Sebenarnya Nathan tak ingin tahu apa masalah anak yang meminta tolong. Namun, Tariel dan Mikey sudah lebih dulu berjalan, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mereka menghampiri anak laki-laki itu, kemudian mulai mewawancarainya.
"Kamu kenapa teriak-teriak minta tolong? Mau coba Tariel bantuin?" tanya Tariel.
Mikey memasang wajah serius. Anak itu mengambil kertas bekas, dengan satu krayon berwarna hitam. Dia ikut bertanya, "Jawab dong. Kenapa teriak? Dari mana tadi? Abis ngapain aja? Kenapa baru balik sekarang? Padahal anak-anak panti mainnya di sini! Tante-tante petugas kan udah bilang, jangan main jauh-jauh."
Anak laki-laki itu langsung menurunkan sudut bibirnya. Dengan napas terengah-engah, jemari kecilnya menunjuk ke arah taman kosong di depan panti asuhan. Dia berkata, dengan bola mata berkaca-kaca, "Jay... Jay... Jay... abis main di sana, tapi tiba-tiba muncul hantu! Warnanya item gede! Terus... terus... terus... Dia... dia... nangkep Daniel!"
Anak itu menangis kencang, dan Mikey mengangguk mengerti. Dia langsung melihat ke arah depan panti asuhan, kemudian berbisik pada Tariel, "Kayaknya ada arwah hitam di sekitar sana. Lebih baik, kita coba periksa dulu."
Nathan yang tak berminat membantu, merotasikan bola matanya. Anak itu berkata, "Kalian berdua mau dengerin ucapan bocah di bawah lima tahun? Palingan juga ngarang cerita dia. Bocah dipercaya."
Tariel menatap tajam ke arah Nathan. Setelah itu dia menunjuk ke arah Nathan, dan berkata, "Dengerin Tariel ya, Nathan. Anak kecil itu gak mungkin bohong. Dia pasti bilang, sesuai dengan apa yang dia liat. Jadi, Nathan jangan sok tahu."
Nathan menyilangkan tangan di depan dada. Dia memperingati, "Kalo pun ada arwah jahat di sini, kita seharusnya bisa ngerasain aura hitamnya. Tapi ini? Gue sama sekali gak ngerasain sedikit pun."
Mikey menepuk jidat, kemudian mengajak Tariel untuk berjalan. Dia tak mempedulikan pandangan Nathan tentang ucapan bocah tadi. Mikey hanya berkata, "Itu karena ada beberapa arwah manusia yang bisa nyamar. Karena dendam di hatinya terlalu gede, sampe bersekutu sama set*n. Itu yang biasa gue denger dari rekan kerja, malaikat yang suka nulis dosa manusia."
"Mau lo ikut atau enggak, ya masa bodo. Yang penting gue sama Tariel, berhasil menjalankan misi. Kita gak mau sia-sia hidup di bumi, dan cuman nyamar jadi bocah yang pipis di celana," sindir Mikey.
Nathan mengepalkan kedua tangannya. Apalagi melihat Mikey sudah pergi bersama Tariel, begitu saja. Jelas, Nathan merasa tertantang untuk menangkap arwah. Dia berkata, "Oke. Dibanding nganggur jadi bocah, gue turutin apa yang kalian lakuin!"
Nathan sibuk mengejar Mikey dan Tariel. Sementara Mikey sendiri mulai menggunakan semua indera tubuhnya. Dia melihat ke sekeliling, dan mendengarkan suara-suara dari semak-semak yang bergerak tanpa aturan.
"Di mana, ya?" tanya Tariel ikut mencari.
Mikey berhenti bergerak. Dia baru sadar, jika kekuatan malaikat miliknya masih belum aktif. "Tunggu, kenapa dari tadi gue gak bisa ngerasain insting malaikat? Biasanya kalo ada orang yang punya dosa atau amal gede, gue bakalan langsung ketarik ke sana. Tapi ini? Gue bahkan gak bisa ngeubah diri gue jadi malaikat sepenuhnya!"
"Lo bisa Tariel?" tanya Nathan.
Tariel menggelengkan kepala. "Entah. Tadi udah coba, tapi hasilnya? Tariel malah semakin mendalami peran bocah ini."
Nathan mengangguk paham. "Pantes aja, dari tadi kelakuannya makin mirip bocah manusia."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]
Fantasy#Enhypen #Andteam #Ni-ki #Maki #Taki Niatnya sih, cepet nyabut nyawa orang lain, biar bisa liburan ke surga. Akan tetapi... kok tiga malaikat ini malah disuruh reinkarnasi jadi bocah TK? Taki Ni-ki Maki Fanfict