruang tengah. Dengan senang dia merakit mainan kecil itu.
"Eh... Kok gua malah kek bocah gini?!"
Gumamnya.Rin menaruh mainan itu dan lanjut makan cokelatnya.
Sae dengan pakaian santai nya dia duduk disebelah Rin dan memainkan ponselnya. Rin sedikit penasaran Sae sedang nonton apa diponsel jadi dia mengintip sedikit.
Ah, ternyata hanya nonton kartun favoritnya, Chibi Maruko-chan.
Dipikir pikir, Sae cukup imut seperti bocah umur 7 tahun.Sae deg deg an karena takut ketahuan Rin kalo dia sedang pdkt dengan seorang lelaki di sekolahnya, untungnya dia dengan cepat memindah kan dari apk chat ke YouTube.
Rin menghirup aroma parfum dibaju Sae dan dia bersandar di bahu kakaknya itu.
"Nii-chan"
"Hm?"
"Hug me..."
Sae menatap ke Rin, dan wajah adiknya seperti memohon dan memelas kepadanya. Sae mana tega melihat adik nya yang tampan ini memohon dengan nada lucu dan memelas padanya.
Sae menaruh handphone nya dan memangku tubuh adiknya di pahanya. Rin senang dan memeluk kakaknya dengan erat, menenggelam kan wajahnya di bahu sang kakak.
'hangat...'
"Kiss me, big bro" Rin mengendus endus napas nya di leher Sae.
"No kiss for today."
Rin menatap kakak nya dengan tatapan kecewa dan sedih.
"Tell me, why?"
"Kan digantiin sama KinderJoy."
Rin cemberut dan tetap kekeh mau dicium oleh kakak nya sekarang juga!
"Just once?"
"No."
Rin mengeluarkan air mata nya dramatis, sengaja agar Sae mau mencium nya.
Sae terkejut melihat air mata itu, dan mengusap nya dengan kedua ibu jarinya di pipi adiknya itu.
"Why are you crying?"
"No kiss... :("
Sae menghela napas dan mencium kedua pipi Rin dengan lembut.
"Don't cry."
Rin kembali tersenyum dan memeluk kakaknya lagi dengan hangat. Dia mengusap sisa air mata palsu nya lalu mencium pipi kakaknya.
"Hehe" Rin nyengir
"Kebiasaan." Sae terkekeh kecil.
'Rin manja banget kalo sama gua di rumah, tapi kenapa pas disekolah Rin berubah banget jadi dingin dan cuek?' Batin Sae.
'Ga akan gua biarin siapapun yang berani peluk kakak, gua bakal hajar dia. Sae cuman punya gua.' Batin Rin.
TBC
Beberapa sifat karakter ku ubah dikit dan disini Rin jadi protective dan posesif.
Nii-chan= panggilan Sae dari Rin kalo lagi sepi(berduaan)
Abang/kakak= panggilan pas lagi rame(banyak orang)See you in the next chapter-!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Posesif! - [rnse & sdse]
Teen FictionRin sangat sayang pada kakak laki laki nya, Itoshi Sae. Sangking sayangnya, dia tak pernah mengizinkan siapapun berpacaran dengan kakaknya. Rin berpikir kalau Sae hanya miliknya. Tidak ada yang boleh dipeluk dan dicium oleh Sae dengan kasih sayang s...