Chapter III.

90 17 1
                                    

***

Ini adalah babak final, dimana menang atau kalah akan tetap memiliki kesempatan menjadi prajurit di Istana ataupun kediaman bangsawan.

Cybele juga ada di dalam salah satu peserta final, yang hanya tersisa kan tiga orang saja, si lelaki angkuh pada round sembilan, Rex kakaknya Megi, dan tentu saja dirinya.

Sekarang ini sasarannya adalah sasaran bergerak, dan hanya memiliki satu anak panah untuk membidik keduanya yang bergerak berlawanan arah. Jadi memang harus sangat pas di tengahnya.

Yang pertama si lelaki angkuh round sembilan, lelaki itu mendapatkan poin 10 dan 6. Lalu yang kedua yaitu Rex mendapatkan poin 9 dan 8. Hampir sempurna.

Dan kini, giliran Cybele, yang membuat semua orang semakin penasaran dengan gadis itu, karena ia sedari tadi selalu mendapatkan nilai sempurna.

Gadis itu sudah membidik, namun ujung matanya juga melihat seorang pemanah aneh, yang sepertinya sedang mengincar seseorang, dan dapat ia lihat jika yang di incar oleh pemanah itu adalah seorang gadis kecil yang adalah Putri Duke terdahulu.

Orang-orang yang ingin melihat Cybele memenangkan pertandingan kali ini terheran karena gadis itu dengan cepat mengubah posisinya dan melesatkan anak panahnya, menuju sebuah anak panah yang ingin mencelakai Putri kecil Duke terdahulu.

Panah musuh tentu saja meleset, membuat pemanah itu sempat bingung, namun akhirnya tersadar setelah Cybele melesatkan anak panah ke arahnya, dan melukai tangannya, ia berlari di dahan pepohonan menghindari gadis itu, yang berlari mendekat ke arahnya.

Para prajurit yang ada di sana tidak tinggal diam dan ikut mengejar pemanah itu, sampai akhirnya Cybele dapat melukai kaki pemanah itu, membuatnya terjatuh dan langsung di ringkus oleh para prajurit.

Cybele tahu ia tidak akan menang, namun menolong orang itu lebih penting. Lagipula itu memang tugasnya.

Orang-orang bertepuk tangan memberikan pujian kepadanya, kalah menang itu bukanlah yang terpenting, tetapi ya tetaplah kebaikan yang menyatakan semuanya.

Beberapa saat kemudian, setelah pengumuman hasil juaranya tentu saja Rex di ikuti si lelaki angkuh yang masih tak terima dan menggerutu kesal, dan yang ketiga Cybele.

Tetapi gadis itu hanya tersenyum lagipula ia tetap mendapat cuan walaupun tidak sebanyak juara satu, perlombaan yang sudah selesai juga membuat Cybele ingin segera pulang, hanya saja seorang wanita bangsawan menghadangnya.

"Nona." Panggilnya, yang membuat Cybele berbalik, gadis itu ingin membungkuk, namun wanita itu menahannya.

"Tidak perlu repot-repot, karena aku sangat berterima kasih atas jasamu yang menolong Putri kecil kesayanganku." Ujar wanita itu sembari tersenyum manis, di umurnya yang sudah 36 tahun wanita itu masih terlihat sangat cantik dan lembut.

"Terima kasih ya kakak!" Gadis kecil berumur sekitar 5 tahunan yang berada di pelukan wanita itu, juga mengucapkan terima kasih kepadanya dengan senyuman manis yang tampak sangat lucu.

Cybele ikut tersenyum. "Sama-sama nyonya, nona kecil. Lagipula itu sudah kewajiban saling membantu sesama manusia."

Wanita itu mengangguk. "Kau benar. Sebagai juara ketiga, kau bisa ikut denganku ke kediaman Duke Bangsawan Matheros." Ujar wanita itu dengan senyuman manisnya, Cybele terdiam. "Kau hanya perlu menjadi pengawal untuk Putri kecilku." Ujar nyonya bangsawan itu sembari menatap gadis kecil yang sedang di gendongnya.

Gadis kecil itu juga tampak setuju dengan perkataan Ibunya. Cybele terdiam lalu menatap gadis kecil itu yang berbinar menatapnya.

Cybele tersenyum. "Baiklah, terima kasih."

Destiny Of The GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang