02 - Grand-père

325 53 6
                                    

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

the second part

©pearsnpearls, november 2023

__________

"Selamat pagi, Kakak Pertama!" Sapa Jabraan mengikuti drama kungfu yang semalam ditontonnya. Shaqila baru saja turun dari kamar dan sekarang bergabung di meja makan dengan adiknya yang sudah rapi, membaca koran sambil minum kopi. Rumah ini memang satu dari sedikit yang masih langganan koran cetak. Ayah Jabraan, Arizal Aziz, masih suka membaca berita dalam bentuk lembaran. Ditambah, tukang koran yang selalu mampir jadi tahu kalau rumah ini tempat Bapak Arizal yang kerja di DPR. Membuatnya punya banyak dukungan dari orang-orang di kampung belakang perumahan.

Tidak seperti Jabraan yang santai, Shaqila terlihat buru-buru untuk berangkat ke rumah sakit. Sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang terkenal sebagai ahli fertilitas, pasiennya sangat banyak. Keberhasilan program perawatan kesuburan Shaqila sudah masyhur, sampai langganannya juga merambah ke para petinggi negara dan selebritas. Jadwalnya hari ini bahkan lebih padat dari biasanya, jadi Shaqila harus berangkat lebih pagi.

"Udah mulai balik ngantor?" tanya Shaqila.

"Nope."

"Ini mau ngapain?"

"Ke rumah eyang."

"Sepagi ini?"

"Ngantar Kakak Pertama dulu, dong."

Shaqila yang sedang menenggak smoothie berisi seledri, nanas, dan apel, kaget sampai hampir tersedak. "Ngapain coba?"

"Ya, pengin ngantar aja. Emang nggak boleh?"

"Tujuan utamanya apa?"

"Mau ketemu Masayu."

"Nah, kan! Kamu kalau agresif begitu nanti orangnya jijik, loh!"

"Jijik? Sama gue?" canda Jabraan. Shaqila memutar bola matanya malas lantas berjalan ke arah garasi untuk mencari supir pribadinya.

"Pak Aswi, ayo! Kok malah masih ngopi?" tegur Shaqila.

"Loh, tadi mah Kang Jabraan yang nyuruh saya ngopi aja, nanti si Kakang yang antar katanya." Pak Aswi yang sudah bekerja di keluarga itu sejak Shaqila masih sekolah, terlihat bingung walaupun posisinya masih santai. "Nanti baru saya yang jemput Teteh pas sore."

Shaqila menengok ke belakang dan mendapati adiknya tersenyum lebar sambil memainkan kunci mobil di tangannya.

"Benar-benar lo, ya?!" Walaupun awalnya protes, Shaqila akhirnya menyerah dan naik ke mobil Jabraan.

"Tapi aku serius loh, Dek, masalah takutnya si Yuna sebal karena kamu no shame banget begini," ucap Shaqila sambil menyambungkan ponselnya ke radio mobil Jabraan. Dia punya kebiasaan menyetel musik klasik saat berangkat kerja, membuat otaknya lebih rileks sebelum harus menghadapi pasien. Selera musik yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan adiknya.

Three Words Theory [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang