Chapter 3. Kalau Berjodoh

3.5K 246 5
                                    

"Sini saya bersihin!!"

Bonbon mengarahkan selang air yang sudah ia nyalakan ke arah Matheo, dan menggunakan jarinya untuk menutup sedikit ujung selang tersebut.

Kini aliran air dari selang itu jadi lebih kencang, dan jaraknya cukup jauh himgga sampai pada Matheo yang berdiri dengan tercengang.

"F*ck!"

Matheo refleks mengumpat sambil bergerak mundur ketika dirinya terkena siraman air tersebut. Kemejanya yang berwarna putih dan kotor karena terkena tanah, kini jadi basah. Ia terus mundur ketika air selang itu mengenai wajah dan membasahi kepalanya juga.

Bonbon yang melihat itu tersenyum puas. Ia begitu senang bisa melihat laki-laki sombong di hadapannya mengalami semua itu. Iapun menghentikan aksinya, dan menurunkan selang yang ia pegang setelah memastikan Matheo sudah basah kuyup tanpa sedikitpiun bagian tubuhnya yang kering.

Kini laki-laki itu sedang mengusap wajahnya sendiri yang basah, dan menatap Bonbon dengan kedua mata yang membulat tajam, sepeti menahan emosinya yang hendak meluap.

Bonbon tersenyum miring. "Rasakan itu, cowok sombong," ucapnya, sambil membalas tatapan Matheo dengan tak jalah tajam.

Bonbon sangat benci orang seperti Matheo. Orang kaya yang mengira apapun yang mereka lakukan tak memiliki konsekuensi. Orang kaya yang selalu merasa dirinya paling hebat diantara orang lain.

Jangankan mau menjadi istrinya, Bonbon bahkan sudah muak sekedar melihat wajahnya sekarang.

Kini Bonbon masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu dengan kencang, meninggalkan Matheo di lahan kebun yang kini masih tercengang, dengan kondisi basah total.

Matheo mengerjap tak percaya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semua akan berakhir seperti ini.

Padahal, ibunya mengatakan pada Matheo bahwa Bonbon adalah gadis desa yang bodoh dan tak mengerti apapun. Lalu bagaimana mungkin gadis itu bisa melakukan hal seperti ini padanya?

Tidak, ibunya benar. Bonbon bisa melakukan semua ini pada Matheo karena dirinya memang lebih bodoh dari apa yang dikatakan ibunya. Gadis itu tidak mengerti betapa besarnya kekuasaan yang dimiliki keluarga Reynor hingga ia berani melakukan semua ini.

"Tuan."

Matheo menengok, dan melihat bodyguard nya yang sedari tadi menjaganya dari kejauhan, dan menyaksikan semua yang dilakukan Bonbon padanya.

Sambil berdecak kesal, Matheo akhirnya berjalan pergi. Ia keluar dari area lahan ini, dan kembali ke mobilnya yang sudah menunggu di depan.

Sementara itu di dalam rumah, seorang gadis sedari tadi mengintip lewat jendela rumahnya. Ia terus mengikuti pergerakan Matheo di luar, hingga laki-laki itu masuk ke dalam mobil mewah yang sepertinya sudah terparkir di depan rumahnya sedari tadi.

Bonbon mengerjap setelah mobil itu melaju dan tak lagi terlihat. Ia menelan ludahnya.

Sesungguhnya, Bonbon sadar apa yang ia lakukan sangatlah buruk dan tidak sopan. Akan tetapi, Matheo memancing emosinya duluan. Laki-laki itu yang membuat Bonbon mengamuk padanya.

Kini Bonbon menghela nafas pelan. Di dalam rumah peninggalan kakeknya yang begitu sederhana, ia duduk di lantai kayu yang dilapisi karpet berwarna hijau.

Bonbon bersandar dan mengistirahatkan dirinya sebentar. Ia belum selesai memanen semua wortelnya, namun rasanya sudah sangat lelah karena harus menghadapi laki-laki bernama Matheo barusan.

"Kamu gak punya alasan untuk nolak, orang miskin kaya kamu gak seharusnya ngelewatin kesempatan sebesar ini."

"Saya tau kamu bodoh karena gak sekolah, tapi saya yakin seseorang gak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk punya akal sehat dan nerima penawaran sebesar ini."

Love HeritageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang