Agatha Lawrence

50 4 7
                                    

Happy Reading
-
-
-
🌻🌻🌻🌻🌻


Seorang gadis dengan rambut tergerai indah berwarna hitam keunguan menghembuskan napas panjang, matanya sama seperti warna rambutnya. Dia hanya menundukkan kepala, membiarkan wanita berumur sekitar tiga puluh tahunan berbicara sesukanya dengan rambut konde menjulang tinggi seperti Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia, dan bibir merah terang seperti habis meminum darah.

"Kenapa kamu membuat jendela kelas terbakar, Agatha?" Tanya Bu Tuti menatap tajam Agatha.

"Duh, alasan apalagi aku" batin Agatha

"Nggak sengaja, Bu." Sudah sekian kali dia membuat beberapa fasilitas sekolah terbakar.

"Ini sudah kesekian kalinya, Agatha, dan alasan kamu tetap sama. Ibu lelah menghadapi kebiasaan aneh kamu ini. Ini peringatan terakhir. Kalau kamu membuat ulah lagi, ibu akan memanggil orangtua kamu ke sekolah. Sudah sana, kembali ke kelas." Tuntas Bu Tuti, Agatha hanya mengangguk pasrah dan berjalan pelan menuju kelas.

Agatha melangkah melewati lorong-lorong yang sepi karena para murid masih berada di dalam kelas untuk belajar. Matanya menatap kosong dengan pertanyaan yang ada di benaknya. Bagaimana bisa seorang gadis biasa mengeluarkan api dari tangannya? Itulah pertanyaan yang sejak dulu menghantui pikirannya.

Saat itu tahun pertama masuk sekolah dasar, Agatha sama seperti anak pada umumnya. Hanya saja, saat bermain di taman, tiba-tiba segerombolan anak lelaki mengganggunya dan mendorong Agatha sehingga membuat seragam sekolahnya kotor. Tubuhnya kecil dan hanya seorang diri, sedangkan mereka bertubuh besar dan tidak sendiri. Agatha akan kalah telak jika melawan mereka. Ketika seorang anak laki-laki berambut gondrong maju untuk kembali mendorongnya, mata Agatha berubah warna dan mengeluarkan api kecil, membuat rambut anak laki-laki tersebut terbakar. Keadaannya sangat cepat, anak-anak berlarian panik, dan untung saja ada tukang kebun membawa air untuk menyirami tanaman di taman tersebut dan melihat kekacauan yang terjadi dengan segera langsung menyiram rambut anak lelaki berambut gondrong tersebut.

Saat seorang guru menanyakan kejadian di taman, anak-anak menjawab bahwa Agatha mengeluarkan api kecil di tangannya, guru tersebut hanya menganggap itu khayalan anak-anak dan memanggil orangtua dari murid yang terlibat kejadian tersebut termasuk orangtua Agatha, permasalahan tersebut selesai saat semua anak-anak termasuk Agatha saling meminta maaf, sejak saat itu tidak ada yg berani menganggu nya lagi akibat nya Agatha tak mempunyai teman sampai Agatha masuk sekolah menengah barulah ia mendapatkan teman.

Sejak saat itu Agatha mengetahui ada yang berbeda dari dirinya. Dia terus menyimpan rahasia tersebut sendirian karena takut menanyakan hal itu kepada orangtua. sampai detik ini tidak ada yang mengetahui rahasia tersebut.

Agatha juga bingung dengan dirinya sendiri, tapi ia bisa apa? Jika Agatha menceritakannya, mereka akan menganggap Agatha gila. Biarlah ia memendam semuanya sendiri, entah sampai kapan.

✩✩✩✩✩✩✩✩

"Permisi bu." Ucap Agatha menyalami tangan Bu Dian, guru bahasa Indonesia yang sedang mengajar dikelas nya sekarang.

"Sudah Selesai Agatha?" Tanya Bu Dian, yang memang saat kejadian terbakar nya jendela Bu Dian yang baru masuk melihat kejadian tersebut jadi beliau tau bahwa tadi Agatha dipanggil BK sebentar, Agatha hanya mengangguk pelan.

"Ya sudah, silahkan kembali ketempat duduk kamu." Ucap Bu Dian melanjutkan penjelasannya yang tadi tertunda.

Agatha melihat Raya yang ingin bertanya namun masih ia tahan karena sedang jam pelajaran.

Arcelia || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang