Inferno, start!

8.3K 53 10
                                    

"Udah sampe mana?". Chat Juan kepadamu

"Bentar lagi tuan". Balasku reflek.

"Okeh, kabarin klo udah sampe. Tar gw jemput". Balasnya lagi.

Tidak biasanya Juan ingin menjemputku. Terakhir kali ia melakukannya yaa saat pertama aku kemari. Sisanya aku dipaksa untuk menggunakan angkutan umum untuk sampai ke kostannya. Maka sesuai perintah, aku menghubunginya sesaat aku sampai di terminal.

Aku sampai pada pukul 23.43 dini hari. Memang salahku juga yg memilih berangkat tiba-tiba saat sore hari. Aku memerhatikan sekeliling dan mendapati diriku turun di terminal yg berbeda. Aku lalu berjalan, mencari tempat istirahat untuk sekedar duduk dan menunggu Juan datang. Disaat masih sedang dalam kebingungan, Juan menelponku dan menanyakan keberadaanku.

"Mana?. Katanya udah sampe!". Nadanya kesal

"Bentar tuan, ini aku turun di terminal yg beda. Aku gatau ini dimana...". Jawabku panik

"Coba vidcall". Serunya.

Aku lalu mengaktifkan mode videocall dan menunjukan situasi dan keberadaanku saat ini.

"Tolol, itumah terminal Leuwipanjang!". Makinya.

Dia lalu mematikan teleponku saat itu juga. Dan aku dengan segala kebingunganku terdiam menanggapi hal itu. Aku lalu membuka Google maps untuk melihat posisi keberadaanku saat ini. Ternyata aku berada 10km dari tempat yg biasanya aku turun.

"Tuan, aku takut". Chatku, berharap dibalas olehnya.

Aku sungguh ngeri. Disini sangat sepi dan lembab, nampaknya daerah sini habis diguyur hujan.

Beberapa menit berlalu sangat lama tanpa balasan apapun dari Juan. Aku melihat sekeliling, memikirkan beberapa kemungkinan langkah yg harus aku ambil. Aku mungkin menunggu Juan menjemputku, atau mencari alternatif agar bisa ke rumah Juan secepatnya.

Aku sendiri cukup bersyukur karena mengenakan seragam olahraga dan jaket. Membuatku tidak trlalu kedinginan di tengah malam seperti ini. Saat sedang genting seperti ini, aku justru memikirkan hal-hal yg seharusnya tidak kupikirkan saat ini. Mengingat banyaknya barang yg kubawa, aku memutuskan untuk memesan taksi online dan menunggunya di luar area terminal.

Sembari menunggu, aku sengaja memborgol tanganku ke depan untuk membatasi pergerakanku. Aku tau ini ide bodoh, namun aku menikmati perasaan ini, rasa rentan dan rapuh yg bergumul menjadi satu. Selang beberapa menit, taksi online yg ku pesan pun datang. Aku masuk dan duduk di seat belakang bersama barang-barangku.

"Sesuai map ya neng?".

"Iya bang, sesuai map aja". Jawabku.

Supir taksi online ini sepertinya menyadari tanganku yg terborgol. Beberapa kali ia memperhatikanku saat awal masuk hingga saat merapihkan posisi barang-barangku. Setelah selesai, aku mencoba membuka obrolan dengan supir taksi online ini. Kalau diperhatikan, sepertinya seumuran denganku. Mungkin, karena masih muda, pembawaan dia saat berbicara pun lebih terlihat santai dan tidak kaku. Ia secara terus terang bertanya kenapa tanganku terborgol.

"Bdsm mas, saya suka aja keborgol gini". Jawabku santai.

"Oalah, neng suka bdsm. Saya juga suka sih, ama mantan saya dulu sering begituan". Sahutnya.

Ia lalu bercerita tentang hubungan bdsm dengan mantannya. Aliran mereka lebih ke soft dan hanya membatasi pergerakan si submissive. Ia menunjukan foto saat mantannya itu sedang diikat hogtie dan suspension.

"Serius itu kamu yg ngiket?". Tanyaku takjub.

"Iyaa... Emg agak capek sih. Tapi dia juga bersedia. Aku bilang klo iketan kaya gini tuh cape buatku dan buat kamu juga. Minimal kamu harus tahan dalam posisi itu 30 menit". Jelasnya.

"Ohh... Cape banget pasti sih itu. Aku jd iri". Keluhku.

"Neng, neng mau ga pindah ke depan?. Tar tangannya di borgol disitu?". Ucapnya sambil menunjuk handlegrip.

"Boleh". Jawabku singkat.

Kami lalu menepi dan aku keluar untuk pindah ke seat depan. Aku menyerahkan kunci borgolku padanya dan membiarkannya melepas borgolku. Kemudian aku sendiri yg memborgol kedua tanganku pada handlegrip itu tanpa disuruh. Membuatku terjebak dalam posisi  yg kurang nyaman karena harus memiringkan badanku selama perjalanan. Ia lalu tersenyum melihatku terborgol seperti ini. Mungkin pikiran jahat mulai berkeliaran di kepalanya. Lalu tanpa di duga ia melepas kuncir rambutku dan mengelus kepalaku. Awalnya lembut, namun sepertinya dia ingin mengacak-acak rambutku.

"Neng cantik pisan klo keborgol begini. Beruntung banget yg jadi cowo neng". Ucapnya sambil memainkan tangannya di kepalaku.

Setelah rambutku acak-acakan, ia mengambil sebotol air minum, kemudian mengguyur kepalaku.

"Euhmmhh...". Keluhku kedinginan.

"Neng gapapa kan aa giniin?. Kita muter-muter dikit dulu ya neng". Serunya.

Akupun menganggukan kepala tanda setuju. Ia lalu membuka penuh jendela pintu di sisiku dan kembali meneruskan perjalanan. Anehnya aku memilih untuk tidak bersuara meski mulutku bebas.

Sambil memperhatikan suasana Bandung di malam hari, aku terborgol dan dalam keadaan basah kuyup sehabis diguyur olehnya. Pikiranku melayang kemana-mana saat ia dengan sengaja mempermalukanku saat ini.

Ia lalu menjalankan mobilnya dengan perlahan. Setelah beberapa menit, aku sedikit kecewa karena Bandung sesepi ini. Atau mungkin dia memilih jalur yg sepi.

"Bang, langsung ke tujuan aja". Pintaku.

"Ohh okedeh neng. Ini neng kesini ke rumah siapa?". Tanyanya

"Euhmm.. Pacarku". Jawabku polos

"Ohh... Namanya?. Kali aja saya kenal, saya sering maen disana soalnya". Balasnya santai.

"Juan". Jawabku singkat.

"Juan!?. Yg ngekos disana?. Ih neng pacarnya dia?. Slavenya juga?". Jawabnya terkejut.

"Iya, kenapa?. Abang kenal?". Tanyaku penasaran.

Tanpa menjawab pertanyaanku, ia langsung mengeluarkan hpnya dan memotrerku. Tak lama, telepon driver itu berdering. Mereka lalu teleponan dalam bahasa sunda yg aku tidak mengerti. Selesai menelpon, si driver itu menatapku dengan puas dan licik. Setelahnya dia hanya diam sampai kami tiba di tujuan.

Singkat cerita, kami sampai di kostannya Juan. Si driver melepas borgolku pada handlegrip, namun kembali memborgolku kebelakang.

"Udah sampe neng, udah gausah bayar". Serunya licik.

"Bang kok aku diborgol ke belakang?". Tanyaku heran

Tiba-tiba pintu terbuka dan Juan menarik rambutku dan membantingku di tanah. Tanpa sempat berkata-kata, aku tersungkur di tanah. Aku memperbaiki posisiku dan ku dapati Juan, driver, Ryan, dan Ujang berada di hadapanku.

"Bawa tuh ke kamar yg kosong. Jang, tolong bawain barang-barangnya dia ya". Ujar Juan tegas.

Juan dan Ryan kemudian membawaku melewati tangga menuju ke lantai lima dan membawaku masuk ke salah satu kamar yg kosong.

Aku enggan melawan. Daripada itu, aku justru menikmati bagaimana Juan akan mengeksekusiku. Namun aku dibuat kecewa karena setelah dibawa ke kamar kosong ini, aku ditinggal begitu saja oleh mereka.

Mungkin Juan ingin menghukumku besok pagi. Entahlah, setidaknya salah satu fantasiku sudah diwujudkannya kali ini. Meski ya aku berharap ada vibrator atau sejenisnya yg menyiksaku. Namun apa daya, hanya kehampaan dan kegelapanlah yg diizinkan oleh Juan untuk menemaniku saat ini.

Setelah beberapa menit, aku merasa lelah dan sangat ingin tidur. Aku merayap ke kasur yg ada dan mencoba untuk tidur disana. Kamar ini begitu berdebu dan tertutup sehingga beberapa kali aku terbatuk karenanya. Aku coba paksakan untuk tidur demi menghadapi hukuman yg akan diberikan Juan besok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang