Juan My Lovely Dominant

10.9K 35 0
                                    

Sudah hampir satu tahun aku menjalani hubungan dengan Juan. Setiap bulannya aku selalu pergi ke Bandung untuk memberikan gaji dan vaginaku untuk digunakannya sesuai perjanjian kami. Ku pikir tidak ada lagi wanita yg lebih bodoh daripada diriku. Belum lagi jika melihat bagaimana ia memperlakukanku belakangan ini. Kalau dibilang cinta, aku rasa tidak juga. Perasaanku ke Juan lebih ke perasaan budak yg ingin mengabdi kepada tuannya. Dan aku menikmati hal itu.

Hari ini adalah awal bulan. Seperti biasa, aku bersiap untuk berangkat ke Bandung. Juan selalu mengarahkanku untuk menumpangi bis karena lebih dekat dengan kostannya. Tidak ada aturan khusus tentang pakaian apa yg boleh aku kenakan dalam perjalananku ke Bandung. Namun yg pasti aku pernah dipukuli dengan gesper karena memakai pakaian tertutup. Sejak saat itu aku tidak lagi memakai pakaian serba panjang. Aku selalu mengenakan rok selutut dan kemeja putih dipadu dengan bra hitam di dalamnya.

Sesampainya di Bandung, aku langsung menuju ke kostannya Juan dengan menumpangi ojek. Aku biasanya sampai saat hari menjelang tengah malam. Saat itu, biasanya Juan sedang nongkrong dengan teman-teman kostannya yg waktu itu menanyakan tarifku berapa.

"Jo... Cewekmu noh...". Ujar salah satu temannya melihat padaku.

Juan mengalihkan pandangannya pada diriku, dan kembali fokus bermain HP.

"Halo yang...". Sapaku sambil mencium tangannya.

"Dateng juga lu, kirain ga dateng hari ini". Ujarnya tanpa melihatku sedikitpun.

"Iyaa... Emang niatnya kemaren cm baru dapet liburnya sekarang". Jawabku gemetar.

"Dah dah dah... Alesan mulu lu. Sekarang lu jalan gih, beliin Amer ama rokok. Eh Yan, Jang, lu biasa kan?".

"Iyaa gw biasa". Ujar salah satu dari mereka.

"Yaudah, rokok berarti 4 bungkus". Ujar Juan.

"Kacang juga ga?". Sahutku.

"Oiya, ama kacang. Udah pinter lu". Ujar Juan sambil mengelus2 kepalaku.

Aku belum sempat beristirahat dan sekarang harus belanja untuk mereka. Perjalanan dari kostan Juan ke warung tuak lumayan jauh. Biasanya mereka memakai motor jika hendak beli minuman. Tapi oleh Juan aku dilarang menggunakan motor karena sayang bensinnya.

Singkat cerita aku sudah membeli minuman, rokok, dan kacang untuk cemilan mereka. Ibu yg menjaga warung tuak kadang merasa iba padaku, namun aku menunjukan ekspresi nakal yg dibuat-buat agar si ibu tidak curiga terhadapku. Aku kini sudah kembali ke kostannya Juan dan memberikan semua jajanan itu pada mereka.

"Manteb... Udah gih lu tunggu di kamar gw. Tar kalo ini menang lu gw beliin seblak yg deket sekolahan". Ujar Juan mengusirku agar tidak menganggunya berjudi.

Aku lalu menuju kamar Juan dan membuka seluruh pakaianku hingga telanjang. Kata Juan, aku ga boleh pake baju kalo di kamarnya. Aku tidak keberatan dan melakukannya dengan senang hati. Setelah telanjang, aku merapihkan kamar Juan yg sangat berantakan. Kamar Juan hanya rapih setelah aku merapihkannya, selebihnya ia tidak pernah membersihkan kamarnya secara berkala. Bahkan aku pernah meninggalkan sedikit sampah di kamarnya bulan lalu. Dan saat bulan ini aku kembali, sampah itu masih ada.

Selama membersihkan kamar Juan, tidak jarang aku harus keluar kamarnya untuk membuang sampah. Dalam keadaan telanjang begini, aku sering kali dilecehkan dengan kata-kata oleh Juan dan teman2nya.

Aku akhirnya merebahkan diriku di kasur Juan yg baru aku ganti sepreinya. Rasanya nyaman dan sejuk. Tubuhku yg telanjang dan penuh keringat disapu oleh angin yg berhembus dari kipas angin membuatku sedikit mengantuk dan akhirnya tertidur.

Aku terbangun saat Juan menjambakku dengan kasar.

"EH ANJING!. LU UDAH BERANI BOONG AMA GUE!!". Bentaknya sambil terus menjambakku.

JuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang