masalalu aris prawadita.

4 1 0
                                    

Jika ditanya, kamu mau kembali kemasalalu? Jawabannya iya. Karna dimasalalu, aku bisa merasakan kehangatan dan ketulusan yang tidak pernah aku rasakan dulu.

Aku cuma ingin, kembali kemasa itu dan bertemu dengan lelaki itu. Dia, lelaki itu adalah lelaki yang baik hati, selalu bersedia saat aku meminta tolong, selalu merendah hati ketika aku meminta maaf. Aku, sangat mencintainya.

                       ______________

Entah kenapa, hawa pada malam hari terasa dingin. Tidak seperti biasanya.

Dering ponsel, bunyi notifikasi dari ponsel wanita ini terus berbunyi. Dia hanya melamun tanpa memikirkan apa-apa.

Aku menghela nafas pelan dan menatap langit yang sangat indah. Bintang-bintang disana berbentuk seperti senyuman.

Aku masih mengingat kejadian tadi pagi, dimana lelaki yang aku cintai memeluk wanita lain untuk menyalurkan rasa sakitnya pada wanita itu.

Rasanya, sangat tidak bisa dijelaskan. Aku hanya bisa terdiam, entah apa yang harus aku keluarkan saat melihat itu. Sakit, sangat sakit sekali.

Dulunya, dia pernah berpesan kepadaku, "jangan pernah menyalurkan rasa sakitmu kepada orang lain, ya, nay? Cerita sama aku, dan salurkan apa yang kamu rasakan. Agar kita berdua, abadi selalu."

Lucu, lucu sekali jika mengingat kata-kata itu. Dan sekarang? Lelaki itu hanya berucap tanpa mengingat.

Pada pagi hari itu..

Aku tergesa-gesa kearah kelas kekasihku, katanya penyakit dirinya kambuh. Aku berlari dan meminta maaf jika aku tidak sengaja menabrak kakak kelas atau adik kelas.

Aku panik setengah mati waktu itu, aku tau dia punya penyakit apa dan aku tau kenapa penyakit itu bisa kambuh begitu saja. Dia, memang mempunyaj trauma kehilangan. Mungkin, dia mengingat hal yang menyakitkan?

Aku menarik napas pelan saat sudah didepan pintu kelasnya, aku buka pintu itu. Entahlah, tiba-tiba badanku menjadi kaku untuk mendekat kepada kekasihku sendiri.

"eh.."

"ris, ada nayla, udah dateng" wanita itu berusaha melepaskan pelukkannya, tapi kekasihku malah mengeratkannya dan berkata, "pelukkan kamu nyaman, la."

Mati rasa, mendengar itu aku mati rasa. Entah apa lagi harus aku pikirin, aku berngoes sepeda dengan cepat, berlari dengan cepat dan tidak sengaka menabrak orang lain untuk dirinya, tapi apa ini sekarang?

Kenapa, dia begitu mengecewakan?

Aku mendekat dengan perasaan yang tak bisa ku mengerti. Ada rasa lega dan takut. "kamu..kamu, eum, kamu istrihat yang cukup ya. Aku, aku balik kekelas dulu, ya," lelaki itu melepaskan pelukkannya kepada ayla dan menatapku.

"nay?" aku menganguk dan tersenyum, "iya, ris? Kenapa?"

"sini, jangan pergi.." aku menggeleng.

"kenapa? Ayo pelukkan aku, masa iya kamu gamau merasakan rasa sakit aku nay?" aku menuduk, bukan gamau merasakan. Tapi, wanita lain kan suda merasakan dan aku juga sudah ikut menyaksikan, jadi, untuk apa?

"gausah, aku udah liat gimana kamu menyalurkan rasa sakit kamu sama ayla. Aku udah ikut merasakan juga kok, rasanya memang sakit banget, ya? Kayanya, pelukkan ayla emang nyaman banget ya? Yaudah, dari pada ganggu aku pergi dulu.." aku berjalan, tapi lenganku ditahan oleh lelaki ini.

"aku bisa jelasin, tadi itu.."

"gausah, gausah di jelasin. Aku paham, udah, ya." aku melepaskan dengan kasar dan berlari kearah kelasku.

"NAYLA!" dia mengejarku, aku melihat kebelakang sekilas. Tepat sekali ada dito disana, aku mulai berada dibelakang dia dan berkata, "tolong, aku gamau dit, aku gamau."

Sedangkan ayla, hanya terdiam diri menyaksikan itu semua, tidak apa. Dia, dia juga bisa ikut merasakan.

Walau, sedikit berkesan jahat.

Aku semakin menangis mengingat kejadian itu, hujan juga turun. Sepertinya takdir memang mendukung untuk aku sendiri disini.

Tapi tiba-tiba, ada dua orang preman yang datang kepadaku menarik paksa aku, aku sudah memberontak tapi nihil mereka ada dua orang.

Ponselku jatug dihalte tersebut, aku semakin memberontak.

"TOLONG! TOLONG!" teriakku.

------------

Bendera kuning dirumah wanita itu. Wanita yang kucinta, apa maksudnya ini? Siapa yang sudah meninggal?

Apa, ayahnya dia? Apa ibunya dia?

Aku mulai masuk, tapi, ibu dan ayahnya masih ada. Perasaan tidak enak menjalar lagi ditubuhku. Tidak, tidak mungkin mimpi itu terjadi lagi.

"aris, ikhlasin ya? Jangan sedih-sedih," ucap ibunya, aku menggeleng dan mendekatkan diri kepada tubuh yang kaku itu.

Apa ini? Kejutan apa ini? Dia belun sempat meminta maaf, dia belum sempat menjelaskan, tapi kenapa begini? Tolong..

"GAK! KAMU HARUS BANGUN! APA-APA INI!!" warga disampingku menenangkan aku yang mulai memberontak. Tidak, aku tidak mau kehilangan.

Kamu, kamu cinta pertamaku.

Susah, susah sekali.

"kemarin, dia ditemukan meninggal dengan keadaan habis diperkosa, ris. Kamu sabar, ya. Harus bisa, nayla pasti tau kamu bisa,"

Aku semakin menggeleng, semakin merasa bersalah. Aku meninggalkan dia seorang diri, tuhan hukum aku.

"maafin aku, tante.." ibunya memelukku dan berkata, "takdir, gapapa, ris. Ini bukan salah kamu, tante juga terima kok."

Pada saat itu, aku berjanji, jika aku mencintai seorang wanita lagi akanku jaga sampai kapapun. Aku tidak mau mendengarkan kata usai dan kehilangan

Aku memberikan bunga tulip putih kesukaan wanita ini ditempat dia beristrihat.

"selamat berbahagia wanitaku, akanku kirimkan doa terus menerus untukmu. Jika tuhan mengijinkan, aku dan kamu mungkin akan bersatu didunia lain nanti, aku pergi dulu. Nanti aku kesini lagi, janji." aku pergi dari tempat itu dan berjalan.

Tapi nyatanya, sudah lama kau tidak ketempat ini lagi, sudah lama kau tidak memberikan bunga tulip lagi kepada tempat terakhirnya. Mana janjimu yang akan selalu kesini? Tidak ada. Bahkan, aku hanya tersenyum jika kamu datang hanya memberiku bunga tulip putih tanpa sekata apapun. Mungkin, perasaanmu kepadaku sudah hilang, ya? Tak apa.

Sampai jumpa, aris prawadita.

-tangerang selatan, pada sore hari ini.

aku, dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang