10 - Je Ne Vais Pas Lâcher

214 51 4
                                    

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

the tenth part

©pearsnpearls, january 2024

__________


Pertengahan Tahun 2009


"Boarding school, kan?" tanya Bangun. "Jangan tinggal sendiri."

Suasana ruang kerja Bangun hari itu sendu, serupa wajah orang-orang di dalamnya. Marla dan Arizal terlihat lebih banyak menunduk, meski keduanya menggunakan baju rapi yang nyaman seperti orang yang akan pergi jauh.

"Iya, Pa ... American boarding school di Montagnola, lebih dekat ke Milan daripada Bern, tapi secara geografis masih di Swiss. Kurikulum IB sama seperti Apta, jadi nggak perlu adaptasi masalah bahasa. Agak problem kemarin perkara transfer, tapi all settled," jelas Marla.

"Persoalan histori Jabraan, gimana? Nanti jadi masalah nggak sama guru-guru dan murid di sana?"

"Sudah diurus semua, Pa. Saya juga sudah pastikan ke principal di sana untuk merahasiakan record Jabraan. Mereka sudah setuju," timpal Arizal.

"Kamu kasih apa?"

"Sumbangan biasa. Mereka mau bangun hall baru dan upgrade beberapa fasilitas."

Bangun mengangguk pelan, seraya menghela napasnya berat. Another day, another fire to put out.

Untuk pimpinan keluarga sepertinya, nama baik adalah nomor satu. Jabraan yang beberapa bulan lalu sempat muncul di media sebagai salah satu tersangka pengguna narkoba yang digerebek oleh kepolisian sudah berhasil disembunyikan. Bukan rahasia kalau orang-orang satu persen teratas di negara ini memang terkesan kebal hukum, termasuk keluarga Sadewo. Keluarga yang di tahun Jabraan berkasus, masuk sepuluh besar orang terkaya di Indonesia.

Dalam hitungan hari, semua berita soal cucu laki-laki Bangun itu hilang dari peredaran. Di waktu yang sama, urusan dengan pihak kepolisian sudah diselesaikan tanpa jejak dan Jabraan langsung diterbangkan untuk menjalani rehabilitasi di Los Angeles, Amerika Serikat. Kini, setelah prosesnya selesai, Jabraan akan dipindahkan ke sekolah asrama bergengsi di Eropa, menjauh dari hiruk pikuk ibukota.

"Terus, masalah kamu gimana, Zal?" tanya Bangun lagi.

Terbukanya berita Jabraan kala itu memang bukan semata karena sial. Lingkungan bergaul anak itu juga tidak sembarangan. Peredaran obat terlarang di kalangan anak-anak orang kaya termasuk salah satu yang paling tidak tersentuh oleh aparat. Masalahnya, beda cerita jika yang membocorkan adalah orang yang ada dalam lingkaran itu.

Tumbuh jadi anak politikus memang berat, karena hidup bisa diusik dari berbagai sisi, termasuk oleh musuh politik orang tua sendiri. Jabraan tidak menggunakan obat-obatan begitu saja. Ada yang membujuknya. Sialnya, bujukan itu sampai ke telinga orang-orang yang siap menerkam demi sebuah kursi di pemerintahan.

Three Words Theory [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang