Chapter IV.

122 17 12
                                    

***

"Bagaimana menurut Anda Duke?" Tanya tangan kanan Duke yang bernama Levio.

Liam menatap berkas yang di berikan kepadanya. "Di beberapa bagian, terjadi kekeringan di sungai. Dan itu dekat dengan Hutan Kegelapan?" Levio mengangguk menanggapi ucapan tuannya.

"Benar Duke, hal itu menyebabkan warga susah mencari air bersih. Sebenarnya masih ada mata air yang berada di hutan, tetapi tak semua orang bisa sampai ke sana dengan selamat karena maraknya perompak yang berada di hutan." Jelas Levio.

"Ck. Para perompak itu belum berhenti juga?" Geramnya, padahal saat lalu ia sudah pernah memperingati mereka.

"Ya, benar Duke."

"Kau bawa saja, salah satu tong besar penampungan air milik Matheros, ke daerah yang kekurangan air setiap harinya untuk sekarang ini sampai Neroz mendapatkan tanaman itu." Ujarnya yang di angguki oleh Levio.

Levio keluar dari ruangan Liam, sehingga tersisalah lelaki tampan itu sendiri di ruangannya. Ia tiba-tiba saja tersenyum, ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdetak tak karuan tapi jujur saja ia menyukai sensasi ini.

"Ini gila, kenapa aku bisa jadi begini?" Ujarnya lalu melanjutkan pekerjaannya yang tinggal 2 berkas lagi, entah kenapa tidak biasanya ia bisa menyelesaikan begitu banyak pekerjaan dalam waktu setengah hari. Bahkan ini baru pukul 1 siang.

‘Sepertinya, aku akan menemuinya setelah ini.’ Ujarnya dan melanjutkan pekerjaannya.

***

Di sisi lain. Seperti biasa Cybele kini tengah menjaga Isabella yang tengah membaca buku dongeng di perpustakaan. Ternyata gadis kecil ini juga suka membaca.

"Putrinya di kutuk menjadi katak! Isa tidak mau menjadi katak!" Ujar gadis kecil itu menceritakan apa isi dari buku dongeng yang tengah di bacanya.

"Tapi Putrinya akan di selamatkan oleh Pangeran tampan. Dan mereka akan hidup bahagia." Ujarnya sembari menatap lembut gadis kecil di depannya.

Cybele tengah duduk di depan Isabella yang tengah membaca buku. Gadis itu juga ikut membaca buku, tapi tentunya berbeda. Ia tengah membaca sejarah dari Kekaisaran ini.

Pintu besar perpustakaan terbuka, tapi kedua gadis berbeda usia itu tak perduli karena sedang asyik membaca.

"Isa?" Panggilan dari suara berat itu mengalihkan pandangan Isabella, gadis kecil itu mengembangkan senyumannya lalu turun dari kursi dan berlari ke arah lelaki itu.

Cybele juga berbalik menatap pria itu yang tak lain adalah Liam, Isabella memeluknya erat, terlihat jelas bahwa gadis kecil itu sangat menyayangi kakaknya.

"Namamu Arcy kan?" Cybele mengangguk. "Tolong bawakan teh dan cemilan ke kamarku." Ujarnya lalu pergi begitu saja.

Cybele menurut, lagipula ini memang sudah tugasnya. Ia pergi ke dapur dan mengambilkan teh hijau juga cemilan untuk Duke dan adiknya.

Pergi ke kamar Duke, dengan membawa hal itu. Di dalam sana Isabella sudah tertidur membuat Cybele tertegun karena gadis itu bisa dengan cepat tertidur pulas ketika bersama lelaki itu.

"Ini Duke." Ia menaruh nampan itu di atas meja.

"Kau terlambat." Ujarnya sembari menatap dingin gadis itu yang malahan menatapnya polos, mata coklat indahnya itu membuat Liam berdecak kesal. "Ck, sialan."

"Lalu, ini harus aku apakan Duke?" Tanya gadis itu sembari menatap cemilan yang di bawa olehnya.

"Kau makan saja." Jawab lelaki itu dengan ketus, lalu segera membaringkan diri, dan memeluk adik kecilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Destiny Of The GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang