Bab 8

498 45 1
                                    

“Hm, mungkin dua hari lagi? Apa tidak apa-apa?” Jeonghan menjepit ponselnya diantara telinga dan bahunya. Tangan yang satu mengambil obat yang baru saja ia bayar, sementara tangan yang satu lagi menjinjing keranjang bunga yang sengaja ia beli untuk mengunjungi sang adik.

“Terimakasih,” Jeonghan berucap pelan begitu selesai dan berjalan berbalik.

“Aku baru saja membeli obat untuk diriku sendiri. Hm? Tidak hyung, aku tidak sakit. Ini hanya beberapa obat yang sudah diresepkan. Aku menemui dokter kemarin, akhir akhir ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Mungkin nervous karena aku sudah mulai bekerja di agensi mu.” Jeonghan tertawa kecil di ujung kalimat.

“Kalo begitu kau istirahat saja lebih lama. Aku bisa berbicara dengan mereka kau kurang sehat.”

Aniya, hyung. Tidak perlu sampai seperti itu. Dua hari saja sudah cukup. Hm, hm, kalau begitu sampai jumpa nanti.” Jeonghan menutup sambungan ketika gedung rumah sakit yang ia tuju sudah di depan mata. Ia berhenti sejenak, sebelum tersadar saat tangannya tiba-tiba dicengkeram begitu erat.

“Jeonghan.”

Kaki Jeonghan sedikit mundur begitu melihat sang lawan bicara. “Seungcheol...” gumamnya pelan. Jujur ia sedikit terkejut melihat Seungcheol berdiri di depannya sekarang. Ia kira pria itu akan berhenti menemuinya setelah ia menolaknya terakhir kali mereka bertemu. Tapi dengan penampakannya hari ini sepertinya Jeonghan sudah tahu, pria itu masih belum menyerah.

“Batalkan kontrakmu dengan MX sekarang juga.” Jeonghan langsung mengernyit. Wajah Seungcheol tampak kuyu, tapi ekspresinya terlihat marah. Membuat Jeonghan bertanya-tanya ada apa dengan pria ini.

“Lepas,” kata Jeonghan sambil menatap mata Seungcheol dengan kesal bercampur marah.

“Kenapa kau menandatangani kontrak dengan mereka? Apa mereka membayarmu begitu banyak? Apa penawaranku terlalu mudah? Katakan padaku, kenapa kau memilih bekerja dengan mereka? Berapa mereka membayarmu!?”

Jeonghan sedikit menggeram tersulut emosi. “Ini semua bukan tentang uang! Dengar,” Jeonghan memutar pergelangan tangannya dengan kencang sampai tangan itu terlepas dari cengkeraman Seungcheol. “Hyungwon adalah temanku, sedangkan aku tidak begitu mengenalimu. Dia juga yang lebih dulu berbicara denganku sebelum kau. Sekarang kau paham? Tidak ada alasan untukku untuk menolak temanku dan memilihmu.”

Mata Seungcheol berubah nyalang. Ia mengepalkan tangan, melihat Jeonghan melengos pergi meninggalkannya. Ia menatap punggung Jeonghan yang semakin menjauh. “Sialan.”

Setelah Jeonghan menolaknya tempo hari itu, Seungcheol tak punya waktu untuk kembali membujuknya. Ia terbang ke Jepang untuk memeriksa langsung cabang perusahaannya yang bermasalah. Seminggu begitu melelahkan untuknya, ia sudah menjadwalkan waktunya untuk beristirahat di sana selama dua hari namun ia begitu terkejut begitu sang asisten memberitahunya Jeonghan sudah menandatangani kontrak dengan agensi MX.

Rencana istirahat itu langsung pupus begitu saja. Ia langsung kembali terbang ke Korea saat itu juga, tak memperdulikan wajahnya yang sudah terlihat lelah dan kurang beristirahat. Bahkan ia tak sadar dengan sakit kepalanya yang sejak tadi terus berdenyut meminta perhatian.

Begitu sosok Jeonghan menghilang, Seungcheol berjongkok, tak kuat berdiri, baru menyadari rasa sakitnya. Ia mengeluarkan ponsel mengetikkan sesuatu dan beberapa menit kemudian Wonwoo datang dengan malas, khas orang bangun tidur.

“Ya! Kenapa kau mengganggu ku..”

Seungcheol menatap Wonwoo sedikit lama. “Aku ingin kau lakukan sesuatu untukku.”

~~ ✿⁠ ~⁠~

Yoon Jeonghan baru saja menutup pintu apartemen saat ponselnya berbunyi dan ia langsung berlari kencang, menaiki taksi. Wajahnya pucat pasi mendengar kabar jika adiknya menghilang. Jeonghan bahkan tak sempat berpikir bagaimana adiknya bisa tiba-tiba menghilang. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya untuk segera sampai di rumah sakit secepatnya.

Dan benar saja, ruangan sang adik sudah dibersihkan. Ranjangnya juga sudah kosong. Jeonghan meremas rambutnya seperti hilang arah untuk sejenak.

“Pasien sudah dipindahkan atas persetujuan wali.” seorang staff administrasi, menunjukkan formulir yang bertandatangankan milik Jeonghan diatasnya.

“Apa...” Jeonghan bergumam. Air matanya menetes. “Aku bahkan tidak pernah menandatanginya!!” teriaknya penuh emosi. “Aku tidak membayar mahal untuk kehilangan adikku seperti ini! Kalian semua lalai! Aku akan membawa ini ke pengadilan.” Jeonghan berdiri bersiap pergi.

Manajer yang hadir di situ panik, ia ikut berdiri menahan Jeonghan pergi. “Tuan, kita masih bisa mencari solusi atas masalah ini. Dengan rendah hati saya meminta Tuan untuk kembali duduk dan berdiskusi dengan kami.”

Jeonghan kembali duduk setelah sang manajer sangat lama membujuknya. Emosi nya beberapa kali tidak bisa terbendung. Ia berteriak dan mengeluarkan makian sampai akhirnya beberapa menit kemudian Jeonghan berdiri di ruangan kontrol CCTV dengan mata merah berlinang air mata sisa-sisa dari kemarahannya.

“Tidak mungkin CCTV bisa mati pada saat bersamaan seperti ini...” ucap Jeonghan setelah melihat beberapa rekaman menunjukkan black screen di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.

Staff yang memegang mouse merasa terintimidasi karena Jeonghan mencengkram sandaran kursi kerjanya begitu erat. Menyuruhnya untuk melihat rekaman lain, berpindah-pindah waktu secara berulang.

Jeonghan menghembuskan napas berat. Tangannya bergetar dan dadanya masih berdebar kencang. Begitu ia mengedipkan mata, air matanya kembali menetes namun dengan cepat ia usap saat melihat rekaman dirinya dengan Seungcheol berbicara di area parkir kemarin.

Otaknya seperti berbunyi 'klik' dengan cepat. Mungkinkah...? Jeonghan tak ingin langsung menuduh, tapi ia tahu pria itu lebih dari mampu untuk melakukannya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun Jeonghan keluar. Bergegas pergi sambil mencari-cari nomor Seungcheol di deretan pesan yang ia terima karena ia tidak menyimpan nomor pria itu.

“Wae?” suara serak dan lemas yang menyambutnya membuat mata Jeonghan menyipit tanpa sadar.

“Dimana kau?”

“...”

to be continued...

Terlihat seperti klasik ya, but it's okey cause I love classic things✨>_<. Anyway thank you yang udah kasih vote di bab-bab sebelumnya ya. Have a good night!

~ppai🍎

Uncontrolled [JEONGCHEOL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang