❐⛓02. Jalur Orang Dalam (2)

637 76 4
                                    

Mikey menggedikkan bahu, kemudian menjawab, "Di antara kita bertiga, Malaikat A yang paling merasuki perannya. Sejak gue bangun, dia udah main sama kucing dan ngajak kenalan semua anak, yang ada di sini."

Nathan mengangguk, dan menjawab, "Sejak dulu, dia emang udah terbiasa pergi ke bumi buat bantuin manusia. Jadi gak aneh, kalo dia cepet beradaptasi sama dunia ini."

Mikey membalas, "Beda lagi sama gue, yang cuman bisa ngikutin satu manusia aja. Mana manusianya seneng ngelakuin dosa lagi. Gak banyak kebaikan yang bisa gue tulis, dari orang kayak gitu."

Pada akhirnya, Mikey dan Nathan terdiam, menunggu tugas yang diberikan atasan mereka. Nathan sibuk beradaptasi dengan lingkungannya yang berbeda jauh, dengan tempat tinggalnya dulu. Sementara Mikey sendiri, fokus memperhatikan anak-anak dan pekerja yang ada di panti asuhan.

••

Tak lama kemudian, muncul sesosok bocah dengan sebungkus permen coklat di tangannya. Anak itu tersenyum lebar, dia masuk ke ruangan dan disambut baik oleh semua anak panti. Hanya dalam hitungan detik saja, anak itu berhasil membagi-bagikan permennya pada seluruh anak panti. "Sabar, ya. Tariel bagiin satu persatu permennya. Semuanya pasti kebagian, karena Tariel punya banyak permen."

Mikey menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia menunjuk ke arah Tariel, kemudian memberitahu, "Itu Tariel. Dia malaikat pembawa rezeki, atau Malaikat kode A."

Setelah mendengar Mikey memperkenalkan Tariel, Nathan langsung mengangguk mengerti. Mau di mana pun dia berada, malaikat itu selalu mempunyai aura positif di sekitarnya. Kehadiran Tariel selalu dinanti-nanti. Manusia menginginkan rezeki, tetapi kematian? Apakah ada manusia yang mendambakan kematian juga? Mungkin ada, tapi tak sebanyak manusia yang menginginkan rezeki.

"Dari mana dia bawa banyak permen? Apa mungkin, dia bisa pakai kekuatannya?" tanya Nathan.

Mikey menggelengkan kepala, lalu Tariel datang menghampiri keduanya. Dia juga memberikan permen pada Mikey dan Nathan. Setelahnya, Tariel langsung membalas pertanyaan Nathan. "Enggak. Buat apa juga, Tariel gunain kekuatan Tariel buat punya permen-permen ini."

"Terus dari mana lo dapet permen? Bukannya petugas panti pelit? Mereka gak punya uang, buat ngasih jajan. Atau.... Jangan-jangan lo nyuri? Atau ngutang?!" tanya Mikey.

Tariel langsung mengernyitkan kening, mendengar tuduhan Mikey. Setelah itu dia menggelengkan kepala, dan berkata, "Bukanlah! Mana ada malaikat pembawa rezeki ngutang apalagi nyuri!"

Mikey tertawa kecil, kemudian melihat ke arah Nathan. Dia berbisik kepada Tariel,"Ada lah. Malaikat maut aja, bisa pipis di celana. Lo juga pasti bisa sekadar ngutang atau nyuri."

Nathan yang disindir Mikey, langsung merasakan pipinya memanas, dengan kedua tangan mengepal. "Bukan gue! Tapi tubuh bocah ini!"

Mikey menepuk-nepuk bahu Nathan. "Iya. Iya. Kami tahu. Kami tahu. Gak usah marah-marah, ya. Nangis aja, kayak tadi."

Setelahnya Mikey tertawa lebar, dan Nathan berusaha untuk mencek*knya. Kedua orang itu membuat Tariel menggelengkan kepala, kemudian berkata, "Tadi Tariel ngikutin kucing yang nyuri ikan di meja makan panti asuhan. Niatnya sih, mau balikin ikannya. Biar rezeki anak-anak panti gak dicolong kucing."

"Tapi pas di lampu merah, pas Tariel rebutan ikan sama kucing, tiba-tiba ada orang yang ngelempar uang, atau bahkan ngasih uang ke saku baju Tariel yang dekil ini."

"Jadi, ya. Tariel diem aja berjam-jam di sana, dan langsung dapet banyak uang kayak gini. Terus, bisa dibeliin permen," ungkap Tariel.

"Itu namanya ngemis! Mana ada malaikat pembawa rezeki ngemis!" teriak Nathan emosi.

Mikey dan Nathan langsung berhenti bertengkar. Mereka menepuk jidat secara bersamaan. Mikey menduga, "Wah, kayaknya Tariel terlalu mendalami peran. Kok, lo bisa-bisanya jadi bocah beg*, Riel?"

Tariel mengernyitkan kening, kemudian mengambil kembali permen miliknya yang akan dia serahkan pada Mikey dan Nathan. Tariel memberi alasan, "Bukan ngemis, tapi dikasih!"

"Lagian banyak banget malaikat pembawa rezeki yang tadi Tariel temuin. Mereka ngehasut manusia buat ngasih uang ke Tariel, jadi ini rezeki Tariel lah!" ungkap Tariel.

Nathan semakin geram. Dia hampir menc*kik Tariel, jika saja Mikey tidak menahannya. "Udah ngemis, pake jalur orang dalem lagi!"

"Mentang-mentang rekan kerja lo malaikat pembawa rezeki, lo gunain mereka buat keuntungan lo sendiri?!" gerak Nathan.

Tariel terdiam, sembari mengunyah permen coklat tak peduli. Begitu pula dengan Mikey yang mulai menggunakan otaknya. "Pantes aja, rezeki pengemis bisa lebih gede dari pekerja kantoran. Ternyata, malaikat pembawa rezeki juga ikut terkecoh dan kasihan."

Nathan memperingati Mikey, "Ya enggak gitu juga! Kayaknya tempat ini emang beneran gak cocok buat gue! Bisa gil* gue berada di tempat ini lebih lama lagi!"

Baru saja Nathan mengeluh karena sikap Mikey dan Tariel yang mulai tak normal. Tiba-tiba salah satu anak panti berteriak. Anak itu menangis sekaligus berlari menuju panti asuhan. "Tolong! Tolong! Tolong!"

•••

MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang