"Selingkuh?. Gausah aneh2 deh lo". Gerutuh Juan kesal.
"Tapi kan kemaren kamu nyuruh aku pulang cepet gitu ga kaya biasanya". Jawabku gugup.
"Eh tolol, lu mangkanya... Ah udeh deh. Sekarang lo kesini aja dulu, biar gw jelasin semuanya!". Ujar Juan
"Gamauu, ama pacarmu aja sana". Jawabku kesal.
"Lo gamau kemari nih jadinya?. Ywdh jangan nyesel ye". Ujarnya sebelum menutup telepon
Hari ini memang jadwalnya aku kunjungan bulanan ke Bandung. Namun perasaan kesal kemarin belum juga hilang. Aku akhirnya memutuskan untuk memberitahunya kalau aku kesal akan perilakunya kemarin dan mengira kalau dia selingkuh. Meski Juan berdalih, aku tetap saja tidak percaya.
Namun, kalimatnya di akhir telepon membuatku berpikir tentang apa yg akan dia lakukan. Apakah dia akan menyebar foto-foto telanjangku?. Atau malah memberi tahu keluargaku kalau aku ini slave rendahannya?. Aku pun memutuskan untuk menelponnya lagi.
"Ya halo sayang...". Jawabnya meledek.
"Kamu mau ngapain?". Tanyaku jutek.
"Ngapain kek, suka-suka gue. Takut lo ya?". Jawabnya membuatku kesal yg membuatku kembali mematikan telepon.
Sejak hari itu, aku dan Juan tidak berhubungan lagi. Kami tidak putus hubungan, namun sudah tidak berkomunikasi lagi. Sudah 3 bulan sejak terakhir kali aku menelpon Juan hari itu. Aku cukup takut, namun cukup lega karena sampai saat ini tidak ada foto dan videoku yg tersebar. Entah mungkin aku tidak tahu, atau Juan memang menjaga itu semua dengan baik.
Hari ini, aku gajian. Aku memutuskan mengirimkan uang gajianku ke Juan. Lagian, gajiku juga sudah naik. Jadi apabila kukirimkan padanya juga sudah tidak ada masalah lagi bagiku. Alasanku mengirimkannya uang sih lebih kepada diriku yg ketagihan didominasi olehnya. Juan yg menyadari diriku mengirimkannya uang pun menelponku
"Gw kira lo dah gamau ngirim lagi". Tanyanya heran
"Jangan geer, ini demi kepuasanku!".
"Oh nona masokis ingin disiksa lagi ya?". Ledeknya.
"Aku sedang sibuk saat ini Juan, itulah alasannya kenapa aku bisa mengirimkanmu uang lagi". Jawabku sambil tersenyum malu.
"Gaji lo naik?". Tanyanya.
"Ya". Jawabku singkat.
"Trus kiriman ke gue ga naik?". Jawabnya songong. Aku terdiam
"Juan, am i still your slave?". Tanyaku setengah gugup
"Ngentot!. Pake bahasa Indonesia aj kek!". Jawabnya kesal
"Huft, aku masih slave kamu kan?". Keluhku.
"Ohh... Masih lah anjir. Aneh-aneh aj pertanyaan lo!".
Aku tersenyum, dan mematikan telepon setelahnya. Seperti yg ku jelaskan pada Juan, karirku di tempat kerjaku saat ini memang sedang meningkat. Hasil pekerjaanku yg selalu diatas target membuat kinerjaku dipantau dan dijanjikan untuk segera mendapatkan posisi yg strategis di kantor pusat. Semuanya tampak sempurna dan hanya tinggal menunggu waktu saja sampai aku naik jabatan.
Setelah desas-desus tentang aku yg akan naik jabatan ramai di kalangan pekerja lainnya. Hari ini aku di panggil ke kantor pusat. Pikirku, inilah harinya aku akan di berikan jabatan yg selama ini aku kejar. Segala kerja kerasku akan terbayar hari ini dengan aku sudah tidak perlu lagi bekerja di lapangan. Aku kemudian berjalan menuju pintu manajer, dan mengetuk pintu sebelum masuk.
"Masuk Astrid, silahkan duduk". Ujarnya.
"Ada apa ya pak?". Tanyaku seolah-olah tidak tahu.
"Astrid, sudah berapa lama kamu bekerja disini?". Tanya pak Andrew, manajerku.
