❐⛓04. Tangisan Bocah (1)

470 63 1
                                    

Tepat di antara kabut-kabut, terdapat seorang anak tak bernyawa. Seluruh tubuh anak itu dipenuhi dengan bekas luka cakaran kucing. Di beberapa bagian lengan dan kaki juga terdapat bekas memar.

Tariel melangkah, dan berjongkok. Matanya menelusuri setiap luka. Hingga akhirnya, dia menarik kesimpulan. "Arwah anak ini baru aja dicabut malaikat maut, karena lukanya cukup parah, bahkan energinya juga udah gak ada."

Mikey yang sudah menangkap arwah hitam ke dalam botol, langsung berlari mengejar Tariel. Setelah sampai di depan si anak. Mikey ikut berpikir. Dia berkata, "Kayaknya arwah jahat udah ngambil energinya buat nambahin kekuatannya sendiri."

"Dasar kucing kerasukan," sindir Tariel.

Nathan menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah memasukkan arwah ke dalam botol arwah. Dia kemudian berkata, "Gue mau ngasih botol arwah ini, ke rak arwah lagi. Sedangkan lo berdua, urus raga si kucing dan juga mayat anak itu."

Mikey mengangguk, sementara bola mata Tariel tiba-tiba berkaca-kaca. Dia menusuk-nusuk perut si kucing yang sudah kembali normal. Kemudian berkata, "Nathan mau pergi? Terus Tariel sama Mikey gimana? Kita berdua bingung, ngejelasin kepergian anak ini, sama kucing ini juga."

"Kayaknya kucingnya juga gak punya nyawa lagi. Kalo aja, Tariel masih punya kekuatan, udah Tariel kasih nyawa bar--- Eh, gak jadi! Kucing ini kan udah nyuri makanan panti!" jelas Tariel heran.

Nathan melihat ke arah Mikey yang tengah berpikir. Perlahan tapi pasti, semua kabut hitam menghilang, menyisakan seorang anak tanpa nyawa di depan mata. "Gimana cara bocah lima tahun, menghadapai situasi kayak gini?" tanya Mikey pada dirinya sendiri.

Nathan tak ingin ambil pusing dengan manusia yang sudah tak bernyawa. Jadi, malaikat itu memanggil rekan kerjanya yang lain, kemudian menghilang di depan Mikey dan Tariel.

Sekarang, hanya tersisa Mikey dan Tariel, dengan otak yang terus digunakan. Mikey mengeluh, "Otak manusia ini lelet banget. Kok sampe bermenit-menit, gak ngehasilin ide."

Tariel menepuk bahu Mikey, kemudian mengingatkan, "Sebagai manusia yang lemah dan rapuh, kita harus bersabar dan terus berusaha. Siapa tahu---"

Belum sempat Tariel menyelesaikan ucapannya, akhirnya malaikat itu menjentikkan jarinya. Dia tersenyum senang, dan berkata, "Tariel tahu! Tariel tahu caranya gimana!"

Mikey langsung membinarkan matanya. Dia langsung bertanya, dengan penuh semangat, "Gimana? Gimana? Gimana caranya? Cepet kasih tahu!"

Tariel mengangguk, kemudian berkata, "Yang bakal dilakuin sama bocah manusia, saat nemu yang kayak ginian adalah.... Nangis aja."

Kurang dari hitungan detik, Mikey dan Tariel sudah berteriak dan menangis bersama-sama. Mereka sengaja, menaikkan volume tangisan keduanya. Hingga akhirnya, para tetangga yang ada di sekitar taman, langsung mendekati mereka.

Semua orang awalnya hanya ingin menenangkan Tariel dan Mikey. Namun, akhirnya mereka semua terkejut, melihat seorang anak tergeletak di tanah.

"Astaga, apa yang terjadi dengan anak ini? Lihatlah luka-luka ini, dari mana dia bisa mendapatkan luka separah ini?" tanya seorang wanita.

"Apa kita harus memanggil polisi?" tanya beberapa orang.

"Di lihat dari luka cakaran, sepertinya ini karena kucing. Akan tetapi kucingnya juga sudah tak bernyawa! Lalu apa yang terjadi sebenarnya?"

Tariel semakin menangis, sampai dia merasakan ingusnya mulai keluar. Sebisa mungkin, Tariel memasang wajah tanpa dosa. Setelah itu, dia berkata sembari segukan, "Ta... Tari... Tariel.... sama.... sama.... Mikey mau pergi main di sini. Tapi... Tapi... Kita malah nemu ini. Daniel kenapa?"

Setelahnya, para tetangga dan juga orang-orang yang ada di sekitar taman membantu Tariel dan Mikey membawa jasad anak kecil ke panti asuhan. Kesedihan menyelimuti anak-anak panti, termasuk anak yang pertama kali bersama Jayjay.

"Daniel tadi dimakan hantu! Hantu warna item! Dia... dia... dia... diselimutin kabut tebel, terus-terus ngilang dari pandangan Jayjay!" Anak itu menangis kencang, tetapi tak ada satu pun orang yang percaya pada perkataannya. Mereka hanya menganggap, jika apa yang dikatakan Jayjay adalah imajinasi anak itu saja.

Berbeda lagi dengan Tariel dan Mikey yang masih berpura-pura menangis. Sembari segukan, Mikey berkata, "Ternyata... arwahnya emang bener-bener berbahaya. Bisa gawat, kalo arwahnya masih banyak yang berkeliaran, dan bikin ulah kayak gini."

"Kita harus cepet-cepet nangkep arwah lainnya," ungkap Mikey.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang