Tuhan, aku jika ada seorang yang memelukku dan bercerita masalahnya padaku, aku menerimanya dengan senang hati.
Tapi, jika seorang itu hanya memelukku sebentar lalu pergi begitu saja, aku ikhlas tuhan. Namun, aku hanya minta, tolong berikan seorang yang bisa memelukknya lebih lama dan menerimanya dengan tulus.
Tuhan, aku mencintainya, sungguh. Jika disuruh memilih untuk melepaskannya, akan kulepaskan jika aku sudah siap.
Tapi, ijinkan aku untuk mempertahankannya ya? Aku belun siap untuk melepaskannya, nanti akan ku lepaskan, nanti.
Tolong berikan aku kekuatan saat melihat dia bahagia dengan pilihannya, tolong berikan aku ketaguhan untuk bersiap saat dia tertawa dengan pilihannya.
______________
Pada waktu itu, tanggal 15 november 2022.
Dimana aku melihat kamu dengan wanita itu tertawa bersama.
Aku juga ikut tersenyum, dengan hati yang sedikit pilu.
Aku melihat kamu dan wanita itu berlari kesana kemarin dengan tawa bahagia.
Kamu bahagia dengan wanita itu, aku melihat bagaimana kamu tawa dengan wanita itu, aku juga melihat bagaimana kamu dan wanita itu bercanda.
Bahagia rasanya melihat kamu bahagia, hanya saja melihat matamu membuat aku merasakan hal yang sakit.
Aku juga teringat
Kamu dan aku pernah sebahagia itu, bagaimana kamu pernah tawa denganku, bagaimana kamu pernah bercanda denganku. Aku tau bagaimana rasanya.
Kamu dan wanita itu duduk dekat pohon disana, aku tersenyum lalu pergi dari tempat sana.
Aku berjalan dengan mata yang masih tertuju padamu, pada akhirnya matamu dan mataku saling bertatap.
Mata teduh itu, banyak luka dimataku dan matamu. Aku menangis melihat mata itu dan segera berjalan cepat dari sana.
Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau melihat mata itu.
"kamu liat apa si?" ujar wanita itu, sedangkan dia hanya menggeleng pelan dan tersenyum tipis.
"ada apa si disana? Aku penasaran tau!"
"ga ada, udah ah," ujar lelaki itu. Wanita itu hanya berdecak dan kembali memakan-makanannya itu.
Lelaki itu mengelus rambut wanita itu, lalu berkata, "jika aku memberi luka kepadamu, tolong, saat kita bertemu jangan menatapku sambil menangis ya? Dan, tolong jangan benci denganku."
Wanita itu terdiam, lalu berkata, " hei, untuk apa aku melihat kamu dengan menangis? Mata kamu itu teduh, ga enak kalo dilihat sambil menangis. Lagian pula, aku tidak akan membencimu, untuk apa? Semakin aku benci kepadamu semakin ingin aku, kamu kembali padaku. Egois itu namanya," ujarnya.
Lelaki itu menatap dengan tatapan teduh, dan berkata, "berarti kamu ga bakal kaya dia, kan?" wanita itu terdiam. "dia? Masalalu kamu?" lelaki itu mengaguk.
Wanita itu tersenyum tipis, "ga akan, tapi kalo kamu memberikan luka yang sama seperti kamu berikan pada masalalu kamu ke aku, ya mungkin sama.."
"tapi.. Ga bisa, benci sama kamu ga bakal bikin aku sebenci itu, lagian pula, itu masalalu." lanjutnya.
Dia dan wanita itu, mereka berpelukan saling menyalurkan rasa hangat dan janji mereka masing-masing. Dan juga, lelaki itu berucap terimakasi.
"makasi, terimakasi banyak. Karna kamu, aku jadi tau luka apa yang ku beri. Aku janji, aku ga bakal memberikan luka seperti aku berikan di masalalu kekamu, aku janji." lelaki itu melepaskan pelukannya dan menjulurkan jari keliking untuk berjanji.
"janji." ujar wanita itu
Sedangkan aku, aku hanya bisa menatap dengan air mata.
Dahulu, kamu pernah berjanji seperti itu padaku, kamu juga pernah berkata seperti itu padaku.
Rasanya, aku seperti merasakan hal yang sakit, rasa yang seharusnya tidak aku lihat atau memang benar-benar tidak harus dilihat?
Rasanya juga, seperti aku melihat kita berdua yang hanya saja, aku nya diganti oleh pemeran penganggati?
Mata teduh itu, dahulunya bersamaku. Sikapnya itu, yang selalu bikin seorang tidak akan takut apa itu kata bentakan, yang selalu membuat seorang merasa aman.
Mata teduh itu juga, penuh luka dengan masalalunya. Dahulunya, dia tidak bisa keluar dari zona itu.
Tapi saat bersamaku, matanya tidak seperti itu. Matanya teduhnya, benar-benar teduh. Tidak ada luka, tidak ada kata harap dimata itu.
Jika ku akui, dia butuh aku.
Namun, takdir meminta untuk dia bisa melalukan itu sendiri tanpa adanya pendamping, takdir meminta untuk dia bisa sendiri tanpa penganggati baru.
Itu yang takdir minta.
"memang, aku juga tidak bisa kalo tidak bersama kamu. Hanya saja, takdir meminta kita untuk bisa berdiri sendiri untuk bisa merasakan tanpa adanya rasa mata teduh. Takdir meminta itu padaku. Aku juga sedang berusaha sendiri disini, bukan seperti kamu," ujarku dengan mata yang tertuju kepada dia.
"tapi, itu hak kamu. Aku hanya bisa menerima jika kita sudah menjadi aku dan kamu, aku pergi dulu ya.."
Aku pergi dari tempat sana, sebelum pada akhirnya mataku dan mata dia saling bertatap.
Aku pergi dulu, sampai jumpa kapan waktu lagi, ya.
Dari kamu, aku bisa belajar apa itu kenyaman. Dari kamu juga, aku bisa tau apa itu setia, kalo ga ada kamu mungkib aku gabisa keluar dari zona itu dulu, maaf tidak sempat berucap terimakasi kepadamu, ya. Sekarang, aku berucap terimakasi kepada kamu, semoga bahagia selalu kekamu. Arti "pacar" bukan berarti dari segala sayang dan cinta, tapi dari segala dimana janji itu bisa ditepati, dimana saat kita susah dia ada untuk kita.
Dan itu semua, ada dikamu.-jakarta, pada sore hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku, dia?
Randommenceritakan bagaimana seorang "aku" yang gagal mendapatkan semestanya kembali. dan, juga peran seorang "dia" yang selalu membuat "aku" menjadi mati rasa. selamat membaca, ya. semoga dengan cerita ini bisa bikin emosi aku dan bisa buat bercerita den...